Sri saat berjualan koran di perempatan Jalan Tambang Boyo, Surabaya, samping Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, pada 21 Desember 2019. IDN Times/Edwin Fajerial
Sri yang asli Mojokerto, beberapa waktu lalu memutuskan untuk menerima ajakan saudaranya untuk merantau ke Surabaya. Pada awalnya, dia menumpang tinggal di rumah saudaranya yang mengajaknya merantau.
"Kalau tahun pastinya merantau ke Surabaya, saya lupa. Saya ingatnya pindah ke Surabaya waktu presidennya masih Pak Harto," ujarnya.
Di Surabaya, dia dan suami mulai berjualan apa saja yang bisa menghasilkan uang untuk memenuhi kebetuhan sehari-harinya. Dia tak mau merepotkan saudaranya yang menampungnya tinggal.
"Tapi, setelah saudara saya meninggal, rumahnya dijual oleh anaknya, sehingga saya harus mencari kos-kosan untuk tinggal dengan suami," ujarnya.
Tinggal di kos-kosan membuat pengeluarannya semakin bertambah. Selain harus mencari uang untuk makan, dia harus membayar biaya ngekos sebesar Rp3 juta setiap tahunnya.
"Memilih bayar kosnya setiap tahun agar lebih murah. Kalau per bulan, terlalu berat biayanya dan buat kepikiran terus seperti dikejar-kejar biaya membayar uang kos," ujarnya.