Belajar Menjadi Birokrat Andal dan Ikhlas dari Sarwo Handayani

#ParaPerempuanHebat juga bisa ditemukan di lingkup pemerintahan DKI Jakarta

Menjadi seorang birokrat selama 35 tahun bukanlah pekerjaan yang mudah. Berada di bawah pimpinan beberapa Gubernur yang berbeda-beda membuatnya harus cepat beradaptasi terhadap segala kebijakan yang diterapkan di ibu kota. Namun, hal yang tidak akan pernah dilupakannya adalah bekerja sebaik-baiknya demi kepentingan rakyat banyak.

Mungkin banyak warga DKI Jakarta yang belum mengenal PNS andal ini. Sarwo Handayani, 62 tahun, walaupun kini sudah pensiun, semangatnya dalam memajukan kota tetap membara. Baginya, Jakarta itu rumah. Sejak kecil sudah hidup di Jakarta membuatnya memiliki kedekatan tersendiri dengan kota yang menjadi pusat pemerintahan dan bisnis di negeri ini. Hal ini pula yang membuatnya untuk berkarir di dunia pemerintahan.

Selepas lulus dari Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Bandung, pada 1979, Yani langsung memulai karir PNS-nya. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI menjadi tempatnya mengabdi selama 20 tahun. Karena itu, dalam masa kerjanya, Yani melanjutkan pendidikannya di Magister Administrasi Universitas Indonesia. Cukup lama berkecimpung merencanakan dan mengelola anggaran DKI, Yani dipindahkan ke Biro Administrasi Sarana Perkotaan. Biro ini dinilai sesuai dengan latar belakangnya yang memilki kemampuan di bidang administrasi, ekonomi, serta tata ruang dan perkotaan.

Menurut Yani, menjadi seorang birokrat itu juga harus siap dan ikhlas ditempatkan di mana saja karena apapun pekerjaannya akan selalu ada masyarakat yang butuh bantuan maupun terbantu dengan pekerjaan para PNS. Sosoknya yang dikenal sebagai seorang pekerja keras dan mampu menyesuaikan ritme kerja dengan pimpinannya, membuat karir Yani terus menanjak.

Pada era Gubernur Sutiyoso, Yani diangkat menjadi Kepala Dinas Pertamanan. Empat tahun lamanya Yani mencoba membenahi tata letak taman, ruang terbuka hijau, dan pepohonan di kota Jakarta. Yani terpilih menjadi kepala dinas setelah tiga kali Sutiyoso gonta-ganti jabatan tersebut karena kinerjanya yang buruk. Mengutip beritasatu.com, kala itu Sutiyoso sedang frustasi untuk mencari Kepala Dinas Pertamanan yang mampu membangun ruang terbuka hijau di ibu kota. “Saya mau DKI punya taman seperti di luar negeri, dan Ibu Yani terbukti bisa mewujudkannya,” ujar pria yang akrab disapa Bang Yos itu.

Selain itu, kata Bang Yos, kerjanya yang cekatan, responsif terhadap permasalahan, dan siap kerja 24 jam, adalah hal-hal yang dia kagumi dari Yani. Menurut Bang Yos, loyalitasnya yang tinggi terhadap pekerjaan dan pimpinannya membuat Yani menjadi seorang birokrat yang disegani dan juga dikagumi oleh banyak teman-teman seperjuangannya. Tak banyak perempuan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya sebagai seorang birokrat di DKI ini, kata mereka.

dm-player

Saat Fauzi Bowo menjabat sebagai gubernur, Yani dua kali dipromosikan. Pertama, Yani menjabat sebagai Asisten Sekertaris Daerah DKI bidang Pembangunan tahun 2008-2012. Lalu, Yani memperoleh jabatan baru sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI pada 2012-2013. Tentu, Bappeda bukanlah SKPD (Satuan Kinerja Perangkat Daerah) yang baru bagi Yani. Pengalamannya yang cukup matang membuat Yani mampu menjadi seorang pejabat eselon II yang bekerja efektif dan efisien, terutama dalam hal menyusun RPJMD (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Jakarta kala itu.

Melanjutkan pekerjaannya tersebut, Yani kembali dipercaya oleh Gubernur yang selanjutnya terpilih, Joko Widodo, untuk menjadi Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Bagi Yani, memperoleh posisi ini seperti reuni lagi dengan pendidikan S1-nya. Ilmu arsitektur yang dia pelajari, ditambah dengan pengalamannya mengikuti perkembangan kota Jakarta, membuat Jokowi tetap mau mempekerjakan Yani meski sudah memasuki masa pensiun. Akhirnya, pada 2014, Yani didapuk menjadi Ketua Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP), hingga 2015.

Nama Yani sempat wara-wiri di media saat Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI sejak 2014, mencari wakil gubernur untuk membantunya menjalankan roda pemerintahan. Sarwo Handayani menjadi salah satu kandidat kuat untuk mendampingi Basuki. Kala itu, Gubernur Basuki beranggapan bahwa Yani adalah salah satu birokrat terbaik yang dia kenal karena tidak pernah tersangkut kasus ataupun mendapat sanksi selama bekerja. Selain itu, Yani dinilai Basuki berhasil mengelola anggaran DKI. “Jika Yani menjadi wakil saya, program-program DKI bisa ngebut,” kata Basuki, sepeti dikutip dari laman tempo.co.

Yani pada akhirnya tidak menjadi wakil Basuki. Tapi, hal itu tidak menyurutkan semangat perempuan yang telah memiliki empat cucu ini untuk terus mengabdi melayani masyarakat. Menurut Yani, hal yang terpenting adalah tetap tulus untuk bekerja, tanpa berharap muluk-muluk terhadap jabatan. Karena itu, Yani pun juga dipercaya sebagai komisaris dua BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) DKI, PT Pembangunan Jaya Ancol dan PT Sarana Jaya.

Setelah pensiun pada tahun 2015, Yani banyak diminta untuk menjadi pembicara terkait isu perkotaan dan tata ruang. Yani juga bergabung menjadi salah satu tim ahli di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bagi Yani, bisa tetap bekerja dan aktif melayani adalah hal yang paling dia syukuri. Apalagi, hal-hal yang dia kerjakan pun tak jauh-jauh dari kota tercintanya dan kota kelahirannya ini. Yani juga masih aktif dalam satu perkumpulan sosial yang kerap mengumpulkan donasi bagi daerah ataupun warga yang kurang mampu dan butuh uluran tangan.

Menurut Yani, segala hal yang sudah dia raih bukan hanya karena kemampuannya saja. Dukungan dari keluarga dan rekan kerjanyalah yang menjadi motivasi terbesar untuk terus mengabdi bagi publik. Yani berpesan bagi semua orang, terutama perempuan, yang ingin masuk dalam dunia pemerintahan, bahwa hal terpenting adalah menjaga harkat dan martabat perempuan sebagai makhluk mulia yang diciptakan Tuhan, bukan untuk menjerumuskan manusia, tapi untuk membuat dunia menjadi lebih baik.

“Ingatlah bahwa pekerjaan dan jabatan adalah amanah yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan. Jangan pernah bersungut-sungut terlalu lama, karena kunci menjadi seorang pelayan masyarakat yang baik adalah hati yang tulus dan niat yang selalu ikhlas bekerja,” tutupnya.

Yolanda Ryan Armindya Photo Writer Yolanda Ryan Armindya

Menyukai buku, tulisan, jalan-jalan, politik, pemerintahan, dan mungkin kamu juga.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya