Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Pertikaian Miss Mexico yang Dipermalukan Nawat di Miss Universe 2025

Nawat di ajang Miss Universe 2025
Nawat di ajang Miss Universe 2025 (instagram.com/nawat.tv)
Intinya sih...
  • Nawat Itsaragrisil menegur Miss Universe Mexico 2025 secara terbuka karena tidak mau mengunggah konten sponsor, memicu kegaduhan dan reaksi keras dari kontestan lain.
  • Beberapa kontestan melakukan walk-out sebagai protes atas perlakuan Nawat, termasuk mantan pemenang Miss Universe 2024, Victoria Kjær Theilvig dari Denmark.
  • Nawat memberikan klarifikasi dan permintaan maaf setelah tekanan publik meningkat, namun tindakan ini dipandang berbeda oleh banyak pihak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ajang Miss Universe 2025 yang digelar di Thailand sudah semestinya menjadi panggung bagi glamor, budaya, dan persahabatan antar negara. Namun, di balik kemilau panggung itu, muncul sebuah insiden yang mengguncang. Nawat Itsaragrisil, yang kini menjabat sebagai Executive Director ajang tersebut, tiba-tiba terjebak dalam sorotan.

Bukan karena mahkota yang diberikan, melainkan air mata dan tuduhan kerasnya terhadap para kontestan. Salah satu yang menuai kecaman saat ia mempermalukan Miss Mexico. Nah, berikut lima poin berdasarkan fakta publik mengenai kontroversi tersebut.

1. Teguran publik terhadap Fátima Bosch, Miss Universe Mexico 2025

Momen Nawat menegur Fatimah Bosch, Miss Universe Mexico 2025 saat sashing ceremony
Momen Nawat menegur Fatimah Bosch, Miss Universe Mexico 2025 saat sashing ceremony. (instagram.com/dpidamu)

Nawat secara terbuka menyebut bahwa beberapa kontestan “tidak mau mengunggah konten sponsor”, dan menyatakan bahwa perilaku itu melanggar kesepakatan yang telah ditetapkan. Hal ini memicu kegaduhan karena menempatkan tekanan publik yang besar pada para peserta.

Salah satu yang terakam, pada acara sashing yang disiarkan langsung pada 4 November 2025, Nawat meneriaki Miss Mexico, Fátima Bosch, atas dugaan bahwa ia “tidak mau mengunggah konten promosi untuk Thailand”.

You don’t like to post everything … If you follow the orders from your national director, you are a dumb. (“Kamu tidak suka mengunggah semuanya... Jika kamu mengikuti perintah direktur nasionalmu, kamu bodoh),” ujar Nawat.

Pernyataan tersebut kemudian memunculkan reaksi keras karena kontestan membantah dan merasa dipermalukan di depan kamera. Sebelum menudu hal tersebut, Nawat juga sempat berteriak, "Mexico, where are you?".

Bosch kemudian menyatakan bahwa ia merasa dihina secara publik dan martabatnya diinjak-injakan. “The incident unfolded … Itsaragrisil … got into a heated exchange … claiming she had ‘no respect’.”

2. Walk-out para kontestan jadi reaksi massal

Momen para peserta walk-out dari sesi sash ceremony Miss Universe 2025
Momen para peserta walk-out dari sesi sash ceremony Miss Universe 2025. (instagram.com/dpidamu)

Akibat apa yang dilihat banyak pihak sebagai pelecehan verbal oleh Nawat, sejumlah kontestan memilih untuk walk-out dari ruangan sebagai bentuk protes. Bahkan, di antaranya adalah mantan pemenang Miss Universe 2024, Victoria Kjær Theilvig dari Denmark.

Ia menyatakan bahwa perlakuan seperti itu “lebih dari sekadar tidak hormat” dan bahwa ini soal hak perempuan untuk bersuara. Walk-out pun menjadi sinyal publik yang kuat bahwa nilai-nilai seperti penghormatan terhadap peserta bukanlah sekadar slogan dalam pagelaran ini.

3. Klarifikasi dan permintaan maaf dari Nawat

Klarifikasi permintaan Nawat atas kegaduhan di Miss Universe 2025
Klarifikasi permintaan Nawat atas kegaduhan di Miss Universe 2025 (instagram.com/dpidamu)

Setelah tekanan memuncak, Nawat tampak terkejut dan emosional, bahkan menangis di depan media ketika mencoba memberikan klarifikasi. Dalam video yang tersebar, ia berkata bahwa “aku hanya manusia, minta maaf jika ada yang merasa tidak nyaman”.

