Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tanda Kamu Mengalami Zoom Fatigue Tanpa Disadari, Jangan Diabaikan!

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam era kerja jarak jauh dan pertemuan virtual yang semakin umum, banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar untuk rapat atau webinar. Aktivitas ini sering kali membuat tubuh dan pikiran terasa lelah, meskipun sebagian besar kegiatan dilakukan di dalam ruangan tanpa banyak gerakan fisik.

Zoom fatigue adalah fenomena kelelahan akibat terlalu sering menghadiri pertemuan virtual dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini bisa berdampak negatif pada produktivitas, kesehatan mental, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Supaya kamu lebih waspada terhadap kesehatan diri, yuk, simak ketujuh tanda kamu mengalami Zoom fatigue di bawah ini. Scroll terus, ya!

1. Merasa sangat lelah setelah meeting virtual

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Salah satu tanda utama mengalami Zoom fatigue adalah munculnya rasa lelah yang luar biasa setelah menghadiri pertemuan virtual. Meski hanya duduk di depan layar, tubuh tetap merasakan tekanan akibat harus fokus dalam waktu yang lama.

Energi terkuras karena mata terus menatap layar, mendengarkan berbagai informasi, serta berusaha memahami ekspresi dan nada suara lawan bicara. Jika setiap kali setelah meeting virtual tubuh terasa lebih lelah dibanding pertemuan langsung, ini bisa menjadi indikasi bahwa kelelahan akibat Zoom telah terjadi.

2. Kesulitan berkonsentrasi selama meeting

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/Tiger Lily)

Kesulitan berkonsentrasi saat pertemuan daring merupakan tanda lain dari Zoom fatigue. Saat meeting berlangsung, pikiran cenderung melayang dan sulit untuk tetap fokus pada diskusi yang sedang berlangsung. Sering kali, ada dorongan untuk membuka tab lain, mengecek media sosial, atau bahkan sekadar melamun.

Kesulitan dalam mempertahankan fokus ini bisa menjadi akibat dari kejenuhan akibat pertemuan yang terlalu sering dan intens. Kurangnya variasi dalam interaksi sosial serta tuntutan untuk terus memperhatikan layar membuat otak menjadi cepat lelah.

3. Mengalami sakit kepala atau tegang di leher dan bahu

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/Thirdman)

Terlalu lama menatap layar tanpa jeda dapat menyebabkan ketegangan pada mata, leher, dan bahu. Posisi duduk yang statis dan kurangnya pergerakan selama pertemuan daring bisa memicu sakit kepala akibat tegangnya otot di area tersebut.

Pencahayaan yang kurang ideal dan radiasi dari layar perangkat juga dapat memperparah kondisi ini. Jika sakit kepala atau rasa tegang di bagian atas tubuh semakin sering terjadi setelah mengikuti pertemuan virtual, ini bisa menjadi sinyal bahwa Zoom fatigue mulai memberikan dampak fisik.

4. Rasa cemas atau tertekan sebelum meeting dimulai

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/Edward Jenner)

Perasaan cemas atau tertekan sebelum memasuki ruang pertemuan virtual merupakan gejala lain dari Zoom fatigue. Setiap kali jadwal meeting mendekat, tubuh mulai menunjukkan reaksi stres seperti detak jantung meningkat, telapak tangan berkeringat, atau bahkan perasaan ingin menghindari pertemuan tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena adanya tekanan untuk selalu tampil profesional, menjaga ekspresi wajah tetap ramah, atau harus berbicara di depan banyak orang tanpa interaksi yang alami seperti dalam pertemuan tatap muka. Seiring waktu, kecemasan ini bisa berujung pada keengganan untuk menghadiri pertemuan daring, bahkan jika topik yang dibahas cukup menarik.

5. Mengalami kesulitan tidur setelah seharian meeting virtual

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kualitas tidur yang terganggu bisa menjadi indikasi bahwa tubuh mengalami kelelahan akibat terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar. Paparan cahaya biru dari layar laptop atau ponsel sebelum tidur dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur.

Selain itu, beban mental yang dihasilkan dari serangkaian pertemuan virtual dapat membuat otak sulit beristirahat. Jika pola tidur mulai tidak teratur atau sering terbangun di tengah malam setelah melewati hari penuh dengan meeting daring, ini bisa menjadi tanda bahwa Zoom fatigue memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan.

6. Kehilangan minat dalam interaksi sosial di luar meeting

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Zoom fatigue tidak hanya berdampak pada pertemuan daring tetapi juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial secara keseluruhan. Jika kelelahan akibat terlalu sering meeting daring membuat minat untuk berkomunikasi dengan orang lain berkurang, ini bisa menjadi pertanda adanya kejenuhan digital.

Interaksi sosial yang biasanya menyenangkan mulai terasa melelahkan, baik dalam bentuk percakapan langsung maupun melalui pesan teks. Jika keinginan untuk berbicara dengan orang lain semakin berkurang dan muncul kecenderungan untuk menghindari komunikasi tambahan, ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh dan pikiran sudah mencapai batasnya dalam menghadapi interaksi daring yang terlalu intens.

7. Mengalami burnout dan penurunan produktivitas

ilustrasi pria mengalami zoom fatigue (pexels.com/cottonbro studio)

Zoom fatigue yang dibiarkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan burnout. Tanda-tanda seperti kehilangan motivasi, mudah merasa lelah meskipun belum melakukan banyak aktivitas, serta berkurangnya produktivitas bisa muncul sebagai akibat dari kelelahan yang terakumulasi.

Ketika meeting virtual yang seharusnya menjadi sarana komunikasi justru berubah menjadi beban, ini menunjukkan bahwa keseimbangan antara kerja dan istirahat sudah terganggu. Burnout akibat Zoom fatigue bisa berdampak serius pada kinerja serta kesehatan mental, sehingga penting untuk segera mengambil langkah untuk mengatasinya.

Mengelola penggunaan teknologi dengan bijak sangat penting agar Zoom tidak menjadi sumber kelelahan yang berkepanjangan. Menyeimbangkan aktivitas daring dengan waktu untuk bergerak dan berinteraksi secara langsung dapat membantu menjaga kesehatan mental serta produktivitas tetap optimal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rifai
EditorRifai
Follow Us