"Kalau kita bicara real investment, setiap kali kita beli perhiasan emas, apakah itu bisa dijadikan investasi? Depend dengan kenaikan harga emas," jelasnya.
Perhatikan Hal Ini Sebelum Beli Perhiasan Emas, Jangan Sampai Rugi!

- Perhiasan emas bisa menjadi investasi jangka panjang
- Perhatikan apakah barang yang dibeli baru atau preloved
- Pastikan harga yang dibayar sesuai dengan kadar emas yang didapatkan
Jakarta, IDN Times - Generasi muda mulai tertarik untuk membeli perhiasan emas tak hanya sebagai aksesori, namun juga investasi jangka panjang. Desain perhiasan emas yang semakin modern, membuat Gen Z tertarik memilikinya.
Perhiasan emas termasuk barang emas, sehingga nilainya tak bisa dikatakan murah. Bagi sebagian anak muda, harga emas cukup tinggi. Oleh karenanya, memerlukan pertimbangan matang sebelum berbelanja.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli emas supaya konsumen tidak merasa dirugikan. Pada momen grand opening The Palace Jeweler di Kota Sorong, Papua Barat Daya, pada Sabtu (14/12/2025), Petronella Rantedatu Soan selaku Chief Operating Officer Central Mega Kencana (CMK) dan tim The Palace Jeweler membagikan pertimbangan sebelum membeli perhiasan. Simak apa saja yang harus dicermati, jangan sampai rugi karena tidak tahu info ini!
1. Apakah perhiasan emas bisa menjadi investasi?

Ketika membeli perhiasan emas, kita kerap beranggapan bahwa barang ini dapat menjadi investasi jangka panjang. Petronella atau akrab disapa Nella, mengungkapkan perhiasan emas bisa menjadi investasi. Namun, hal tersebut sangat bergantung pada kenaikan harga emas yang tengah berlaku di pasaran.
Harga perhiasan emas akan mengikuti harga pasaran emas dunia. Oleh karenanya, ketika perhiasan emas dijual kembali, harganya akan sangat bergantung pada harga emas di pasaran.
Dengan demikian, perhiasan emas dapat menjadi investasi, bergantung pada seberapa signifikan kenaikan harga emas. Inilah yang akan memberikan keuntungan pada saat konsumen apabila menjual kembali perhiasan emas miliknya.
Nella memberi contoh, apabila seseorang membeli emas hari ini dengan harga Rp2,5 juta, lalu menjualnya kembali di hari yang sama, kemungkinan uang yang akan diterima berkisar Rp1,6 juta. Selisih harga tersebut berasal dari berbagai komponen, seperti biaya produksi, margin toko, potongan buyback, dan lain sebagainya. Dapat dikatakan perhiasan emas bukan instrumen yang akan menghasilkan keuntungan besar dalam waktu singkat karena nilainya bergantung pada harga pasaran.
2. Perhatikan barang yang dibeli baru atau preloved

Praktik jual-beli perhiasan emas bukanlah hal baru. Banyak pelanggan terbiasa menjual kembali emas yang dimilikinya. Akan tetapi, tak semua toko perhiasan terbuka soal status barang yang dijual, apakah preloved atau barang baru. Padahal, sama dengan barang lainnya seperti baju atau perangkat elektronik, perhiasan emas bekas pakai sudah sewajarnya memiliki harga atau nilai jual yang lebih rendah.
Jelita Setifa selaku General Manager The Palace Jeweler, menjelaskan ketika membeli perhiasan emas, pelanggan sebaiknya lebih teliti dan mendapatkan transparansi terkait status barang tersebut. Ketahui apakah produk yang dibeli termasuk barang tangan kedua atau baru.
Saat ditanya apakah yang harus diperhatikan sebelum pembelian, Jelita menjawab, "Kondisi barangnya baru atau preloved atau second. Karena, itu praktik yang sangat umum di toko perhiasan. Pada umumnya, barang lama-barang baru semua dijual sama."
Jelita menambahkan, perhiasan emas yang telah digunakan biasanya meninggalkan bekas pemakaian seperti scratch atau warnanya pudar. Jika sudah ada goresan, perhiasan tidak bisa sepenuhnya terlihat seperti baru, hanya bisa dicuci untuk membuatnya lebih berkilau.
"Harga barang preloved di The Palace lebih murah. Untuk harga diamond harganya bisa 30 persen lebih murah, untuk harga emas bedanya bisa sampai 10-12 persen. Kalau di banyak toko perhiasan, jual-beli emas, dicuci, lalu kelihatan baru, lalu dipajang, tapi gak di-disclaimer kalau barang itu barang preloved," ujar Nella.
3. Pastikan harga yang dibayar sesuai dengan barang yang didapatkan

Sebelum membeli perhiasan, hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kadar emas yang presisi. Misalnya perhiasan emas 18 karat, berarti mengandung 75 persen emas murni. Sementara sisanya adalah kandungan material lain, seperti tembaga atau silver.
Konsumen perlu memastikan bahwa emas yang dibeli kadarnya sesuai dengan klaim. Sebab, jika perhiasan disebut memiliki kadar 18 karat namun yang diterima hanya 17 karat, maka pelanggan membayar harga yang tidak sebanding dengan klaim di awal.
Sebagai gambaran, jika harga emas atau logam mulia dengan kadar 100 persen (99,9 persen) berada di angka Rp2,3 juta per gram, maka harga beli perhiasan emas 18 karat (kadar 75 persen) berkisar Rp1,7 juta. Perhitungannya adalah 75 persen (kadar emas) x Rp2,3 juta (harga logam mulia)=Rp1,7 jutaan.
Harga ini sangat berbeda jika yang diterima adalah emas 17 karat atau kadar 70,83 persen. Perhitungan menjadi 70,83x Rp2,3 juta=Rp1,6 jutaan.
Dari gambaran perhitungan di atas, dapat dipahami bahwa selisih 1 karat saja dalam perhiasan, berdampak signifikan pada harga yang harus dibayar. Artinya, pelanggan harus cermat. Kadar emas tak bisa diukur secara kasat mata dan memerlukan alat khusus. Salah satunya menggunakan karatimeter.
Jelita juga menambahkan, berapa pun kadarnya, tidak masalah, asalkan pembelian disampaikan secara transparan dan sesuai dengan nilai yang diterima konsumen.
"Pada dasarnya, mau membeli emas dengan kadar berapa pun tidak masalah, asalkan dikasih tahu dan bayarnya sesuai dengan harga tersebut," ujar Jelita.
Karena itu, meski tertarik dengan model atau desain tertentu, konsumen harus menjadi smart buyer dengan memastikan kesesuaian kadar dengan harga yang dibayarkan.
"Sebisa mungkin kalau beli perhiasan, transparan harganya," tambahnya.
Transparansi ini juga berhubungan erat dengan selisih harga beli dan harga jual emas. Pelanggan disarankan untuk membeli produk dengan informasi harga yang tebuka sejak proses pembelian.


















