5 Tips Pertama Kali Treatment untuk Pemula, Ketahui Jenis Kulit!

- Memahami jenis kulit sebelum treatment, agar pemilihan skincare dan treatment lebih tepat.
- Konsultasi sebelum treatment penting untuk menghindari efek samping dan penyesuaian perawatan harian.
- Pentingnya menggunakan sunscreen pasca-treatment untuk melindungi kulit dari sinar UV.
Jakarta, IDN Times - Kini merawat kulit bukan hanya dilakukan melalui rutinitas skincare, tetapi juga melalui treatment atau perawatan. Namun bagi kamu yang baru pertama kali ingin mencoba, mungkin ada banyak pertanyaan tentang langkah awal yang harus diambil.
"Mungkin kalau yang masih berusia 17 tahun atau pertama kali bisa dimulai dari facial dulu karena nanti akan dilakukan konsultasi berdasarkan jenis kulit, baru selanjutnya bisa ditentukan apa treatment yang lebih tepat," ungkap dr. Rosita, M. kes., AAAM, di pembukaan klinik Sempvurna di Cityplaza Jatinegara, Sabtu (30/11/2024).
Namun jika kamu berencana mencoba treatment lanjutan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar hasilnya maksimal dan sesuai dengan kebutuhan kulitmu. dr. Rosita, M.Kes., AAAM, membagikan beberapa tips yang bisa jadi panduan sebelum kamu memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Yuk, simak di bawah ini!
1. Ketahui dulu jenis kulit yang kamu miliki

Menurut dr. Rosita, langkah pertama yang tidak boleh dilewatkan sebelum memulai perawatan kulit adalah memahami jenis kulit yang dimiliki.
"Yang pertama dan yang paling penting, kita harus tahu dulu jenis kulit. Contoh, mungkin kita ambil kasus jerawat. Jerawat itu bisa terjadi pada kulit berminyak., mungkin sudah banyak yang tahu. Tapi belum banyak yang tahu bahwa jerawat juga bisa terjadi pada kulit kering atau kulit dehidrasi," jelas dr. Rosita.
Ia menambahkan, salah diagnosis jenis kulit sering kali menjadi penyebab masalah tidak kunjung teratasi. Mengetahui jenis kulit yang tepat bukan hanya memudahkan pemilihan skincare, tetapi juga memastikan treatment yang dilakukan lebih efektif. Misalnya, pada kulit berjerawat yang ternyata kering, treatment yang dipilih harus berfokus pada hidrasi dan kelembapan untuk mengembalikan keseimbangan kulit.
"Kebanyakan skincare untuk jerawat dirancang untuk mengurangi minyak. Nah, bisa kita bayangkan kalau mendiagnosa diri sendiri padahal kulitnya kering atau dehidrasi, tapi mengiranya berminyak, ini justru memperburuk kondisi kulit," ungkapnya.
2. Mengenali bahan aktif yang digunakan di skincare

Selanjutnya, dr. Rosita menekankan pentingnya konsultasi sebelum menjalani treatment untuk menyesuaikan perawatan kulit yang sedang digunakan sehari-hari. Konsultasi ini menjadi langkah awal yang penting untuk memahami kondisi kulit secara menyeluruh dan menghindari potensi efek samping dari bahan aktif tertentu.
"Nanti biasanya akan dilakukan konsultasi terkait dengan penggunaan skincare-nya di rumah, yang dipakai apa saja, ada active ingredients-nya apa saja. Karena itu juga harus ada penyesuaian," ujar dr. Rosita saat diwawancara.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa beberapa bahan aktif dalam skincare harus dihentikan sementara sebelum menjalani treatment. Hal ini dilakukan karena bahan aktif tersebut dapat membuat kulit lebih sensitif, meningkatkan risiko iritasi, atau mengganggu hasil perawatan.
"Pre-treatment itu biasanya ada persiapan. Memang ada beberapa bahan yang gak boleh dipakai. Contohnya seperti retinol, AHA/BHA, kemudian vitamin C dalam bentuk serum atau apa pun, itu sebaiknya di-stop dulu. Kemudian niacinamide dengan konsentrasi lebih dari 5 persen itu juga harus dihentikan," terangnya.
Tahapan persiapan ini bertujuan untuk memastikan kulit berada dalam kondisi terbaik sebelum treatment dilakukan. Dengan begitu, hasil perawatan dapat lebih maksimal, risiko iritasi dapat diminimalkan, dan kulit akan lebih mudah menerima manfaat dari treatment yang dilakukan.
3. Wajib menggunakan sunscreen

