Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!

#AkuWanitaHebat

Jakarta sore itu digelayuti Cumulonimbus. Angin bau hujan sudah menyapu sepanjang wilayah Kebon Jeruk. Setitik dua titik air mulai jatuh, membuat paving-paving di Gedung Kompas Gramedia Majalah berkemal. Orang-orang kantoran tergebas pulang. Mereka sudah tak sabar bersua dengan keluarganya di rumah atau sekadar meringkuk di balik selimut. Rekam cuaca mendung membuat para pekerja malas berlama-lama di luar, apalagi di kantor.

Namun, tak begitu dengan seorang perempuan penyandang profesi jurnalis untuk National Geographic Kids itu. Meski baru saja merayakan kepala tiga, Melissa Tuanakotta seperti tak kehilangan semangat dua puluhan.

Padahal, kalau dihitung, sudah berjam-jam ia bergumul dengan peranti kerja, tapi tak jua terburu-buru pamit. Wajahnya masih ceria. Lelah dan lejar pun tidak. “Kuncinya adalah bahagia,” tutur perempuan berkacamata itu kepada IDNtimes, Senin lalu.

Hakikat bahagia bagi perempuan asal Bandung ini lantas jadi bahan obrolan yang menarik diperbincangkan di tengah cuaca Ibu Kota yang guram.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Pasalnya, tiap-tiap orang punya definisi sendiri terhadap hal tersebut. Sambil menggenggam cangkir kopi dan sesekali merapikan rambutnya yang terurai sebahu, Mel—panggilan karibnya—berkisah panjang lebar tentang bagaimana ia menciptakan suka cita, paling tidak untuk dirinya sendiri.

Meraih kebahagiaan tak semudah yang dipikirkan. Mel, misalnya, harus mengalami proses panjang untuk sekadar hidup penuh suka dan menjauhkannya dari pikiran-pikiran yang membuat diri jadi tak maju.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

“Dulu aku di-bully waktu SD dan SMP gara-gara badanku gendut. Aku sedih, sih. Tapi aku berkeyakinan harus menjadi orang yang lebih baik (percaya diri) setiap naik tingkat dari SD ke SMP lalu ke SMA dan seterusnya,” ujarnya sembari berkelakar.

Ceritanya bertambah menarik. Sebab, orang tak bakal menyangka kalau Mel pernah mengalami masa-masa krisis percaya diri, mengingat kini ia begitu tunak hati. Kisah itu dimulai kala dia bermimpi jadi atlet. Bukan tanpa alasan. Ia memang suka olahraga, seperti renang, hoki, dan basket. Sayangnya, selalu diragukan orang-orang sekitar.

Cemoohan dari teman-teman sempat membuat gadis Sunda ini membatasi ruang gerak. Alih-alih merasa damai, ia malah jadi makin gusar. Ia pun berpikir untuk membunuh stigma-stigma yang justru menguras hari-harinya.

Baca Juga: Hal yang Wanita Cerdas Lakukan Saat Mengetahui Pacarnya Selingkuh

Badannya boleh gempal, tapi geraknya tak bisa dilecehkan. Kesukaannya terhadap macam-macam olahraga dirasa tak boleh dipendam sendiri.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Akhirnya, SMA adalah masa kebangkitan perempuan Libra tersebut. Dia mulai ikut ekstra kurikuler hoki. Padahal, sebelumnya, sekadar unjuk diri bisa berolahraga pun tidak.

Ia masuk dalam tim hoki, di posisi kipper. Kenapa? Karena teman-teman Mel mengatakan badannya besar dan lebih cocok menjaga gawang. “Tak apa,” ujar Mel.

Meski jadi kipper, ia hendak membuktikan bahwa dia adalah anggota tim yang berprestasi. Benar saja, dengan penuh perjuangan, posisi itu membawanya menjadi seorang atlet yang berhasil menyabet beragam penghargaan dari kejuaraan-kejuaraan nasional, bahkan pra-PON.

