Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
RAN TEATER NESTAPA - HILARIUS JASON 2.jpg
Foto profil RAN (Dok. RAN)

Intinya sih...

  • RAN tidak membuat anthem move-on, tetapi ingin hadir sebagai teman yang memeluk dalam proses hubungan yang gagal.

  • RAN menghadirkan juxtaposition dengan tetap memperdengarkan DNA musik mereka yang ceria, meski lagu ini menceritakan kisah pahit.

  • RAN ingin menempatkan diri pada pendengar mereka sebagai teman setia yang selalu ada dalam proses mengenal diri sendiri.

Jakarta, IDN Times - Trio RAN meneruskan fase eksperimental album Teater Nestapa lewat video musik terbaru “Masih Takut Mencinta” yang dirilis pada Kamis (17/7/2025) lalu. Lagu ini bukan sekadar penggalan kisah cinta yang gagal, melainkan titik temu bagi siapa pun yang sedang belajar menerima, pulih, dan perlahan membuka hati.

Disutradarai oleh Bonita Rachel, yang juga merupakan Creative Director RAN, video musik “Masih Takut Mencinta” menggambarkan sosok perempuan yang tengah berproses melewati salah satu momen paling nestapa dalam hidupnya, dan mengakui bahwa dirinya memiliki ketakutan untuk memulai kisah yang baru.

1. RAN tak berkutat pada pedihnya momen perpisahan

Foto profil RAN (Dok. RAN)

RAN tidak sedang membuat anthem move-on, juga tidak sedang menulis mantra bangkit dari patah hati. RAN ingin mengatakan bahwa rasa takut, ketidaksiapan memulai hubungan baru dalam fase hubungan yang gagal adalah proses yang manusiawi.

“Lagu ini bukan soal patah hati yang dramatis atau cinta baru yang membuncah. Lagu ini berada di tengah-tengahnya. Tentang proses. Kita ingin hadir sebagai teman yang memeluk, bukan menghakimi. Kalau kamu belum siap mencintai lagi, it's okay," ujar RAN dalam keterangan persnya.

“Masih Takut Mencinta” adalah wujud eksperimen yang unik dalam perjalanan katalog kepenulisan lagu RAN. Dari segi tema, RAN memang menyuplik cinta yang kandas, tetapi RAN tak berkutat pada pedihnya momen perpisahan. Sebaliknya, dari segi aransemen RAN menghadirkan juxtaposition dengan tetap memperdengarkan DNA musik mereka yang ceria, termasuk intro gitar yang selama ini menjadi ciri khas RAN. Hasilnya, meski lagu ini mengisahkan kisah pahit, tetapi tetap menghadirkan kekuatan harapan lewat musik yang uplifting.

“Lagu ini keluar begitu saja, alamiah banget. Rasanya kayak darah kita sendiri yang nulis,” ujar Rayi. “Dibanding lagu-lagu lain di album ini, yang ini nggak perlu dipaksa. DNA-nya RAN banget,” ujar Asta.

RAN menggandeng Rayendra Sunito sebagai co-producer untuk single ini. Pelibatan Rayendra disebut RAN sebagai upaya untuk kembali pada akar soul-funk pop Indonesia yang dulu membesarkan mereka.

2. Nenggambarkan bagaimana RAN sebagai sebuah keluarga

Sementara itu, Bonita Rachel menangkap esensi lagu ini lewat cerita visual yang subtil. Seorang perempuan diperankan Ayu Gurnitha yang melewati hari seorang diri setelah mengalami segala yang terjadi, yang tentu tak pernah diharapkannya. Dalam video ini, Ayu tidak hanya berakting, tetapi juga menciptakan koreografi ringan yang menyimbolkan gelombang emosi manusia yang sedang mencoba pulih.

Nino membagikan proses syuting video musik yang menarik, sekaligus menggambarkan bagaimana RAN sebagai sebuah keluarga, bukan sekadar grup musik, juga sangat menghargai situasi sosial tempat mereka berpijak dalam membuat karya.

“Kita syuting di satu rumah, dan kebetulan tetangga di rumah itu punya penyakit jantung. Jadi kami harus main band tanpa suara. Drummer kami bahkan cuma pura-pura mukul supaya tidak berisik,” cerita Rayi.

Perjalanan emosional dalam lagu ini tergambar kuat pada lirik yang berubah di akhir. Dari “maafkan aku masih takut mencinta” menjadi “buatlah aku tak takut lagi mencinta.” Sebuah pergeseran makna yang sederhana tapi dalam. Bagian ini juga diperkuat dengan ekspresi pemeran utama yang perlahan pulih dan siap menyambut perjalanan cinta selanjutnya.

“Perubahan kecil itu penting. Itu harapan. Itu ajakan untuk percaya lagi," kata Nino.

3. Cara RAN menempatkan diri pada pendengar mereka.

Foto profil RAN (Dok. RAN)

“Masih Takut Mencinta” adalah cara RAN menempatkan diri pada pendengar mereka. Bukan saja generasi yang turut bertumbuh seiring perjalanan RAN, tetapi juga generasi hari ini yang mereka anggap punya kedalaman tersendiri dalam menyikapi fase nestapa dalam hidup. RAN tidak mengambil jarak untuk menggurui atau memanipulasi kepedihan dengan ajakan bersenang- senang, tetapi berada di samping pendengarnya dan menjadi teman setia yang selalu ada. Bahwa tiap nestapa dan luka adalah proses untuk membuka harapan baru dalam perjalanan mengenal diri sendiri.

Teater Nestapa yang lahir dalam penantian berjarak sewindu dari album penuh sebelumnya adalah bukti bagaimana RAN tak pernah meninggalkan RANers. Sebagaimana kita semua, RAN pun bertumbuh. Hal itu terdengar dalam eksplorasi dan eksperimen dari segi musik dan tema lagu. Satu yang pasti, RAN adalah teman lama yang tak pernah pergi, meski fase hidup yang kita alami silih berganti.

“Lagu-lagu RAN biasanya orang dengarkan untuk dapat semangat, tapi lewat lagu-lagu di Teater Nestapa termasuk lagu ‘Masih Takut Mencinta’ ini kami mau jadi teman yang duduk di sebelah dan bilang 'Semangat, yuk,’” tutup Nino.

Editorial Team