Tarian Terakhir bukan sekadar karya penuh perasaan, tapi juga simbol kebangkitan. EP ini memuat lima lagu: "Sajak Bijak", "Jelita", "Iqro", "Hidup Kelak Berputar Kembali (HKBK)", dan "Peta Manusia" yang menggandeng Don Duru sebagai kolaborator. Deretan lagu ini dikurasi untuk menunjukkan warna khas Mercusuar dalam narasi musik yang padat makna.
Musikalitas EP ini memadukan unsur pop dengan nuansa vintage era 70-an dan 90-an, dibungkus dengan lirik-lirik metaforis yang kuat. Sentuhan tersebut membuat lagu-lagu Mercusuar terasa akrab namun juga memikat pendengar baru.
"Benang merahnya adalah musik pop dengan sentuhan vintage 70-an dan 90-an. Dibalut dengan lirik gaya metafor,” jelas gitaris dan pianis, Dani Irjayana.
Karya ini juga mencerminkan ambisi Mercusuar untuk menciptakan musik yang inklusif namun tetap tajam secara estetika. "Kami ingin membuat musik dan lirik yang tidak terdengar childish di mata orang dewasa, tapi juga tidak tabu di dengar anak-anak,” kata Lamlam menambahkan.
Di balik harmonisasi dan kedalaman liriknya, proses produksi Tarian Terakhir sempat mengalami hambatan besar. "Kami kehilangan semua data yang ada. Karena ada target dari Didi Music, maka kami rekam ulang materi-materi album ini selama 10 hari," ungkap Lamlam.