Karier berolahraga mulai naik kala dia kuliah di Universitas Padjajaran. Tiga tahun lamanya Mel memegang tampuk ketua kumpulan mahasiswa pegiat hoki di kampus ternama ini.

Dari main hoki ke naik gunung, akhirnya jadi titik balik. “Aku gendut. Jarang kan ada pendaki gendut?” ucapnya.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Di samping itu, ia ternyata hobi jalan-jalan. Mulanya hanya ke pantai-pantai. Namun lama-lama merambah gunung. Sungguh tak terduga. Singkat cerita, Mel mulai tergila-gila naik gunung. Bromo-lah yang membuatnya jatuh cinta dengan gunung. Di sini stigma negatif terhadap bau-bau fisik itu akhirnya tergerus.

“Aku gendut. Jarang kan ada pendaki gendut?” ucapnya.

Dengan mendaki, dia mengenal diri secara utuh. Dengan mendaki pula, ia mendapatkan beragam pengalaman yang tak pernah ia peroleh kala berada di kampus, kantor, atau tempat lain. Terlebih, mendaki adalah sarananya merefleksi diri setelah bertahun-tahun mengurung rasa percaya diri.

Bisa dibilang, naik gunung adalah sebuah titik balik dari segala hal. Pertama, titik balik yang membuktikan bahwa ia adalah Mel yang tak bisa diremehkan, bahkan dalam hal fisik. Kedua, titik balik yang membuatnya tak boleh menyombongkan segala harta dan kenikmatan yang diperoleh. Ketiga, titik balik yang menunjukkan siapa orang-orang sejati yang selalu berada di sampingnya.

Sama seperti saat main hoki, di gunung ia juga masih sempat diragukan.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Jangan pikir perjuangan Mel menempuh puncak berjalan mulus. Selain kudu mengatur ritme napas dan gerak tubuh, dia harus menerima pertanyaan dari kanan-kiri yang membuat semangatnya goyah.

dm-player

“Emang kuat mbak sampai puncak?” Begitulah kalimat yang menggoncangkan itu.

Namun ia tak peduli. Di balik orang-orang yang meragu, ada orang-orang yang selalu menyemangatinya, meski tak dikenal. Di Rinjani, misalnya. “Aku pernah bertemu dengan orang yang gak aku kenal, tapi secara gak langsung ngasih aku semangat. Dia tahu aku gendut, tapi dia justru mendorong aku untuk maju sampai puncak. Dia bahkan menunggu aku di puncak. Memang banyak orang memandang sebelah mata, tapi ada juga yang menyemangati. Itulah sukanya aku dengan mendaki,” tuturnya.

Setidaknya, sudah 12 gunung disambangi. Cerita naik gunung jadi inspirasi bagi banyak orang.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Setidaknya, sudah 12 gunung disambangi. Satu gunung bisa dua hingga lima kali didaki, seperti Semeru. Diam-diam, jam terbangnya menjelajah alam telah menginspirasi banyak orang. Tentu lewat foto-foto di akun Instagram-nya, @ratucumi. Terutama buat yang punya tubuh besar dan tak punya rasa percaya diri.

Suatu hari, ia pernah menjadi konsultan pendakian bagi seorang follower. Follower-nya ingin mendaki, tapi ragu karena badannya besar. Mel tak memutuskan benang mimpi gadis itu. Ia meyakinkannya bahwa semua orang mampu mendaki. Namun dengan beberapa catatan.

Dia pun dengan bebas membeberkan tips buat mereka yang ingin “muncak”, tapi punya masalah dengan berat badan.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

“Kalau badan kita besar, sejago-jagonya kita, jangan pernah berharap langkah kita sama dengan teman-teman yang kurus.”

“Jadi setiap mau naik gunung, harus persiapan fisik. Lari minimal 5 kilometer. Seminggu tiga kali. Biasanya sebulan sebelumnya. Latih pernapasan. Semua itu kuncinya di pernapasan. Aku tahu karena aku sering mendaki. Itu pengalaman pribadi,” begitulah Mel membagikan ilmunya.

