Liliyana Natsir, dari Anak Manja hingga Menutup Pensiun dengan Manis

Apa kesibukannya sekarang?

Bagi Indonesia, Liliyana Natsir atau akrab disapa Butet, adalah kebanggaan negara. Bagaimana tidak? Sejumlah kejuaraan bulu tangkis telah ia menangkan, bahkan hingga yang skalanya internasional. Tidak berlebihan jika namanya tetap diidolai meski telah pensiun. Kepada tim IDN Times, Liliyana berbagi kisahnya dari anak manja hingga menutup pensiun dengan manis.

1. Butet merupakan anak kecil yang manja. Meski begitu, didikan ayahnya yang sangat keras telah menempanya jadi sosok juara

Liliyana Natsir, dari Anak Manja hingga Menutup Pensiun dengan ManisIDN Times/Febriyanti Revitasari

Terlihat garang dan tegas di lapangan, Butet tidak memungkiri masa kecilnya manja seperti anak-anak pada umumnya. "Saya anak bungsu yang manja," paparnya. Meskipun begitu, ia merasa beruntung memiliki orangtua khususnya ayah yang mendidiknya sangat keras. Ia adalah Beno Natsir.

Kerasnya sang ayah tergambar saat mengharuskannya menang. "Ayah saya pernah memarahi saya waktu kalah," ungkap anak didik Richard Mainaky tersebut sambil tertawa. Di masa kecil, ia pernah ditantang oleh anak laki-laki. Bukannya merasa lemah harus bertanding dengan laki-laki, ia menerima tantangan tersebut. "Gak papa kalah. Toh, kamu sudah sempat bikin mereka pontang-panting," Butet menirukan perkataan ayahnya saat itu.

Hobi bulu tangkis Butet dapati dari sang ibu, Olly Maramis. Olly memang sudah menyukai olahraga tersebut sedari anak keduanya belum lahir. Kala adik dari Calista Natsir ini masih dikandung, sang ibu gemar menonton badminton di televisi. Sambil melihat pemain idolanya beraksi, ia membayangkan sang buah hati bisa jadi juara seperti yang ditonton di layar kaca.

Tak dinyana, hal tersebut terwujud! Di usia 9 tahun, Butet selalu mengisi waktu sepulang sekolah dengan bermain bulu tangkis. Berkat didikan ayahnya yang keras, jiwa senang berkompetisi turut tertanam. Motivasi menjadi orang sukses juga begitu tinggi dalam benaknya. Usia 12 tahun, ia diterima di PB Tangkas, Jakarta.

2. Sering jadi juara, ia mengaku sempat galau saat berpindah pasangan dari Nova Widianto ke Tontowi Ahmad

Liliyana Natsir, dari Anak Manja hingga Menutup Pensiun dengan ManisIDN Times/Febriyanti Revitasari

Memutuskan berpisah dari orangtua di usia 12 tahun, bukanlah hal yang mudah bagi Butet. "Pertama kali dari Manado ke Jakarta, latihannya beda," ungkapnya. Tekanan atau target dirasa semakin meninggi, sempat membuatnya kaget. Tidak cukup itu, ia juga harus menahan rindu karena jauh dari orangtua dan sangat bersaing selama berlatih di PB Tangkas.

"Pisah dari orangtua, umur 12 tahun, harus mandiri," katanya. Biasanya makanan selalu disediakan, di Jakarta harus mandiri dan tidak boleh jadi pemilih. Bahkan saat dirinya sakit, kepedulian teman terdekat sebatas anjuran istirahat dan minum obat. "Nangis..." Butet menggambarkan betapa gregetnya bertahan di Jakarta tanpa ayah dan ibu.

Pasca bertahun-tahun menekuni dunia bulu tangkis di Jakarta, Butet pun mulai terbiasa. Bahkan ia nyaman dengan kehidupan mandiri di ibu kota. Kuliah pun ia jalani di sana. Namun bukan berarti tidak ada tantangan lagi dalam kehidupan peraih medali emas SEA Games 2007 di Thailand kategori ganda putri ini. Saat berpindah pasangan dari Nova Widianto ke Tontowi Ahmad pun, ia sempat mengalami kegalauan.

"Pas saya sama Tontowi, memang ada jarak. Gak begitu nempel," beber dia. Bahkan ia menyebut jika pada tahun 2015, dirinya dan pasangannya tersebut sudah tidak harmonis. Prestasinya pun jelek. Namun ia cepat-cepat menyadari kalau tidak boleh menyerah. "Saya dikasih kesempatan. Masak saya menyerah, sih?" tanyanya pada diri sendiri saat itu.

Sejalan dengan waktu, ia dan Owi membangun kekompakan lagi dengan sabar. Mereka sadar menjadi juara pun perlu jungkir balik dan latihan yang giat. "Walau terseok-seok di awal, saya dan Owi bisa bangkit," tuturnya. Kalah di final All England 2015, pasangan ini membalasnya di semifinal Olimpiade Brazil 2016. 