“I think you must understand that the pressure is a lot. I am a human. Sometimes, I cannot control,” terangnya dalam video yang tersebar.

Ia pun kemudian mengklaim bahwa ia tidak menggunakan kata “dumb head”, melainkan “damage” kepada Bosch, namun banyak pihak meragukan klarifikasi tersebut. Permintaan maaf tersebut dipandang oleh sebagian sebagai langkah meredam krisis, tetapi oleh sebagian lagi dianggap kurang memadai tanpa tindakan nyata membenahi sistem.

Tindakan ini bisa dilihat dua sisi: satu, sebagai pengakuan bahwa ia menyadari kesalahan dan tekanan yang dialaminya; dua, sebagai tampilan dramatis yang bisa memperlemah posisinya sebagai figur otoritas. Bagi sebagian kontestan, air mata tersebut mungkin menunjukkan beban besar di balik layar. Akan tetapi bagi lainnya, bisa jadi sinyal bahwa sistem yang dibangun terlalu menekan. Pertanyaannya: apakah air mata itu cukup sebagai penutup kegaduhan atau malah meningkatkan keraguan akan kredibilitasnya?

4. Tindakan dari Miss Universe Organization (MUO)

Klarifikasi Miss Universe Organization
Klarifikasi Miss Universe Organization (instagram.com/missuniverse)

Organisasi induk Miss Universe merespons dengan tegas. Presiden MUO, Raúl Rocha Cantú, menyatakan bahwa tindakan Nawat “menghina, melecehkan dan menunjukkan kurangnya rasa hormat”.

MUO kemudian membatasi partisipasi Nawat dalam acara untuk edisi ini dan mengirimkan CEO mereka, Mario Búcaro, ke Thailand untuk memastikan acara tetap berjalan sesuai nilai-nilai yang dijunjung. Langkah ini menegaskan bahwa organisasi global tidak akan membiarkan penyelenggara lokal atau eksekutif bertindak tanpa kontrol dalam hal perlakuan terhadap peserta. Namun, hingga kini belum ada informasi lebih lanjut apakah CEO Miss Universe sudah datang ke Thailand atau belum.

5. Dampak terhadap citra peserta dan proses seleksi

Nawat Itsaragrisil di Miss Universe 2025
Nawat Itsaragrisil di Miss Universe 2025 (instagram.com/nawat.tv)

Para kontestan yang terlibat atau setidaknya yang menyaksikan insiden ini tentu merasakan tekanan tambahan. Mereka bukan hanya bersaing soal penampilan, bakat, dan pesan sosial, tapi juga harus mematuhi aturan promosi yang bisa jadi terasa berat dan bahkan mengecoh. Bila kewajiban unggahan sponsor menjadi beban, maka keseimbangan antara performa pageant dan marketing bisa terganggu.

Lebih lanjut, publik pasti akan bertanya: apakah peserta yang unggahannya aktif mendapatkan “keistimewaan”? Apakah peserta yang memilih untuk lebih fokus pada tugas sosial dan human-interest justru dianggap melanggar aturan?

Situasi ini dapat menimbulkan ketidakadilan terselubung. Selain itu, bagi negara yang delegasinya dianggap “melanggar”, reputasi nasional juga bisa terpengaruh, yang pada akhirnya bisa memengaruhi bagaimana delegasi tersebut disiapkan dan diperlakukan.

Kontroversi di panggung Miss Universe 2025 menunjukkan bahwa di balik gemerlap mahkota dan gaun malam, ada persinggungan antara bisnis, kekuasaan, dan martabat manusia. Apabila sebuah organisasi besar membaca ini sebagai panggilan untuk berubah, memperkuat penghormatan, memperjelas hak peserta, dan mempertanggungjawabkan eksekutif-nya, maka insiden ini bisa menjadi momen pembelajaran. Namun jika ini dibiarkan berlalu tanpa konsekuensi nyata, maka keretakan antara citra dan praktik pageant bisa makin melebar.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us

Latest in Men

See More

5 Tipe MBTI yang Sering Terjebak pada Self-Hate, Yuk Cintai Diri!

06 Nov 2025, 22:04 WIBMen