Yana Yirah, founder Mother Hope Indonesia. (instagram.com/motherhopeind)
Setelah proses melahirkan yang melelahkan, kondisi fisik dan emosional seorang ibu dapat berubah bahkan mengalami gangguan. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh perubahan hormon, kondisi fisik yang menurun hingga perubahan suasana hati.
Yana menjelaskan salah satu gangguan suasana hati yang dapat menimpa seorang ibu, "Baby blues syndrome dapat dialami oleh 70-80 persen ibu pascamelahirkan. Baby blues syndorme itu bisa datang pada hari ketiga dan keempat pascamelahirkan dan dapat sembuh dengan sendirinya setelah dua minggu pascamelahirkan. Baby blues syndrome dapat terjadi karena perubahan hormon. Perubahan hormon itu yang menyebabkan seorang ibu mengalami perubahan mood yang signifikan."
Tak hanya perubahan suasana hati yang signifikan, setelah melahirkan, seorang ibu juga bisa mengalami depresi karena tekanan yang dialaminya. Kondisi ini banyak menimpa perempuan Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Yana.
"Berbeda dengan baby blues syndrome, depresi pascamelahirkan tidak bisa reda sendiri dan memerlukan bantuan dari psikolog klinis maupun psikiater. Namun pada depresi pascamelahirkan, gejalanya lebih berat, terus-menerus, lebih sering, dan berlarut-larut. Salah satu gejalanya antara lain munculnya perasaan sedih, penurunan konsentrasi, penurunan minat dan beberapa gejala lain yang muncul terus menerus selama lebih dari dua pekan," kata Yana.