Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Kenapa Cowok Gak Harus Selalu Jadi Pengejar dalam Cinta

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Erik Mclean)
Intinya sih...
  • Perempuan juga boleh mengambil inisiatif, menunjukkan perasaan, dan mengambil langkah duluan dalam hubungan.
  • Ketertarikan harus datang dari dua arah agar hubungan terasa lebih seimbang dan menyenangkan.
  • Cowok juga berhak merasa dihargai dan mendapat respons positif dalam hubungan, bukan hanya sebagai pemberi usaha tapi juga penerima cinta.

Selama ini, cowok sering kali dibebani ekspektasi untuk selalu jadi pihak yang lebih dulu mendekati, menyatakan cinta, dan berjuang dalam hubungan. Padahal, cinta seharusnya dibangun dua arah, bukan sekadar satu pihak yang terus mengejar, sementara yang lain cuma menunggu.

Meskipun banyak yang masih percaya bahwa cowok harus agresif dalam urusan percintaan, sebenarnya gak ada aturan baku soal itu. Berikut 6 alasan kenapa cowok gak harus selalu jadi pengejar dalam cinta.

1. Perempuan juga boleh mengambil inisiatif

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Mihail Tregubov)

Di zaman sekarang, perempuan pun semakin berani menunjukkan perasaan dan mengambil langkah duluan. Jadi, gak ada salahnya kalau cowok berhenti dulu dan melihat apakah ada perempuan yang benar-benar tulus menunjukkan ketertarikan.

Ketika dua orang saling inisiatif, hubungan pun akan terasa lebih seimbang dan menyenangkan.

2. Ketertarikan harus datang dari dua arah

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Becca Tapert)

Salah satu alasan cowok gak harus selalu jadi pengejar adalah karena ketertarikan itu seharusnya saling. Kalau dari awal aja udah kelihatan kalau cuma satu pihak yang tertarik dan berusaha, bisa jadi itu bukan awal yang baik.

Cowok juga punya hak untuk menunggu tanda-tanda ketertarikan dari gebetan sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh.

3. Menghindari hubungan yang dipaksakan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Rahib Hamidov)

Terlalu memaksakan diri untuk terus mengejar bisa bikin cowok terjebak dalam hubungan yang gak tulus. Kadang, karena gengsi atau kebiasaan, cowok terus ngejar meski sebenarnya sinyal dari lawan jenis sudah jelas-jelas menunjukkan penolakan.

Padahal, lebih baik mundur dan membiarkan cinta datang dari dua arah, daripada terus memaksakan sesuatu yang sebenarnya gak sehat untuk dijalani.

4. Cowok juga berhak merasa dihargai

ilustrasi pasangan (unsplash.com/Tim Mossholder)

Siapa bilang cowok gak butuh validasi? Cowok juga manusia yang bisa capek, kecewa, dan butuh dihargai. Saat cowok terus yang mengejar tanpa mendapat respons positif, itu bisa mengikis rasa percaya dirinya.

Kalau perasaan itu dibalas, cowok juga akan merasa lebih dihargai dan diperjuangkan, bukan hanya sebagai pemberi usaha tapi juga penerima cinta.

5. Cinta yang sehat dibangun atas dasar timbal balik

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS production

Hubungan yang sehat adalah hubungan yang dibangun oleh dua orang yang sama-sama memberi usaha, bukan satu pihak saja. Kalau cowok terus-menerus jadi pengejar, sementara si dia gak menunjukkan respons apa pun, hubungan itu bisa terasa berat sebelah.

Cinta yang saling tumbuh akan terasa lebih natural dan nyaman dijalani karena keduanya terlibat aktif dalam prosesnya.

6. Cinta sejati gak butuh dikejar mati-matian

ilustrasi pasangan jalan bersama (pexels.com/Budgeron Bach)

Cinta sejati seharusnya mengalir dengan alami. Gak perlu terlalu ngoyo atau terus-terusan mengejar kalau memang belum ada sinyal yang jelas. Justru cinta yang sehat biasanya tumbuh dari komunikasi yang seimbang, perasaan yang saling berkembang, dan usaha dari kedua belah pihak.

Kalau cowok merasa selalu jadi pihak yang berjuang, mungkin saatnya untuk berhenti sejenak dan evaluasi: apakah hubungan ini benar-benar layak diperjuangkan?

Gak ada yang salah kalau cowok mengambil langkah duluan, tapi juga gak salah kalau sesekali menunggu. Cinta bukan soal siapa yang lebih dulu mengejar, tapi bagaimana dua orang bisa saling bertemu di tengah. Jadi, cowok pun punya hak untuk dicintai dan dikejar balik, bukan cuma jadi pelari dalam maraton cinta yang tak berujung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us