Saat pembukaan, dr. Rosita turut menjelaskan, bahwa meskipun melakukan treatment aman dilakukan bagi mereka yang belum memiliki rutinitas skincare lengkap, ada satu produk dasar yang sebaiknya sudah digunakan, yaitu sunscreen.
"Untuk yang belum punya tahapan skincare dan melakukan treatment memang aman, tetapi disarankan tetap harus sudah minimal punya sunscreen. Dan untuk pasca treatment mungkin seperti PRP yang menggunakan jarum, penggunaan sunscreen justru lebih dianjurkan pasca treatment," ungkapnya.
Sunscreen menjadi fondasi penting untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV, terutama saat kulit sedang dalam proses perbaikan setelah treatment. Setelah treatment yang melibatkan tindakan pada lapisan kulit, kulit menjadi lebih rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Oleh karena itu, perlindungan ekstra sangat diperlukan untuk memaksimalkan hasil treatment sekaligus menjaga kesehatan kulit.
4. Sesuaikan treatment dengan kebutuhan kulit

Dimulai dari memahami jenis kulit yang dimiliki, dr. Rosita mengungkapkan bahwa tren kecantikan saat ini mulai bergeser. Banyak konsumen yang kini lebih memilih fokus pada kesehatan kulit dibandingkan mengejar standar kecantikan seperti kulit putih.
"Sekarang lebih banyak yang ingin kulitnya bersih ya. Karena kan banyak yang udah mulai paham untuk self-care. Kalau saya pribadi, saya rasa mungkin orang sudah mulai berdamai, gak lagi yang pengen putih, tapi lebih pada ke cerah. Kulit yang bersih dan sehat lebih jadi prioritas, karena edukasinya juga udah mulai berbeda," jelasnya.
Dengan pendekatan ini, menurutnya memilih treatment yang relevan dengan jenis dan kondisi kulit menjadi langkah utama untuk mendapatkan hasil yang maksimal tanpa risiko iritasi atau efek samping. Ia pun menyarankan bahwa gaya hidup memainkan peranan penting.
dr. Rosita menambahkan, "Bukan hanya treatment yang menyesuaikan jenis kulit, gaya hidup dengan menjaga pola makan dan pola tidur juga penting diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal".
5. Pilih treatment yang dilakukan oleh ahli

Terakhir, dr. Rosita menekankan pentingnya memilih tempat perawatan yang sesuai standar medis. Ia mengingatkan, bahwa banyak salon yang menawarkan tindakan medis, namun konsumen harus berhati-hati.
"Yang pertama harus diketahui di salon itu harus ada dokter. Kemudian dokter ini harus sudah memiliki surat izin praktek yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat," ucap dr. Rosita.
Selain itu, perizinan klinik dan salon juga memiliki regulasi yang berbeda. Klinik yang melakukan tindakan medis harus memiliki izin operasional yang sah. Memastikan izin resmi memastikan perawatan yang diterima dilakukan oleh tenaga profesional dengan fasilitas yang sesuai standar kesehatan.
"Untuk tindakan medis memang gak boleh dikerjakan di salon. Jadi kalau ada salon yang membuka treatment, itu harus diwaspadai," pungkasnya.