Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/katemangostar)
ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/katemangostar)

Mengikuti workshop seringkali dianggap sebagai langkah positif untuk mengembangkan keterampilan, memperluas jaringan, atau menambah wawasan dalam bidang tertentu. Banyak individu bersemangat mendaftarkan diri dalam berbagai workshop yang ditawarkan, terutama jika topik yang diangkat berkaitan erat dengan minat atau bidang pekerjaan mereka.

Namun, tidak semua pengalaman berakhir dengan kepuasan. Beberapa individu justru merasa kecewa, merasa telah membuang waktu, atau menyadari bahwa materi yang disampaikan tidak sesuai ekspektasi. Reaksi semacam ini tidak selalu berkaitan dengan kualitas workshop itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh karakter dan ekspektasi pribadi yang dibentuk oleh kepribadian masing-masing.

Biar kamu tidak semakin penasaran, langsung saja simak kelima MBTI yang sering menyesal mengikuti workshop berikut ini. Let's scroll down!

1. INFP

ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/pressfoto)

Tipe kepribadian INFP dikenal sebagai pribadi yang idealis dan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi yang mendalam. Ketika mengikuti sebuah workshop, INFP biasanya datang dengan harapan bahwa kegiatan tersebut akan memberikan makna dan pengalaman emosional yang berarti. Mereka tidak hanya menginginkan pengetahuan teknis, tetapi juga koneksi emosional dengan materi dan narasumber. 

Selain itu, INFP sangat sensitif terhadap suasana dan energi dalam ruangan. Jika workshop terasa terlalu kaku, minim interaksi, atau berfokus pada pencapaian praktis tanpa membahas nilai-nilai atau konteks yang lebih dalam, mereka akan kehilangan minat. Tipe ini juga mudah merasa kelelahan dalam situasi sosial yang memaksa mereka untuk beradaptasi cepat atau bersaing dalam diskusi terbuka.

2. ISTJ

ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/freepik)

ISTJ adalah tipe kepribadian yang menghargai struktur, efisiensi, dan kejelasan. Ketika mereka memutuskan untuk mengikuti sebuah workshop, biasanya mereka sudah memiliki ekspektasi yang jelas tentang materi, hasil, dan metode yang digunakan. Jika workshop tidak terorganisasi dengan baik, materi tidak disampaikan secara sistematis, atau tidak ada alur logis yang bisa diikuti, ISTJ akan dengan cepat kehilangan minat dan merasa bahwa waktu mereka telah disia-siakan.

ISTJ juga bukan tipe yang menyukai spekulasi atau diskusi yang terlalu teoritis tanpa landasan konkret. Workshop yang terlalu mengandalkan simulasi, brainstorming, atau sesi terbuka tanpa struktur yang jelas akan membuat mereka merasa tidak nyaman. Mereka lebih menyukai pendekatan langsung yang berorientasi pada hasil. Ketika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, rasa menyesal mengikuti kegiatan tersebut dapat sangat membekas dalam ingatan mereka.

3. ENFP

ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/freepik)

ENFP adalah individu yang sangat terbuka terhadap pengalaman baru dan penuh antusiasme ketika menghadapi hal-hal yang dianggap bisa mengembangkan potensi diri. Namun, antusiasme ini kadang membawa mereka ke dalam situasi yang tidak sepenuhnya sesuai dengan minat atau kebutuhan mereka. Ketika workshop tidak memberikan ruang bagi eksplorasi bebas atau bersifat terlalu teoritis, ENFP akan dengan cepat merasa bosan dan tidak terhubung dengan kegiatan tersebut.

Selain itu, ENFP memiliki ekspektasi tinggi terhadap dinamika sosial dalam sebuah workshop. Mereka berharap bisa bertemu orang-orang menarik, berdiskusi bebas, dan terlibat dalam pengalaman yang membangkitkan semangat. Ketika workshop berjalan monoton, terlalu serius, atau tidak memberikan ruang untuk berinteraksi secara kreatif, ENFP akan merasa kecewa.

4. INTJ

ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/katemangostar)

INTJ dikenal sebagai perencana jangka panjang yang sangat selektif dalam memilih kegiatan. Ketika mereka memutuskan untuk mengikuti workshop, biasanya mereka memiliki tujuan strategis yang ingin dicapai. Namun, jika workshop tersebut tidak memenuhi standar intelektual mereka atau dianggap terlalu dangkal, INTJ tidak segan-segan menilainya sebagai buang-buang waktu. Mereka cenderung cepat mengidentifikasi kekurangan dalam penyampaian materi, kualitas narasumber, atau metode yang digunakan.

Selain itu, INTJ tidak menyukai situasi yang memaksa mereka untuk terlibat dalam kegiatan yang dianggap tidak relevan dengan tujuan utama mereka. Rasa frustasi ini membuat INTJ merasa bahwa workshop adalah kegiatan yang tidak sesuai dengan cara kerja mereka, sehingga penyesalan pun muncul sebagai bentuk evaluasi kritis terhadap keputusan yang mereka ambil.

5. ISFP

ilustrasi pria mengikuti workshop (freepik.com/pressfoto)

ISFP adalah individu yang sangat peka terhadap suasana dan pengalaman estetika. Ketika mereka mengikuti workshop, mereka lebih tertarik pada pengalaman langsung yang melibatkan kreativitas, sentuhan personal, dan suasana yang menyenangkan. Jika workshop terlalu kaku, penuh teori, atau tidak menyentuh aspek estetika yang mereka hargai, ISFP akan merasa kecewa. Mereka lebih menikmati pengalaman yang natural dan mengalir daripada pembelajaran yang disampaikan secara formal dan terstruktur.

ISFP juga cenderung mengikuti kata hati dalam mengambil keputusan. Ketika mereka merasa bahwa workshop tidak sesuai dengan nilai-nilai pribadi atau tidak memberikan kepuasan batin, mereka akan dengan mudah merasa menyesal. Ketidakhadiran suasana hangat atau sentuhan personal dalam penyampaian materi bisa menjadi alasan utama ISFP merasa tidak nyaman. 

Dengan memahami kecenderungan masing-masing tipe kepribadian, setiap individu dapat lebih bijak dalam memilih jenis workshop yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pribadi. Alih-alih merasa kecewa setelah kegiatan selesai, pemahaman yang baik terhadap diri sendiri akan membantu dalam menyaring pengalaman yang benar-benar memberikan dampak positif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team