7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia Seabad

Berdiri sebelum Indonesia merdeka

Industri rokok di Indonesia sudah dimulai sejak akhir abad ke-19. Saat itu, dikenal rokok kretek yang merupakan rokok asli Indonesia dengan ciri khas campuran cengkeh dan saus perisa pada daun tembakau.

Pada tahun 1900-an, industri rumahan rokok kretek mulai menjamur di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Kudus, Jawa Tengah. Menariknya, ada beberapa perusahaan rokok di Indonesia yang berdiri pada masa itu dan masih bertahan hingga saat ini. Namun, ada pula produsen yang sudah bangkrut sejak era kemerdekaan.

Berikut 7 merek rokok tertua di Indonesia yang masih eksis hingga kini. Simak selengkapnya di bawah ini, yuk!

1. Tjap Bal Tiga (1906)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia SeabadIlustrasi rokok Tjap Bal Tiga, rokok kretek pertama di Indonesia (instagram.com/disbudparkudus)

Tjap Bal Tiga bisa dibilang merupakan salah satu perusahaan rokok kretek pertama di Indonesia yang didirikan oleh pengusaha bernama Nitisemito. Nitisemito sendiri dijuluki sebagai 'Raja Kretek' karena sukses mengelola pabrik-pabrik rokok yang memproduksi jutaan batang rokok dengan ribuan buruh.

Nitisemito mendirikan Tjap Bal Tiga bersama istrinya, Nasilah. Merek Tjap Bal Tiga pun resmi dipakai pada 1906. Secara bertahap, bisnis rokoknya makin terkenal dan penjualan terus meningkat. Salah satu puncak kejayaan Tjap Bal Tiga terjadi sejak 1918, yaitu saat mereka mendirikan pabrik di Desa Jati seluas enam hektare.

Berbagai cara promosi modern pun sudah dilakukan si 'Raja Kretek' ketika itu. Misalnya bungkus rokok yang dicetak di Jepang dengan logo timbul hingga menyebar brosur menggunakan pesawat terbang, radio, hingga sandiwara keliling.

Namun, bisnis Tjap Bal Tiga bukan tanpa masalah. Popularitasnya mulai menurun saat Perang Dunia II pada 1939.

Mark Hanusz dalam buku Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes juga menyebut ada konflik perebutan posisi di perusahaan yang melibatkan keluarganya.

Tjap Bal Tiga juga mengalami masalah karena diduga memiliki pembukuan ganda yang dianggap sebagai cara untuk tidak membayar pajak. Akibatnya, rumah dan mobil Nitisemito disita.

Beberapa tahun setelah beroperasi kembali, Tjap Bal Tiga kembali dilanda masalah. Kehadiran Jepang ke Indonesia menjadi faktor mundurnya rokok Tjap Bal Tiga.

Penjajahan Jepang yang represif membuat pabrik rokok Tjap Bal Tiga mengalami kesulitan dari segi perekonomian. Hampir semua aset Nitisemito dirampas.

Nitisemito meninggal dunia pada 1953. Setelah meninggal dunia, keluarganya sempat berupaya menghidupkan kembali rokok Tjap Bal Tiga, namun hanya bertahan 1-2 tahun sebelum akhirnya tutup permanen. Kendati sudah tak produksi lagi, rokok Tjap Bal Tiga bisa dibilang salah satu merek rokok legendaris dan rokok tertua di Indonesia.

2. Dji Sam Soe - PT HM Sampoerna Tbk (1913)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia SeabadPabrik PT HM Sampoerna Tbk (sampoerna.com)

Merek rokok tertua di Indonesia berikutnya adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk atau yang lebih akrab dengan nama PT HM Sampoerna Tbk yang memproduksi rokok Dji Sam Soe hingga sekarang. Sampoerna didirikan oleh Liem Seeng Tee, imigran China yang mulai mengenalkan Dji Sam Soe pada 1913.

Liem sendiri sebenarnya pernah memproduksi beberapa merek rokok dengan racikan berbeda. Lalu pada 1930, Liem akhirnya menggunakan nama perusahaan Sampoerna.

Saat penjajahan Jepang, pabriknya sempat berhenti karena Liem dipaksa memproduksi rokok untuk tentara Jepang. Dia pun dibawa ke Jawa Barat untuk kerja paksa. Kemudian usahanya dilanjutkan oleh anaknya, Aga Sampoerna.

Namun, pada 2005, HM Sampoerna dijual ke Phillip Morris, perusahaan rokok besar asal Amerika. Kendati demikian, HM Sampoerna masih terus diproduksi dan beredar di Indonesia hingga sekarang.

3. Goenoeng & Klapa (1913)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia Seabadilustrasi merokok (pexels.com/Geri Tech)

Goenoeng & Klapa merupakan salah satu produsen rokok tertua di Indonesia yang berdiri pada 1913 di Kudus oleh Mohamed Atmowijoyo. Berbeda dengan merek rokok lainnya, pabrik rokok Goenoeng & Klapa justru fokus memproduksi rokok klobot, yaitu rokok yang menggunakan daun jagung kering sebagai pembungkusnya.

