Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Langkah Berhenti Jadi Korban Guilt Tripping Orang Lain, Perhatikan!

ilustrasi intimindasi (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi intimindasi (pexels.com/Keira Burton)

Guilt tripping sering kali membuat seseorang merasa bersalah atas hal-hal yang sebenarnya bukan kesalahan mereka. Pola ini bisa muncul dalam hubungan personal maupun profesional, dan jika dibiarkan, akan berdampak pada kesehatan mental. Seseorang yang menjadi korban guilt tripping biasanya sulit mengatakan tidak dan merasa harus selalu menyenangkan orang lain.

Padahal, rasa bersalah yang tidak sehat bisa membentuk siklus manipulasi yang sulit diputus. Mengidentifikasi guilt tripping adalah langkah awal, tetapi menghentikannya memerlukan keberanian dan strategi. Jika kamu merasa terus disalahkan atas hal yang bukan tanggung jawabmu, inilah saatnya membebaskan diri.

1. Kenali tanda-tanda guilt tripping

ilustrasi berpikir (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Julia M Cameron)

Langkah pertama untuk keluar dari guilt tripping adalah mengenali bentuk-bentuknya. Guilt tripping bisa berupa sindiran, ucapan manipulatif, atau ekspresi kecewa yang berlebihan. Biasanya, pelaku membuatmu merasa bersalah agar kamu melakukan sesuatu yang mereka inginkan.

Misalnya, seseorang berkata, “Kamu gak sayang aku ya, makanya gak mau bantu.” Ini adalah bentuk manipulasi emosional. Begitu kamu mengenali polanya, kamu bisa lebih waspada dan tidak langsung terpengaruh.

2. Validasi perasaanmu sendiri

ilustrasi bercermin (pexels.com/Min An)
ilustrasi bercermin (pexels.com/Min An)

Sering kali korban guilt tripping tidak memercayai perasaannya sendiri. Mereka merasa egois hanya karena ingin menetapkan batas. Padahal, perasaan tidak nyaman adalah sinyal penting dari tubuh dan pikiranmu.

Mulailah untuk tidak mengabaikan perasaanmu. Kalau kamu merasa dimanipulasi, itu valid dan perlu ditindaklanjuti. Kamu berhak memiliki ruang emosional sendiri tanpa harus merasa bersalah.

3. Tetapkan batas yang jelas

ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)

Guilt tripping sering berhasil karena pelaku tahu batasmu masih kabur. Menetapkan batasan yang tegas bisa membuatmu lebih terlindungi. Katakan dengan jelas apa yang bisa dan tidak bisa kamu lakukan.

Kamu tidak perlu menjelaskan semuanya secara detail. Cukup bilang, “Maaf, aku gak bisa bantu kali ini,” sudah cukup. Konsistensi dalam menegakkan batas akan membentuk kebiasaan baru yang sehat.

4. Hindari membela diri berlebihan

ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)

Saat kamu menjadi korban guilt tripping, biasanya kamu tergoda untuk menjelaskan panjang lebar. Ini justru membuat pelaku makin punya celah untuk memanipulasi. Alih-alih menjelaskan, fokus pada keputusanmu.

Kalimat sederhana seperti, “Aku tetap pada keputusanku,” sudah cukup kuat. Kamu tidak perlu merasa bersalah karena tidak memenuhi ekspektasi orang lain. Setiap orang punya tanggung jawab atas hidupnya sendiri.

5. Ubah responsmu secara perlahan

ilustrasi berpikir (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Mengubah respons terhadap guilt tripping tidak selalu mudah, apalagi jika sudah terbiasa menyenangkan orang lain. Mulailah dari hal kecil seperti menunda jawaban atau memberi waktu untuk berpikir. Ini bisa memberimu ruang untuk mempertimbangkan keputusan secara rasional.

Kalau dulu kamu langsung bilang “iya”, cobalah berkata, “Aku pikir-pikir dulu, ya.” Dengan cara ini, kamu melatih diri untuk tidak impulsif. Sedikit demi sedikit, kamu akan merasa lebih berdaya dalam mengambil keputusan.

6. Cari dukungan dari orang terpercaya

ilustrasi teman (pexels.com/William Fortunato)
ilustrasi teman (pexels.com/William Fortunato)

Terkadang, kita butuh perspektif luar untuk melihat bahwa kita sedang dimanipulasi. Bicarakan dengan sahabat, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Dukungan dari luar bisa memperkuat keberanianmu dalam menghadapi guilt tripping.

Mereka bisa membantu mengingatkan kamu bahwa kamu tidak salah hanya karena menetapkan batas. Kamu juga bisa belajar dari pengalaman mereka yang pernah menghadapi situasi serupa. Semakin banyak dukungan, semakin kuat posisimu.

7. Sadari bahwa kamu tidak bisa menyenangkan semua orang

ilustrasi merenung (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi merenung (pexels.com/Ron Lach)

Ini mungkin salah satu pelajaran tersulit, tapi paling penting. Tidak semua orang akan setuju atau suka dengan keputusanmu, dan itu tidak apa-apa. Memprioritaskan kesejahteraan diri bukan berarti egois.

Jika kamu terus berusaha menyenangkan semua orang, kamu akan kelelahan sendiri. Guilt tripping sering menarget orang-orang yang punya kebutuhan untuk disukai. Padahal, menjadi autentik jauh lebih penting daripada disukai semua orang.

Berhenti jadi korban guilt tripping bukan proses instan, tapi bisa dicapai dengan kesadaran dan latihan. Kamu berhak merasa damai tanpa beban emosional dari orang lain. Jangan biarkan rasa bersalah yang salah sasaran mengendalikan hidupmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rendy Firmansyah
EditorRendy Firmansyah
Follow Us