Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mitos vs Fakta: Pria Lebih Mudah Move On

ilustrasi pria patah hati (pexels.com/VUk Saric)
ilustrasi pria patah hati (pexels.com/VUk Saric)
Intinya sih...
  • Mitos: pria cepat move on karena gak baperPria sering dianggap tidak terlalu sakit hati setelah putus cinta karena sikap tenang mereka. Padahal, ini lebih soal cara menampilkan emosi.
  • Fakta: pria sering menunda proses berdukaPria cenderung mengalihkan diri dengan kerja, hobi, atau nongkrong untuk menghindari proses berduka. Emosi yang tertunda akan muncul di waktu yang tidak terduga.
  • Mitos: punya gebetan baru berarti sudah move onHubungan baru belum tentu menutup luka lama. Rebound relationship sering dipilih untuk menghindari kesepian, tapi bisa membuat koneksi baru rentan masalah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang percaya bahwa pria cenderung lebih cepat pulih setelah putus cinta. Mereka terlihat santai, cepat tertawa lagi, dan seolah hidup normal tanpa beban. Persepsi ini membuat pria sering dianggap tidak terlalu dalam soal perasaan. Padahal, apa yang terlihat di luar sering jauh berbeda dengan yang terjadi di dalam.

Cara pria mengekspresikan emosi memang tidak selalu verbal. Banyak yang memilih diam, sibuk, atau mengalihkan perhatian dibanding bercerita. Dari sinilah muncul kesalahpahaman soal move on. Mitos dan fakta pun sering tertukar.

1. Mitos: pria cepat move on karena gak baper

ilustrasi pria patah hati (pexels.com/VIchai Phububphapan)
ilustrasi pria patah hati (pexels.com/VIchai Phububphapan)

Pria sering dicap tidak mudah terbawa perasaan. Mereka dianggap bisa menutup luka emosional lebih cepat dibanding perempuan. Sikap tenang setelah putus sering jadi bukti bahwa mereka tidak terlalu sakit hati. Padahal, ini lebih soal cara menampilkan emosi.

Banyak pria diajarkan untuk tidak menunjukkan kesedihan. Menangis atau galau dianggap lemah dan tidak maskulin. Akibatnya, rasa sakit disimpan sendiri tanpa ventilasi yang sehat. Dari luar tampak baik-baik saja, tapi di dalam masih berantakan.

2. Fakta: pria sering menunda proses berduka

ilustrasi pria duduk
ilustrasi pria duduk (pexels.com/cottonbro studio)

Alih-alih memproses kehilangan, pria cenderung mengalihkan diri. Mereka menyibukkan diri dengan kerja, hobi, atau nongkrong. Ini membuat rasa sedih seolah hilang, padahal hanya tertunda. Emosi yang ditekan akan muncul di waktu yang tidak terduga.

Bagi sebagian pria, masa paling berat justru datang belakangan. Saat distraksi hilang, rasa sepi baru benar-benar terasa. Proses move on jadi lebih panjang karena luka tidak pernah dihadapi sejak awal. Ini alasan kenapa banyak pria terlihat kuat, tapi rapuh diam-diam.

3. Mitos: punya gebetan baru berarti sudah move on

ilustrasi pasangan di street food (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi pasangan di street food (pexels.com/RDNE Stock project)

Pria yang cepat dekat dengan orang baru sering dianggap sudah selesai dengan masa lalu. Hubungan baru dilihat sebagai tanda kesembuhan emosional. Padahal, tidak jarang itu hanya pelarian sementara. Kehadiran orang baru belum tentu menutup luka lama.

Rebound relationship sering dipilih untuk menghindari kesepian. Namun, perasaan yang belum tuntas bisa terbawa ke hubungan berikutnya. Ini membuat koneksi baru tidak utuh dan rentan masalah. Move on sejati bukan soal ada pengganti, tapi soal berdamai.

4. Fakta: move on pria cenderung sunyi dan tidak terlihat

ilustrasi seseorang duduk di depan ponsel (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi seseorang duduk di depan ponsel (pexels.com/cottonbro studio)

Proses move on pria jarang dipamerkan. Mereka jarang mengunggah curhatan atau meminta simpati. Banyak yang memilih menjalani hari seperti biasa sambil berjuang sendiri. Kesunyian ini sering disalahartikan sebagai ketidakpedulian.

Padahal, dalam diam itu ada proses panjang. Pria belajar menerima, mengingat, lalu melepaskan dengan caranya sendiri. Tidak banyak kata, tapi penuh refleksi. Move on versi pria sering lebih lambat, tapi mendalam.

5. Jadi, apakah pria lebih mudah move on?

ilustrasi orang bermain hp di danau (pexels.com/dongdilac)
ilustrasi orang bermain hp di danau (pexels.com/dongdilac)

Kemudahan move on tidak bisa disematkan pada gender. Setiap orang punya cara dan tempo masing-masing. Pria mungkin terlihat lebih cepat bangkit, tapi belum tentu benar-benar pulih. Yang cepat terlihat belum tentu yang paling selesai.

Perbedaan utamanya ada pada ekspresi, bukan kedalaman perasaan. Pria dan perempuan sama-sama bisa terluka dan sembuh. Yang penting bukan siapa yang lebih cepat, melainkan siapa yang lebih jujur pada diri sendiri. Dari situlah proses sehat dimulai.

Mitos bahwa pria lebih mudah move on sering membuat luka mereka tidak terlihat. Padahal, banyak pria berjuang sendiri tanpa validasi. Mereka hanya memilih diam, bukan kebal rasa sakit. Kesembuhan bukan soal kecepatan, tapi soal keberanian menghadapi perasaan.

Mengakui luka bukan tanda lemah, justru tanda dewasa. Baik pria maupun perempuan, semua berhak berproses dengan caranya sendiri. Move on bukan lomba, melainkan perjalanan personal. Dan setiap perjalanan butuh waktu yang berbeda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

7 Inspirasi OOTD Street Style ala Enzo Fernandez, Standout Abis!

07 Des 2025, 07:15 WIBMen