Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mitos vs Fakta: Pria Harus Punya Rumah Sebelum Usia 30

ilustrasi pasangan depan rumah (pexels.com/ake1150sb)
ilustrasi pasangan depan rumah (pexels.com/ake1150sb)
Intinya sih...
  • Rumah dianggap simbol kesuksesan pria
  • Tekanan sosial mempercepat keputusan finansial
  • Kondisi ekonomi dan harga properti terus berubah
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di masyarakat, ada anggapan kuat bahwa pria ideal sudah seharusnya punya rumah sebelum menginjak usia 30 tahun. Kepemilikan rumah sering dijadikan tolok ukur kesiapan finansial dan kedewasaan. Tekanan ini tidak jarang datang dari lingkungan keluarga, pasangan, hingga media sosial.

Namun, apakah standar tersebut masih relevan dengan kondisi saat ini? Harga properti yang terus naik dan situasi ekonomi yang dinamis membuat target ini terasa berat bagi banyak orang. Untuk itu, penting membedakan mana yang sekadar mitos dan mana yang benar-benar fakta.

1. Rumah dianggap simbol kesuksesan pria

ilustrasi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)

Banyak orang memandang rumah sebagai bukti keberhasilan hidup. Pria yang sudah punya rumah sering dinilai lebih mapan dan bertanggung jawab. Pandangan ini membuat kepemilikan rumah seolah jadi kewajiban moral.

Faktanya, kesuksesan tidak bisa diukur dari satu aset saja. Karier yang stabil, kesehatan mental, dan kemampuan mengelola keuangan juga bagian dari pencapaian hidup. Rumah hanyalah salah satu bentuk aset, bukan penentu nilai diri seseorang.

2. Tekanan sosial mempercepat keputusan finansial

ilustrasi arsitek bangun rumah (pexels.com/tima)
ilustrasi arsitek bangun rumah (pexels.com/tima)

Target punya rumah sebelum 30 sering muncul karena perbandingan sosial. Melihat teman sebaya sudah KPR atau pamer kunci rumah di media sosial bisa memicu rasa tertinggal. Akibatnya, banyak pria merasa harus ikut-ikutan.

Padahal, keputusan finansial yang terburu-buru bisa berisiko. Cicilan jangka panjang membutuhkan kesiapan mental dan stabilitas penghasilan. Tanpa perencanaan matang, tekanan sosial justru bisa menjadi beban keuangan.

3. Kondisi ekonomi dan harga properti terus berubah

ilustrasi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi desain rumah (pexels.com/Alena Darmel)

Dulu, memiliki rumah di usia muda mungkin lebih realistis. Namun saat ini, harga properti naik jauh lebih cepat dibanding kenaikan gaji. Situasi ini membuat target usia 30 tidak lagi relevan bagi semua orang.

Fakta ini sering diabaikan saat menilai pencapaian seseorang. Setiap generasi menghadapi tantangan ekonomi yang berbeda. Menyamakan standar tanpa melihat konteks zaman jelas tidak adil.

4. Menyewa rumah bukan berarti gagal

ilustrasi pondasi rumah yang kuat (pexels.com/Ben-schonewille)
ilustrasi pondasi rumah yang kuat (pexels.com/Ben-schonewille)

Masih banyak yang menganggap menyewa rumah sebagai tanda belum sukses. Padahal, menyewa bisa jadi pilihan rasional, terutama bagi mereka yang mobilitasnya tinggi. Fleksibilitas ini sering justru menguntungkan secara finansial.

Menyewa memberi ruang untuk menabung dan berinvestasi di aset lain. Tidak semua orang harus langsung terikat cicilan panjang. Strategi finansial setiap orang bisa berbeda sesuai kebutuhan hidupnya.

5. Kesiapan finansial lebih penting daripada usia

ilustrasi rumah (pexels.com/Binyamin Mellish)
ilustrasi rumah (pexels.com/Binyamin Mellish)

Memiliki rumah seharusnya didasarkan pada kesiapan, bukan angka usia. Stabilitas penghasilan, dana darurat, dan tujuan jangka panjang jauh lebih krusial. Tanpa itu, rumah bisa berubah dari impian menjadi sumber stres.

Pria yang menunda beli rumah demi persiapan matang bukan berarti tertinggal. Justru keputusan tersebut menunjukkan kedewasaan finansial. Fokus pada kesiapan akan memberi hasil yang lebih sehat dalam jangka panjang.

Kepemilikan rumah bukan kewajiban mutlak yang harus dicapai di usia tertentu. Setiap orang punya jalur hidup dan kondisi finansial yang berbeda.

Yang terpenting adalah kemampuan mengelola keuangan dan membuat keputusan yang realistis. Rumah memang penting, tapi tidak seharusnya menjadi sumber tekanan. Hidup bukan lomba, melainkan perjalanan dengan ritme masing-masing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

9 Ide OOTD Kasual ala Chai Somchai, Modis Setiap Saat!

17 Des 2025, 08:15 WIBMen