Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria sedang menangis (istockphoto.com/urbazon)
ilustrasi pria sedang menangis (istockphoto.com/urbazon)

Seiring perubahan budaya dan peningkatan kesadaran akan kesehatan mental, kita semakin menyadari bahwa stereotip maskulinitas yang mengharuskan pria untuk selalu tegar dan menahan emosi adalah konsep yang perlu diubah. Salah satunya adalah stereotip bahwa pria tidak boleh menangis.

Menangis adalah bentuk ekspresi emosi yang alami dan seharusnya tidak dikecam, tanpa memandang jenis kelamin. Sayangnya, masyarakat masih sering kali membebani pria dengan stigma bahwa mereka tidak boleh menangis. Hal ini dapat menyebabkan penekanan emosi, kesehatan mental yang buruk, dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan baik. Mengingat dampak buruknya terhadap pria, mari simak cara mematahkan stigma bahwa pria tidak boleh menangis. 

1. Mengubah pemahaman terhadap maskulinitas

ilustrasi pria sedang menangis (istockphoto.com/elenaleonova)

Maskulinitas tidak selalu identik dengan ketidakmampuan untuk menangis. Sebaliknya, kekuatan sejati terletak pada keberanian untuk mengekspresikan emosi dengan terbuka. Perubahan paradigma terhadap maskulinitas perlu dimulai dari kita sendiri. Menghormati dan mendukung pria yang menunjukkan perasaan mereka adalah langkah pertama menuju masyarakat yang lebih inklusif dan pemahaman yang lebih mendalam tentang esensi manusia.

Stigma terhadap pria yang menangis dapat memiliki dampak besar pada kesejahteraan psikologis mereka. Pria mungkin merasa terhambat untuk mengekspresikan emosi mereka, menyebabkan penumpukan stress dan tekanan mental. Oleh karena itu, menghilangkan stigma ini adalah upaya bersama untuk menciptakan lingkungan di mana pria dapat merasa aman.

2. Edukasi dan kesadaran masyarakat

Editorial Team

EditorRifai

Tonton lebih seru di