Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanya

#AkuPerempuan Tetap mandiri di masa tua dengan hasil sendiri

Berawal dari unggahan foto akun instagram @HidayatAlsalam pada bulan Januari 2018 lalu yang memposting dan menceritakan tentang kisah seorang nenek penjual pecel sayuran membuat saya ingin lebih tahu dan mendengar langsung kisah dari sang nenek penjual pecel tersebut.

Akhirnya saya menemui Mbah Sumiyah atau Mbah Pecel—begitu biasa disapa—di kediamannya di Jl. Kp. Sabi Rt 02, Bencongan Indah, Kelapa Dua, Tangerang pada hari Selasa (13/3). Saya di sambut dengan ramah sekali padahal baru pertama kali saya berjumpa. Setiap harinya Mbah Pecel berkeliling memikul bakul pecel dengan tubuh mungilnya sekitaran perumnas 1,2,3 Cibodas, Tangerang dengan berjalan kaki di mulai dari Jam 3 sore sampai sekitar pukul 7 malam sudah pulang ke rumah.

Dengan usianya yang sudah tidak lagi muda, yaitu berumur 70 tahun, perempuan asal Kota Sragen, Jawa Tengah tersebut masih terlihat sehat dan kuat berkeliling. Mbah Pecel tinggal di Tangerang seorang diri.

Menurut saya seseorang yang menginspirasi tidak bisa dinilai hanya dari seberapa banyak harta yang ia peroleh, tetapi seberapa berpengaruh hidupnya untuk banyak orang. Di sini saya ingin menceritakan pelajaran hidup dari seorang Mbah Pecel.

Berikut 6 hal yang saya petik dari wawancara bersama Mbah Pecel, khususnya kalian perempuan muda wajib baca.

1. Mengadu nasib dari Kota Sragen ke Kota Tangerang

Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanyaidntimes.com/lisa-deslina

Setelah suami tercinta meninggal dunia akibat sakit, Mbah Pecel merantau ke Tangerang awalnya ikut saudara sekitar 24 tahun yang lalu, sebelum akhirnya tinggal sendiri di Tangerang setelah saudaranya tersebut meninggal.

Mbah Pecel mulai berjualan pecel sejak tahun 2000, berarti kira-kira sudah 18 tahun lamanya. Karena suka dibawakan sayuran dari sanak saudaranya kemudian ia berinisiatif untuk berjualan pecel saja dengan tambahan modal dari tabungan pribadi untuk membeli bahan lainnya. Ia memilih berjualan pecel karena tidak mau selamanya bergantung hidup dan merepotkan orang lain.

2. Kecil-kecil yang penting usaha sendiri, halal, dan tidak minta-minta

Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanyaidntimes.com/lisa-deslina

Mbah Pecel tidak hanya membuat pecel sayuran, ia juga membuat lontong isi dan aneka gorengan yang biasanya di santap bersama siraman sambal kacang. Psst, kamu harus tahu, sambal kacang Mbah Pecel ini terkenal enak!

Menurutnya, sambel yang enak itu buatnya harus diulek langsung karena rasanya akan berbeda kalau menggunakan alat blender. Harga satu porsi pecel sayuran lengkap Rp5.000, lontong isi Rp1.500, sedangkan untuk gorengan dijual dengan harga Rp1.000. Semua dikerjakannya seorang diri. Menurut saya harga tersebut terbilang murah meriah karena tidak sebanding dengan ukurannya yang jumbo khususnya lontong isi dan aneka gorengan. Namun, kata Mbah Pecel, ''Sing penting laku, banyak langganan."

Untuk tambahannya ada juga tetangga yang menitip donat gula. Perbiji donatnya Mbah mendapat keuntungan Rp500. Mbah juga bercerita, kadang-kadang ada juga yang berhutang dan janji membayarnya pas tanggal gajian akhir bulan. Kadang dibayar kadang juga tidak. Namun, Mbah tidak pernah mau menagih. Kalau ingat alhamdulillah, kalau tidak ya tidak apa-apa, begitu tutur Mbah Pecel.

Baca Juga: Perempuan Tangguh, Ini 5 Pelajaran Hidup Nh Dini yang Patut Dicontoh

3. Rajin menabung dan tidak mengeluh

dm-player
Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanyaidntimes.com/lisa-deslina

Omset per-hari biasanya kalau habis semua Mbah Pecel mendapatkan uang Rp250 ribu, itu belum di potong modal. Mbah Pecel setiap hari menyisihkan pendapatannya sebesar Rp10 ribu ditabung untuk membayar kontrakan sebesar Rp300 ribu/ bulan. Saat ditanya apakah ada keinginan untuk kontrak rumah di tempat lain, Mbah Pecel menjawab.

"Cari yang lain sudah mahal, tidak ada yang 300 ribu perbulan. Kalau disini aku 300 ribu sudah sama listrik, air. Karena ini aku sudah kenal lama sama yang punya, orangnya baik."

4. Mandiri, tidak mau merepotkan anak

Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanyaidntimes.com/lisa-deslina

Menurut penuturannya Mbah Pecel memiliki satu orang anak laki-laki yang menetap di Jawa Tengah. Ia mengungkapkan tidak mau tinggal bersama anak kalau mau ngapa-ngapain tidak leluasa, karena ada menantu. Kalau ia tinggal sendiri bisa leluasa.

Ia tidak menuntut anaknya harus memberi yang penting anaknya sukses dan bahagia. Ditanya apakah tidak kangen sama cucu atau cicit, umumnya para nenek di umur 70 tahun sudah menikmati masa tua dengan bersantai. Mbah menjawab,

"Kalau kangen yaa.. aku tinggal telepon selesai, aku itu kalau tidak jualan malah jadi sakit badannya."

5. Perempuan yang cantik itu ramah, dan tidak sombong

Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanyaidntimes.com/lisa-deslina

Saya juga menanyakan tentang arti cantik, menurutnya perempuan yang cantik itu kepribadiannya ramah, hatinya baik, tidak sombong. Kalau ramah dan hatinya baik maka akan mudah diingat oleh orang sampai kapan pun. Sedangkan kalau sombong hidupnya nanti tidak baik.

6. Bagi Mbah Pecel, perempuan pejuang itu harus mandiri, bekerja keras, dan ramah

Mbah Pecel, Woman Fighter yang Tetap Mandiri di Masa Tuanyaidntimes.com/lisa-deslina

Tiga hal tersebut adalah kuncinya untuk menjadi pribadi yang kuat.

Ya, di masa mendatang kita tidak bisa menebak siapa yang akan lebih lama menemani kita. Seperti lagu Peterpan, Tak Ada yang Abadi. Kita tidak bisa bergantung kepada orangl ain selamanya. Kalau kita masih sehat, sempurna dan bisa melakukannya sendiri mengapa tidak dilakukan sendiri saja. Mulai dari hal yang sederhana tidak perlu dirumitkan.

Mencontoh Mbah Sumiyah seorang Woman Fighter berumur 70 tahun merantau dari kota asalnya Sragen dan akhirnya hidup seorang diri di Kota Tangerang. Ia tidak mengeluh dan tidak mau merepotkan oranglain. Sekiranya begitu, doakan semoga Mbah Sumiyah selalu di beri kesehatan ya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Cintia, Cancer Survivor yang Kehilangan Satu Payudara

Lisa Deslina Photo Verified Writer Lisa Deslina

Blog pribadi: www.deslinalisa.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya