Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Orang yang Selalu Setia Malah Paling Sering Patah Hati

ilustrasi merenung (pexels.com/Anastasia Kolchina)

Kesetiaan sering dianggap sebagai salah satu nilai tertinggi dalam sebuah hubungan. Banyak orang percaya bahwa dengan setia, hubungan akan menjadi lebih kuat dan langgeng. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Justru, orang yang selalu setia sering kali mengalami patah hati yang lebih dalam.

Mereka yang memberikan sepenuh hati sering kali tidak mendapatkan hal yang sama dari pasangannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut adalah tujuh alasan mengapa orang yang selalu setia justru paling sering patah hati.

1. Terlalu percaya

ilustrasi merenung (pexels.com/Anete Lusina)

Ketika seseorang setia, mereka cenderung menaruh kepercayaan penuh kepada pasangannya. Mereka tidak menyangka bahwa pasangannya mungkin menyembunyikan sesuatu atau memiliki niat yang berbeda. Kepercayaan ini sering kali membuat mereka rentan terhadap kebohongan atau pengkhianatan.

Sayangnya, kepercayaan yang terlalu besar sering dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Ketika kebohongan terungkap, mereka merasa sangat terluka karena sudah memberikan kepercayaan sepenuhnya. Akhirnya, mereka merasa dikhianati dan sulit untuk percaya lagi pada hubungan berikutnya.

2. Selalu memberi tanpa berharap balasan

ilustrasi berbicara (pexels.com/Anna Pou)

Orang yang setia cenderung memberikan segalanya tanpa mengharapkan imbalan. Mereka menganggap bahwa mencintai berarti memberi dengan tulus, tanpa menuntut apa pun sebagai balasannya. Sayangnya, hal ini sering kali membuat mereka dimanfaatkan oleh pasangan yang egois.

Ketika mereka terus memberi tanpa mendapatkan hal yang sama, lama-kelamaan mereka akan merasa lelah. Hubungan yang seharusnya saling mendukung berubah menjadi beban yang berat. Pada akhirnya, mereka menyadari bahwa mereka telah berkorban terlalu banyak tanpa mendapatkan penghargaan yang layak.

3. Bertahan meskipun tersakiti

ilustrasi memandang (pexels.com/Keira Burton)

Kesetiaan sering kali membuat seseorang tetap bertahan dalam hubungan yang menyakitkan. Mereka berpikir bahwa dengan bersabar dan bertahan, keadaan akan membaik. Namun, dalam banyak kasus, hal ini justru memperpanjang penderitaan mereka.

Mereka terlalu takut kehilangan dan memilih untuk tetap bertahan meskipun sudah disakiti berkali-kali. Harapan bahwa pasangan mereka akan berubah menjadi alasan untuk terus berada dalam hubungan yang tidak sehat. Sayangnya, hal ini hanya memperbesar luka yang mereka rasakan.

4. Mengutamakan kebahagiaan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/freestocks.org)

Orang yang setia sering kali lebih memikirkan kebahagiaan pasangannya dibandingkan kebahagiaan diri sendiri. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan perasaan demi membuat pasangannya bahagia. Sayangnya, tidak semua pasangan menghargai pengorbanan ini.

Ketika pasangan terbiasa menerima tanpa memberi, hubungan menjadi tidak seimbang. Kesetiaan yang diberikan malah membuat mereka terlihat lemah di mata pasangannya. Akhirnya, mereka merasa tidak dihargai dan hanya menjadi pelengkap dalam hubungan.

5. Sulit melepaskan

ilustrasi merenung (pexels.com/Ron Lach)

Ketika sudah berkomitmen, orang yang setia akan berusaha mempertahankan hubungan sekuat tenaga. Mereka sulit menerima kenyataan bahwa hubungan tersebut mungkin sudah tidak bisa dipertahankan. Hal ini sering kali membuat mereka bertahan lebih lama dari yang seharusnya.

Kesulitan untuk melepaskan membuat mereka mengalami patah hati yang lebih dalam. Mereka terus berharap bahwa segala sesuatu bisa diperbaiki, padahal kenyataannya tidak selalu demikian. Pada akhirnya, semakin lama bertahan, semakin besar pula luka yang mereka rasakan.

6. Mengabaikan tanda-tanda bahaya

ilustrasi pasangan (pexels.com/king caplis)

Orang yang setia sering kali mengabaikan tanda-tanda bahaya dalam hubungan. Mereka lebih memilih untuk fokus pada sisi baik pasangannya daripada menyadari kemungkinan buruk yang ada. Hal ini membuat mereka lebih rentan mengalami kekecewaan.

Ketika akhirnya mereka menyadari bahwa hubungan tersebut tidak sehat, semuanya sudah terlambat. Mereka sudah terlalu terikat secara emosional, sehingga sulit untuk melepaskan diri. Akhirnya, mereka mengalami patah hati yang lebih besar karena merasa telah membuang begitu banyak waktu dan usaha.

7. Tidak membayangkan hidup tanpa pasangan

ilustrasi merenung (pexels.com/cottonbro studio)

Kesetiaan yang mendalam sering kali membuat seseorang merasa bahwa hidup mereka tidak lengkap tanpa pasangan. Mereka terlalu menggantungkan kebahagiaan mereka pada keberadaan orang lain. Ketika hubungan berakhir, mereka merasa kehilangan arah.

Perasaan ini membuat mereka lebih sulit untuk move on dibandingkan orang lain. Butuh waktu lama bagi mereka untuk kembali bangkit dan percaya pada cinta lagi. Luka yang mereka rasakan jauh lebih dalam karena mereka merasa telah kehilangan bagian penting dalam hidup mereka.

Patah hati memang menyakitkan, terutama bagi mereka yang telah setia sepenuh hati. Namun, pengalaman ini bisa menjadi pelajaran berharga agar lebih bijak dalam mencintai. Kesetiaan tetap penting, tetapi harus diimbangi dengan kesadaran akan nilai diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us