Saat ini, Goenoeng & Klapa lebih dikenal sebagai merek rokok lokal di Kudus, Jawa Tengah. Kabarnya, rokok Goenoeng & Klapa dilanjutkan oleh generasi keempat dengan jumlah karyawan yang hanya sekitar 35 orang.

4. Bentoel - PT Bentoel International Investama (1930)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia SeabadProduk rokok dari Bentoel Group (bentoelgroup.com)

PT Bentoel International Investama merupakan produsen rokok di Indonesia yang berawal dari pabrik rokok kecil bernama Strootjes Fabriek Ong Hok Liong. Bisnis rokok Bentoel didirikan oleh Ong Hok Liong pada September 1930.

Ong Hok Liong sendiri pernah memproduksi beberapa merek rokok, tapi tidak ada yang sukses. Namun, berbeda dengan merek Bentoel yang dibangunnya ini. Kesuksesan rokok Bentoel sudah terlihat ketika nama perusahaan berubah menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel pada 1950-an.

Hingga saat ini, Bentoel masih memproduksi rokok secara aktif dan masif ke berbagai wilayah Indonesia. Namun, pada 16 Januari 2024, PT Bentoel Internasional Investama Tbk resmi delisting atau hengkang dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Nojorono (1932)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia Seabadilustrasi rokok Minak Djinggo dari Nojorono (flickr.com)

Nojorono merupakan produsen rokok di Indonesia bernama Minak Djinggo yang terkenal dengan bungkus berwarna kuning. Nojorono sendiri dikelola oleh lima keluarga, yaitu Tjoa Kang Hay, Tan Tjiep Siang, Tan Kong Ping, Ko Djie Siong, dan Tan Djing Dhay.

Perusahaan Nojorono juga memproduksi rokok merek lain dengan inovasi yang dilakukannya. Salah satunya rokok yang menggunakan bahan parafin, sehingga tidak mudah basah. Dengan inovasi tersebut, rokok Minak Djinggo cukup populer di kalangan nelayan.

Selain itu, Minak Djinggo juga dikenal sebagai rokok para orang tua dan mbah-mbah karena memiliki wangi serta aroma yang khas dan kuat.

Baca Juga: Daftar Harga Rokok 2024 usai Cukai Naik, Makin Mahal!

6. PT Djarum Tbk (1951)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia SeabadPabrik Kretek Djarum. (dok. Djarum)

Siapa yang tidak tahu rokok Djarum? Djarum merupakan produsen rokok yang didirikan oleh Oei Wie Gwan. Pada 1951, Oei membeli sebuah usaha kecil bernama Djarum Gramophon. Kemudian dia mulai memasarkan rokok kretek hasil racikannya sendiri dengan nama Djarum.

Hasilnya, rokok Djarum langsung melejit. Pada 1972, Djarum mulai mengekspor produknya ke berbagai negara. Beberapa tahun setelahnya, Djarum mulai memproduksi rokok dengan mesin. Hingga saat ini, Djarum masih eksis dan makin populer.

Baca Juga: 12 Rokok Termahal di Indonesia, Rp44 Ribu per Bungkus!

7. Gudang Garam (1958)

7 Merek Rokok Tertua di Indonesia, Ada yang Berusia Seabadilustrasi produk rokok Gudang Garam (gudanggaramtbk.com)

Gudang Garam merupakan merek rokok di Indonesia yang didirikan sejak 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie atau Surya Wonowidjojo di Kediri, Jawa Timur. Mulanya, dia bekerja di perusahaan rokok Cap 93. Lalu pada 1956, dia memutuskan keluar dari perusahaan dan mendirikan bisnis rokoknya sendiri.

Gudang Garam terus berkembang dengan membuka cabang di daerah Gurah, 13 km dari Kediri pada 1960. Bisnisnya makin berkembang dengan membuka dua pabrik pada 1968.

Setahun berikutnya pada 1969, Gudang Garam berubah dari yang sebelumnya tergolong industri rumah tangga menjadi berstatus firma. Dua tahun berselang, Gudang Garam sudah menjadi Perusahaan Terbatas (PT).

Lalu sejak 1979, Gudang Garam mulai memproduksi rokok dengan mesin. Perusahaan terus berkembang dengan mencatatkan namanya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada 1990.

Hingga kini, Gudang Garam memiliki beberapa varian produk rokoknya seperti Sigaret Kretek Klobot (SKL), Sigaret Kretek Linting-Tangan (SKT), hingga Sigaret Kretek Linting Mesin (SKM).

Nah, itulah tujuh merek rokok tertua di Indonesia yang sudah berdiri sejak awal abad ke-20. Ada yang masih eksis hingga sekarang, ada pula yang sudah bangkrut karena kondisi ekonomi.

Baca Juga: 10 Rokok Termahal di Dunia, Perokok Ketengan Minggir Dulu!

Topik:

  • Yogama Wisnu Oktyandito
  • Yunisda Dwi Saputri

Berita Terkini Lainnya