Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Keira Burton)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Intinya sih...

  • Perbedaan cara menghilang antara ghosting dan soft blockingGhosting adalah menghilang tanpa penjelasan sama sekali. Soft blocking berbeda karena pelakunya masih memberikan sinyal, walau pelan-pelan menghilang.

  • Dampak emosional langsung yang dirasakan korbanGhosting sering menimbulkan rasa kaget dan sakit hati mendalam. Pada soft blocking, dampak emosional biasanya datang secara bertahap.

  • Alasan umum pelaku memilih ghosting atau soft blockingPelaku ghosting umumnya ingin memutus hubungan secepat mungkin tanpa konfrontasi. Soft blocking dilakukan untuk memberi jarak secara halus.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fenomena ghosting dan soft blocking kini semakin sering terdengar di dunia pertemanan maupun percintaan, terutama di era digital. Dua istilah ini sama-sama menggambarkan bentuk penarikan diri dari interaksi, namun dengan cara yang berbeda. Bagi banyak cowok, keduanya bisa meninggalkan luka mental yang gak kalah dalam.

Ghosting biasanya dilakukan secara tiba-tiba, sementara soft blocking terkesan lebih halus, tapi tetap bisa bikin bingung. Sayangnya, banyak orang belum memahami perbedaan keduanya, sehingga mudah salah mengartikan. Memahami bedanya bisa membantu kamu menjaga kesehatan mental dan mengantisipasi dampak emosionalnya.

1. Perbedaan cara menghilang antara ghosting dan soft blocking

ilustrasi main hp (pexels.com/iam hogir)

Ghosting adalah menghilang tanpa penjelasan sama sekali. Orang yang melakukan ghosting biasanya berhenti membalas pesan, mengabaikan telepon, dan memutus komunikasi tanpa tanda-tanda sebelumnya. Hal ini membuat korban merasa bingung dan mencari-cari alasan sendiri.

Soft blocking berbeda karena pelakunya masih memberikan sinyal, walau pelan-pelan menghilang. Biasanya mereka akan memblokir sementara atau menghapus pertemanan di media sosial, tapi masih bisa muncul di platform lain. Kesannya lebih sopan, tapi tetap membingungkan bagi yang mengalaminya.

2. Dampak emosional langsung yang dirasakan korban

ilustrasi murung (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ghosting sering menimbulkan rasa kaget dan sakit hati mendalam karena kejadiannya yang tiba-tiba. Korban bisa merasa tidak berharga, tidak penting, atau bahkan merasa bersalah tanpa tahu sebabnya. Perasaan ini bisa memicu stres hingga rasa cemas berlebihan.

Pada soft blocking, dampak emosional biasanya datang secara bertahap. Korban akan menyadari perubahan sedikit demi sedikit, lalu merasa kehilangan secara perlahan. Meskipun tidak sekejut ghosting, rasa sedihnya tetap bertahan lama.

3. Alasan umum pelaku memilih ghosting atau soft blocking

ilustrasi bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)

Pelaku ghosting umumnya ingin memutus hubungan secepat mungkin tanpa konfrontasi. Mereka mungkin merasa gak sanggup menjelaskan, atau tidak ingin berdebat. Sayangnya, ini membuat pihak lain merasa tidak dihargai.

Soft blocking biasanya dilakukan untuk memberi jarak secara halus. Pelaku mungkin merasa tidak nyaman, tapi tidak ingin memutus komunikasi secara total. Ada kemungkinan mereka ingin tetap menjaga hubungan baik di masa depan.

4. Sinyal yang muncul sebelum ghosting dan soft blocking

ilustrasi bertengkar (pexels.com/RDNE Stock project)

Pada ghosting, jarang ada tanda-tanda sebelumnya. Seseorang bisa terlihat akrab hari ini, lalu besok menghilang tanpa jejak. Inilah yang membuat ghosting terasa sangat menyakitkan.

Soft blocking sering diawali dengan tanda-tanda kecil. Misalnya, respon pesan yang mulai lama, jarang mengajak ngobrol, atau interaksi yang semakin berkurang di media sosial. Walau begitu, banyak orang tetap kaget saat akhirnya disingkirkan.

5. Kondisi hubungan setelah ghosting dan soft blocking terjadi

ilustrasi berbicara (pexels.com/RDNE Stock project)

Setelah ghosting, hubungan hampir selalu berakhir total. Pelaku jarang kembali menghubungi atau menjelaskan alasan mereka menghilang. Hubungan yang sudah retak sulit diperbaiki.

Dalam soft blocking, ada peluang hubungan bisa kembali membaik. Karena pemutusan tidak sepenuhnya permanen, kadang pelaku akan membuka blokir atau kembali berinteraksi setelah beberapa waktu. Namun, rasa canggung mungkin tetap ada.

6. Dampak ghosting dan soft blocking terhadap kepercayaan diri

ilustrasi cemas (pexels.com/cottonbro studio)

Ghosting dapat menghantam rasa percaya diri secara drastis. Korban bisa mempertanyakan nilai dirinya dan takut membangun hubungan baru. Hal ini terutama berat bagi cowok yang jarang mengekspresikan kesedihan secara terbuka.

Soft blocking juga memengaruhi kepercayaan diri, tapi dengan cara berbeda. Prosesnya yang bertahap membuat korban sering merasa diabaikan, lalu bertanya-tanya apa kesalahannya. Efeknya bisa mengikis rasa percaya diri pelan-pelan.

7. Strategi menghadapi ghosting dan soft blocking dengan sehat

ilustrasi teman (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Menghadapi ghosting membutuhkan penerimaan bahwa tidak semua orang akan memberi penjelasan. Fokus pada self-healing dan dukungan dari teman dekat sangat membantu. Mengalihkan perhatian pada hal produktif juga bisa mempercepat pemulihan.

Untuk soft blocking, penting menjaga jarak dan tidak memaksakan kontak. Gunakan momen ini untuk evaluasi diri, tapi jangan menyalahkan diri berlebihan. Terimalah bahwa hubungan kadang memang berubah arah tanpa alasan jelas.

Baik ghosting maupun soft blocking sama-sama bisa meninggalkan luka di hati, terutama bagi cowok yang jarang membicarakan perasaannya. Perbedaan keduanya memang terlihat dari cara dan dampaknya, tapi keduanya tetap perlu dihadapi dengan bijak. Dengan memahami perbedaannya, kamu bisa lebih siap menjaga kesehatan mental dan membangun hubungan yang lebih sehat di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team