Intinya, Mel tak mau orang-orang menjadi pendaki yang bodoh, yang sekonyong-konyong mendaki tanpa persiapan.

Penyempurna perjalanan yang membuat Mel menjadi lebih kuat.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Mahasiswa S-2 Universitas Indonesia ini rupanya punya orang yang selalu menguatkan kala ia naik gunung. “Namanya Teguh Waspada, anggota Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri, yang dulu bertemu di Indonesia Mengajar (Mel pernah bergabung menjadi pengajar muda di Tulang Bawang Barat, Lampung, selama setahun) ” ujarnya tersipu.

Ya, Teguh memang menjadi nama yang selalu ia sebut kala ia bercerita seputar pengalaman naik gunung. Seolah bukan sekadar sosok biasa, Teguh rupanya telah jadi partner yang selalu memantik semangat Mel. “Kita memang gak boleh sendiri kalau naik gunung. Dalam perjalanan menempuh puncak, sudah sejak 2013, aku selalu ditemani temanku ini (Teguh). Gak selalu, tapi hampir semua. Dari dia, aku belajar banyak hal. Belajar membaca tanda alam, belajar menjadi pendaki yang tangguh, dan yang pasti belajar untuk tak mendengarkan kata orang yang bisa membuat aku gak percaya diri.”

Teguh pulalah yang mengingatkan Mel terhadap kodratnya sebagai perempuan, meski ia sedang berada di gunung.

“Aku selalu merasa diriku hebat. Mapan, mandiri, pendidikan oke. Lengkap. Tapi yang gak boleh dilupakan adalah kodrat. Kenapa aku selalu naik gunung sama temanku itu, aku ingat kalau dia adalah laki-laki dan dia adalah (representasi) seorang imam. Jalan dengan dia, aku gak lupa sama kodrat,” tuturnya.

Pernah bergabung dengan Indonesia Mengajar sekaligus doyan bersua dengan alam membuat kepekaan Mel terhadap kehidupan horizontal terasah. Kecintaannya terhadap gunung mendorong hasratnya melakukan sesuatu yang berguna. ​

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!instagram.com/ratucumi

Kini ia tengah menulis tesis dengan penelitian yang melibatkan masyarakat di kaki gunung. Maksudnya, Mel ingin guru-guru di sana mengajari anak usia dini mulai respect dengan alam. “Caranya lewat mendongeng. Dongeng adalah metode paling oke untuk ngajarin anak-anak,” ucapnya.

Penelitian itu hendak dilakukan di Gunung Ciremai, Jawa Barat.

“Aku suka naik gunung dan aku ingin bikin kontribusi untuk masyarakat setempat. Aku ingin bermanfaat buat orang lain,” tuturnya.

Sore berganti malam. Perbincangan dengan Mel seputar pendakian hingga mimpi yang belum tercapai makin menarik. Sosok perempuan yang selalu bersemangat ini berhasil menyalurkan spirit dalam dirinya kepada orang lain. Kisahnya sudah lengkap: sedih, senang, terpuruk, dan bangkit.

“Hanya cita-citaku yang belum komplet. Lulus S-2, menikah, dan bikin sekolah,” tutur perempuan kelahiran 30 September 1986 diikuti tawa menggelegar.


Percayalah, kamu juga salah satu wanita hebat versi dirimu sendiri. Namun kamu sering tak menyadarinya. Setiap wanita istimewa dan berdaya. Saatnya kamu angkat bicara dan ceritakan kisah inspiratifmu pada dunia. Upload fotomu dan bagikan ceritamu di media sosial ya. Jangan lupa gunakan hashtag #AkuWanitaHebat.

Melissa: Berat Badan dan Cemooh Orang Bukan Halangan untuk Jadi Wanita Pendaki Gunung!

Baca Juga: Stop Berkata: "Wanita itu Cukup di Rumah Saja, Gak Usah Punya Cita-cita"!

Topik:

Berita Terkini Lainnya