3. Keputusan pensiun yang Butet ambil bukanlah karena umur atau prestasi, melainkan keluar dari zona nyaman

Liliyana Natsir, dari Anak Manja hingga Menutup Pensiun dengan ManisIDN Times/Febriyanti Revitasari

Tentunya, jadi sebuah hal sulit untuk melepaskan karier saat sedang ada di puncaknya. Ketika Butet menggantungkan raket, jutaan penggemarnya bahkan masih mengelu-elukan namanya. Namun, pilihan tersebut rupanya sudah dipikirkannya jauh-jauh hari secara matang.

dm-player

Sebelum resmi gantung raket pada Januari lalu, keinginan pensiun terbesit di hati Butet sejak dua tahun sebelumnya. Namun setelah berdiskusi dengan orangtua dan beberapa rekan, ia memilih bertahan sementara waktu karena beberapa sebab. "Karena sebentar lagi akan ada Asian Games 2018. Lalu, regenerasi belum berjalan dengan baik," ungkapnya.

Di laga ganda campuran Asian Games 2018, Butet dan Owi gagal mendapatkan medali emas. Medali perunggu yang didapat, menjadi pertanda Butet untuk segera gantung raket. "Saatnya pensiun, sudah cukup dedikasi dan waktu saya dari bulu tangkis," batinnya.

Tapi, Butet menolak jika dikatakan pensiun karena umur atau prestasi yang menurun. "Menjadi atlet itu zona nyaman. Hobi kita, terkenal, dapat uang. Tapi, zona aman tidak akan bertahan seumur hidup," ia menjelaskan alasan riilnya. 

Sebelum pensiun, setidaknya satu mimpi Butet telah terwujud. "Olimpiade itu prestasi saya. Saya menutup dengan prestasi yang manis," ujarnya soal medali emas yang didapatnya dari Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro kategori ganda campuran.

Baca Juga: Profil Maya Miranda Ambarsari, Perempuan Sukses di Balik JD.ID

4. Mengaku belum rindu pada olahraga yang membesarkannya pasca pensiun, Butet kini tengah menggarap dua bisnis

Liliyana Natsir, dari Anak Manja hingga Menutup Pensiun dengan ManisIDN Times/Febriyanti Revitasari

Uniknya, Butet sama sekali belum merasa rindu pada olahraga yang telah membesarkannya tersebut. "Belum kangen main lagi sampai sekarang. Biasanya, atlet tiga bulan pensiun sudah kangen. Sekarang belum," tambahnya. Barangkali, karena hampir seumur hidupnya sudah dihabiskan untuk bulu tangkis.

Yang pasti ia syukuri pasca pensiun adalah bisa merasakan hal-hal yang selama ini tidak bisa ia dapatkan sebelumnya. Di samping itu, ia sudah menyiapkan sejumlah bisnis yang telah dirintis sejak masih menjadi atlet. "Bisnis pijat refleksi karena saya atlet suka pijat. Jadi, saya tahu mana yang kurang keras dan pas. Saya punya ruko, kenapa saya ga pakai sendiri buat bisnis pijat refleksi?" tuturnya. Bisnis ini ia namai dengan "Nine Family Reflexology".

Selain pijat refleksi, ia juga berbisnis properti. Dengan temannya, perempuan yang pernah tergabung dalam klub bulu tangkis Pisok, Manado ini, juga tengah menyiapkan sebuah bisnis baru yaitu money changer. Ia pun diangkat menjadi PNS di Kemenpora serta dipercaya menjadi technical advisor di PB Djarum.

Banyaknya bisnis dan aktivitas pasca pensiun, tak pelak membuat rasa syukur Butet tak ada habisnya. Hal ini karena jaringan yang didapatnya selama jadi atlet, sangatlah luas. "Saya selalu bilang sama atlet-atlet muda. Benefit jadi atlet bukan prestasi, tapi koneksi yang luas lho!" ungkapnya. Sederhananya, ia mencontohkan bisa bertemu dengan menteri dan presiden.

5. Kini, kisahnya diabadikan dalam buku "Butet Legenda Sejati". Bekerja sama dengan Blibli.com, ia berharap kisahnya jadi inspirasi bagi atlet muda

Liliyana Natsir, dari Anak Manja hingga Menutup Pensiun dengan ManisIDN Times/Febriyanti Revitasari

Tidak mengada-ada, judul buku tersebut memang tepat menggambarkan bagaimana kiprah seorang Butet yang layak dikenang. Buku karangan Hamid Awaludin ini, tidak hanya membahas prestasinya yang selama ini banyak diketahui publik. Sisi-sisi personal Butet yang jarang diungkap pun, tertulis dengan apik.

Bekerja sama dengan Blibli.com, buku ini diterbitkan oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation dan bisa didapatkan secara eksklusif di marketplace tersebut. Sebelumnya, buku ini ditujukan bagi kalangan terbatas di PB Djarum. Mengingat antusiasme para penggemar yang tinggi, buku ini akhirnya dijual untuk umum dan sempat ludes selama tiga hari.

"Senangnya, bisa ceritakan banyak hal positif ke orang. Mulai dari orangtua sampai pensiun, ada jatuh bangun di sana. Semoga buku ini bisa menginspirasi atlet-atlet muda," harap perempuan kelahiran 9 September 1985 tersebut.

Itulah Liliyana Natsir yang telah bertransformasi dari anak daerah yang manja hingga menutup pensiun dengan manis. Darinya, kita bisa belajar soal pengorbanan, kegigihan, serta menantang diri sendiri untuk keluar dari zona nyaman. Semoga Indonesia segera menemukan sosok Butet yang lainnya, ya!

Baca Juga: Profil Omar Karim, Jualan Kopi sampai Go International di Amerika

Topik:

  • Febriyanti Revitasari
  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya