Inilah 4 Brand yang Mengisi Keseruan Style Nite 2017

Flomors merupakan sebuah clothing line khusus cewek yang berfokus pada skirt dan bawahan. Berawal dari persahabatan yang sama-sama memiliki passion pada bidang fesyen, Flo, Mona dan Ruth membangun Flomors sejak tahun 2014.

Tidak memiliki latar belakang seorang fashion designer, membuat ketiganya sempat mengalami kesusahan dalam mewujudkan desain mereka. Mencari penjahit yang pas pun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Namun hal ini tidak membuat mereka menyerah begitu saja.

Mereka memasarkan produk Flomors melalui endorsement dan mengikuti bazar. Biasanya mereka mendapatkan inspirasi desain dari Pinterest atau dari desainer yang mereka sukai.

Meskipun mereka bertiga adalah sahabat, tapi ketiganya tidak takut untuk menjalin usaha bersama. Berbisnis dengan siapapun dapat berjalan baik asal mampu mengontrol ego dan profesionalitas masing-masing.

Clothing brand yang berdiri sejak tahun 2014 ini didirikan oleh Lisa Fong. Desain pakaian dari Avgal tidak mempunyai konsep khusus, tapi Avgal mempunyai prinsip mengutamakan apa yang dibutuhkan pelanggan. Sebisa mungkin Avgal mencoba untuk megikuti style dan tren yang ada, bukan menuntut pelanggan untuk mengikuti gaya Avgal.

Ciri khas pakaian dari Avgal adalah daily use, sehingga bisa dipakai oleh hampir semua kalangan. Pada tiap season, Avgal selalu mengeluarkan model pakaian yang berubah-ubah. Menurut Lisa, Avgal hadir untuk orang yang ingin tampil stylish tetapi masih bingung pakaian apa yang harus dipakai.

Menyukai dunia fesyen sejak kecil, membuat Lisa terus berkarya melalui Avgal. Dia sangat gencar dalam memasarkan produk Avgal melalui bazar di seluruh Indonesia. Mulai dari bazar di Jakarta, Surabaya, Makassar, hingga Medan, sudah pernah dia ikuti.

"Semangat paling kuat didapatkan dari pelanggan." ujar Lisa. Dia juga berpesan agar tidak malu dan terus lakukan yang terbaik dalam berkarya.

Creme De La Creme adalah sebuah clothing brand yang mempunyai visi tidak hanya berfokus pada style, tapi juga mengutamakan kualitas. Harga dari Creme De La Creme memang terbilang lebih mahal dari clothing brand lainnya, hal ini karena mereka sangat memperhatikan setiap detail dari produknya.

Creme De La Creme memiliki karakteristik yang selalu bermain dengan warna. Namun, Jacqueline, pendiri Creme De La Creme, mengatakan bahwa untuk konsep selanjutnya akan mengusung tema earth tone dengan tetap mempertahankan simplicity.

Menajalankan usaha sendiri bukan lah hal mudah bagi Jacqueline. Pada awal produksi Creme De La Creme, dia sempat mengalami kewalahan. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Jacqueline untuk menjadikan Creme De La Creme lebih dikenal seperti sekarang.

Masalah terbesar dalam membangun sebuah clothing line adalah modal dan ide. Namun Jacqueline berkaca pada para designer yang memulai usahanya dengan modal kecil. Sedangkan ide bisa didapat dari manapun asal seseorang mau membuuka hati dan pikirannya.

Orange berarti sweet, bold dan adventures, sedangkan Poppin merupakan singkatan dari Pop in Style. Itu lah makna dibalik clothing brand Orange Poppin. Sama seperti Flomors, Orange Poppin juga didirikan oleh tiga orang sahabat yaitu Nathania, Olivia dan Yovina.

Megusung konsep chic modern bohemian, Orange Poppin ingin tampil lebih fresh dan fun. Hal ini lah yang membedakan Orange Poppin dengan cloting brand lainnya yang lebih mengusung konsep monochorome.

Tak mudah mengenalkan brand baru yang lebih colorful bagi  yang sudah berdiri sejak pertengahan tahun 2016 ini. Namun mereka terus konsiten dengan konsep yang mereka usung. Oleh karen itu Orange Poppin dapat bertahan hingga saat ini.

"Daring to wear something different take effort." Quote dari Miuccia Prada ini lah yang selalu mereka pegang untuk terus berkarya dan mengembangkan Orange Poppin.

Nah bagaimana sekarang kamu sudah lebih kenal kan dengan mereka?