Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Pria Bisa Bahas Bola 2 Jam, tapi Jawab Chat 2 Detik pun Susah?

ilustrasi nongkrong di cafe
ilustrasi nongkrong di cafe (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Intinya sih...
  • Mode fokus pria sering cuma bisa satu jalur
  • Obrolan bola itu hobi, chat kadang terasa kayak tugas
  • Topik bola bikin adrenalin naik, chat malah datar
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fenomena pria bisa ngobrolin bola selama berjam-jam tapi jawab chat cuma “oke” setelah dua jam itu sering bikin bingung. Padahal, topiknya gak serumit fisika kuantum, tapi responsnya suka datang kayak pengiriman paket ekonomi: lama dan penuh tanda tanya. Ada alasan-alasan kecil yang sebenarnya logis, cuma kadang luput dipahami.

Perbedaan fokus, cara berkomunikasi, sampai “mode otak” yang dipakai pria ikut berperan besar. Saat dihadapkan pada sesuatu yang mereka suka, energi sosialnya meledak. Tapi ketika harus menjawab chat, apalagi yang butuh sedikit mikir dan perasaan, tiba-tiba baterai sosialnya drop.

1. Mode fokus pria sering cuma bisa satu jalur

ilustrasi nonton bola
ilustrasi nonton bola (pexels.com/Ofspace LLC, Culture)

Beda dari obrolan bola yang mengalir bebas, chat sering butuh perhatian detail. Pria biasanya masuk ke mode fokus yang hanya mengerjakan satu hal dalam satu waktu. Kalau lagi nongkrong, nonton highlight, atau debat formasi, ya semua energi mentalnya ke sana dulu.

Makanya, balas chat bisa tertunda karena otaknya belum “switch” ke mode komunikasi. Bukan gak peduli, tapi transisinya memang lebih lambat. Begitu fokusnya pindah, baru deh balasan muncul dengan tempo yang jauh lebih manusiawi.

2. Obrolan bola itu hobi, chat kadang terasa kayak tugas

ilustrasi pria nonton bola
ilustrasi pria nonton bola (pexels.com/Alena Darmel)

Ngomongin bola gak butuh mikir panjang. Mau bahas gol kontroversial atau analisis transfer pemain, semuanya keluar natural. Tapi menjawab chat, apalagi yang bernuansa emosional, sering dirasa seperti tugas yang harus benar.

Pria cenderung berhenti sejenak buat mikir “jawaban yang aman” atau “gak salah interpretasi.” Alhasil, bukannya cepat, malah makin lama. Ironisnya, semakin dia peduli, semakin lama dia mengetik.

3. Topik bola bikin adrenalin naik, chat malah datar

ilustrasi date di kafe (pexels.com/Katerina Holmes)
ilustrasi date di kafe (pexels.com/Katerina Holmes)

Saat ngomongin bola, otak pria dapat dopamin: ada drama, prediksi, kejutan, bahkan debat sengit. Itu bikin mereka semangat dan aktif ngomong. Sementara chat sering dianggap rutinitas harian yang gak punya efek emosional sekuat itu.

Alhasil, prioritasnya turun tanpa sadar. Obrolan bola jadi aktivitas “high reward,” chat masuk kategori “nanti dulu.” Bukan soal siapa yang chat, tapi soal sensasi yang dirasakan.

4. Pria takut salah paham, jadi mikir terlalu lama

ilustrasi first date (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi first date (pexels.com/cottonbro studio)

Chat rentan disalahartikan. Banyak pria yang akhirnya nahan diri sebelum nge-send sesuatu karena takut salah nada atau tersinggung. Mereka butuh jeda lebih lama untuk memastikan jawabannya gak bikin masalah.

Sementara ngobrolin bola? Mau salah prediksi, salah analisis, atau klub jagoannya kalah, semuanya aman. Risiko emosionalnya kecil, jadi lebih lancar.

5. Obrolan bola dilakukan bareng, chat sering dilakukan sendirian

ilustrasi nonton bola
ilustrasi nonton bola (pexels.com/Vitaly Gariev)

Ngobrol bola biasanya dilakukan dalam kelompok, dan energi kumpul itu bikin pria lebih hidup. Ada tawa, dorongan sosial, dan diskusi yang saling memancing. Tapi ketika chat, mereka melakukannya sendiri, tanpa stimulus sosial tambahan.

Karena gak ada energi dari luar, mood-nya lebih flat dan respons pun jadi lambat. Di sisi lain, ngobrol ramai-ramai bikin topik bola terasa lebih seru dibanding mengetik jawaban pribadi.

Pada akhirnya, bukan berarti pria gak peduli atau sengaja bikin sebel. Pola komunikasi dan cara otak mereka bekerja kadang beda ritme aja. Hobi membuat mereka lebih hidup, sementara chat butuh momen yang tepat dan pikiran yang cukup tenang.

Kalau udah ngerti ritmenya, kamu bakal lihat bahwa lambatnya balasan chat bukan ukuran rasa peduli. Itu cuma cara kerja aja, yang kalau disesuaikan, komunikasi bisa jadi lebih santai dan gak bikin kesel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

13 Ide Padu Padan Jaket untuk Cafe Hopping ala Member RIIZE, Trendi!

02 Des 2025, 09:15 WIBMen