Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Pria saat Terobsesi dengan Kekuasaan dan Kekayaan

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Honye Sanges)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Honye Sanges)

Semua orang pastinya tidak ingin hidup dalam keterbatasan ekonomi. Punya simpanan uang yang cukup selalu memberikan ketenangan dalam menjalani hidup. Begitu juga orang lebih suka berkuasa daripada dikuasai.

Sebab kekuasaan memberi mereka keleluasaan dalam memilih dan memutuskan. Sedang dikuasai membuat mereka harus tunduk pada orang lain yang lebih berkuasa. Akan tetapi, obsesi pria pada kekuasaan serta kekayaan tidak boleh dibiarkan. Meski perempuan juga bisa terobsesi pada dua hal tersebut, pria lebih sering mengalaminya karena tuntutan yang lebih besar buat sukses.

Inilah lima bahaya dari obsesi terhadap kekuasaan serta kekayaan yang wajib diwaspadai. 

1. Bisa memunculkan niat jahat demi mempercepat tercapainya tujuan menjadi kaya dan berkuasa

ilustrasi rencana jahat (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi rencana jahat (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Orang tidak bisa dalam posisi terus tertekan. Demikian juga pria yang sedang menghadapi tekanan untuk sesukses mungkin. Cepat atau lambat, ia akan terdorong buat membuktikan bahwa dirinya mampu mencapai standar kesuksesan yang diharapkan orang-orang darinya.

Dia ingin menjadi orang kaya dan berkuasa. Masalahnya, jalan menuju ke sana tidaklah mudah. Bayangan berbagai strategi curang pun mulai bermunculan. Termasuk menyingkirkan orang-orang yang dianggapnya sebagai penghalang.

2. Ketika kemampuan tidak sebanding dengan keinginan, yang muncul hanya angan-angan kosong

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Gantas Vaičiulėnas)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Gantas Vaičiulėnas)

Tidak mudah mendapatkan kekuasaan serta kekayaan secara bersama-sama. Seseorang terkadang diberi kekuasaan yang cukup tinggi dibandingkan orang lain, tetapi dari segi keuangan tak terlalu menjanjikan. Begitu pula orang dapat mengumpulkan banyak uang dengan bekerja sendiri, seperti menjadi kreator konten. Namun, ia tak punya kekuasaan sebesar yang diharapkan. Sebab kekuasaan kerap kali memerlukan pangkat yang tinggi di sebuah organisasi.

Orang yang bekerja sendiri tidak memiliki jabatan apa pun. Dengan kenyataan begini, seharusnya seseorang tetap merasa puas. Toh, meski tak berkuasa, dia selalu punya cukup uang. Atau sekalipun bukan konglomerat, setidaknya ia mendapatkan kepercayaan untuk mengatur banyak orang dengan kekuasaan yang diberikan.

Namun jika yang diinginkan adalah dua-duanya, orang yang tidak mampu mencapainya bakal lari pada angan-angan kosong belaka.

3. Ketidakmampuan mensyukuri keadaan saat ini dan tampil apa adanya

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Lensmagicians)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Lensmagicians)

Walaupun cita-cita tentang masa depan penting, mensyukuri serta menikmati kondisi saat ini tetap lebih utama. Apalah artinya memiliki mimpi apabila kehidupan menjadi terasa menyiksa.

Pria yang terobsesi dengan kekuasaan dan kekayaan pasti mengalaminya. Ia selalu merasa malu dengan keadaannya dan lebih suka berpura-pura menjadi orang lain yang memiliki citra sukses dan tajir. Meski penampilannya dapat menipu orang, batinnya tetap menderita karena sesungguhnya ia tidak puas pada diri sendiri.

4. Rasa lelah dan rendah diri ketiga gagal mencapai mimpi

ilustrasi pria muda (pexels.com/Griffin Wooldridge)
ilustrasi pria muda (pexels.com/Griffin Wooldridge)

Bahkan jika kegagalan yang dimaksud hanyalah tak mampu mewujudkan sesuatu persis dengan yang diharapkan, pria yang terobsesi dengan kekuasaan dan kekayaan tetap kecewa berat. Misalnya, kekayaan yang diimpikannya adalah memiliki aset senilai miliaran rupiah.

Kendati dia sudah punya ratusan juta rupiah yang tidak dimiliki oleh banyak orang, tetap saja dirinya merasa sedih dan gagal. Padahal, seiring waktu standar sukses serta berkuasanya pasti naik. Tidak mungkin turun. Ia seperti mengejar sesuatu yang terus menjauh dan mengakibatkan kelelahan serta keputusasaan.

5. Sikap selalu meragukan dan membenci keberhasilan orang lain

ilustrasi pria ekspresif (pexels.com/Jan Kopřiva)
ilustrasi pria ekspresif (pexels.com/Jan Kopřiva)

Obsesi pria pada kekuasaan dan kekayaan membawanya ke hasrat berkompetisi yang tidak sehat. Bukan cuma berpotensi menempuh jalan yang curang demi keinginannya terpenuhi, pria juga mampu bersikap tidak adil pada orang lain.

Singkat kata, ia berpikir bahwa apabila dirinya tak bisa mencapai standar kekayaan serta kekuasaan tertentu, orang lain pun tidak mungkin mampu. Bila ada yang berhasil mencapainya, dia yakin itu dilakukan dengan cara-cara yang kotor.

Pria yang memiliki kekuasaan di masyarakat, organisasi, atau tempat kerja plus ekonominya stabil memang lebih menarik di mata perempuan. Akan tetapi, pria perlu menjaga dirinya agar tak terobsesi pada kekuasaan serta kekayaan.

Masyarakat khususnya perempuan juga tidak boleh mendorongnya terlalu kuat agar punya kekuasaan sebesar-besarnya dan uang sebanyak mungkin. Karena obsesi memudahkan pria mengambil langkah nekat dengan membenarkan segala cara atau menjadi tidak bahagia apalagi bangga dengan kehidupannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us