Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria thrifting (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi pria thrifting (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Intinya sih...

  • Thrifting sebagai bentuk ekspresi diri:

    • Memberi ruang untuk menunjukkan karakter dan eksplorasi gaya pribadi.

  • Memberikan perasaan puas saat menemukan barang yang pas dengan identitas diri.

  • Lebih ramah lingkungan:

    • Mengurangi limbah tekstil dan emisi karbon di dunia.

  • Selaras dengan kampanye sustainable fashion.

  • Harga lebih terjangkau:

    • Dapat barang berkualitas dengan harga jauh lebih murah dibanding beli baru.

  • Banyak barang thrift yang kualitasnya masih sangat bagus.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Thrifting udah jadi salah satu fenomena menarik yang gak bisa dilepaskan dari gaya hidup anak muda masa kini. Dari sekadar mencari pakaian murah sampai berburu barang branded dengan harga miring, tren ini terus melejit di berbagai kota. Bahkan, banyak yang menjadikan thrifting bukan hanya sebagai cara berbelanja, tapi juga sebagai ekspresi diri lewat fashion yang unik dan berbeda dari arus utama.

Selain itu, thrifting juga erat kaitannya dengan isu keberlanjutan. Di tengah meningkatnya kesadaran soal dampak industri fashion cepat terhadap lingkungan, anak muda melihat thrifting sebagai pilihan lebih ramah bumi. Lewat cara ini, mereka merasa bisa tetap tampil stylish tanpa harus menambah beban sampah tekstil. Yuk, kita bahas lebih dalam lima fakta di balik fenomena thrifting yang kini merajai gaya hidup anak muda.

1. Thrifting sebagai bentuk ekspresi diri

ilustrasi pria thrifting (pexels.com/MART PRODUCTION)

Banyak anak muda yang merasa thrifting memberi ruang lebih luas untuk menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Barang-barang secondhand yang ditemukan di toko thrift seringkali punya model unik, warna berani, atau potongan retro yang jarang ditemui di pusat perbelanjaan modern. Dari situ, setiap orang bisa meramu outfit sesuai karakter tanpa takut terlihat seragam dengan orang lain. Inilah alasan mengapa thrifting semakin dianggap sebagai sarana eksplorasi gaya pribadi.

Selain itu, thrifting juga memberikan perasaan puas saat menemukan barang yang pas dengan identitas diri. Proses berburu di antara tumpukan pakaian bekas justru menambah nilai emosional pada item yang dipilih. Bagi sebagian orang, hal ini membuat pakaian thrift terasa lebih bermakna dibanding baju baru yang diproduksi massal. Jadi, ekspresi diri lewat thrifting bukan hanya soal pakaian, tapi juga perjalanan menemukan sesuatu yang punya cerita tersendiri.

2. Lebih ramah lingkungan

ilustrasi pria thrifting (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Salah satu alasan utama thrifting diminati adalah karena dianggap lebih ramah lingkungan. Industri fashion cepat dikenal sebagai penyumbang besar limbah tekstil dan emisi karbon di dunia. Dengan membeli barang bekas, anak muda merasa turut berkontribusi dalam memperpanjang umur pakaian yang seharusnya sudah berakhir di tempat pembuangan. Hal ini secara gak langsung mengurangi kebutuhan produksi baru yang membebani alam.

Gaya hidup thrifting juga selaras dengan kampanye sustainable fashion yang semakin gencar digaungkan. Banyak komunitas menganggap thrifting sebagai langkah konkret untuk melawan budaya konsumtif yang serba cepat. Dengan memanfaatkan kembali pakaian lama, generasi muda membuktikan bahwa tampil modis tetap bisa sejalan dengan kepedulian terhadap bumi. Fakta ini jadi salah satu faktor besar mengapa thrifting terus bertahan sebagai tren, bukan sekadar sesaat.

3. Harga lebih terjangkau

ilustrasi pria thrifting (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Gak bisa dimungkiri, alasan lain yang bikin thrifting populer adalah soal harga. Di toko thrift, seseorang bisa mendapatkan jaket branded, kemeja vintage, atau celana jeans berkualitas dengan harga yang jauh lebih murah dibanding beli baru. Perbedaan harga ini membuat thrifting terasa lebih masuk akal untuk anak muda yang punya keterbatasan budget, tapi tetap ingin tampil fashionable.

Namun, meski harganya lebih rendah, banyak barang thrift yang kualitasnya masih sangat bagus. Bahkan, gak jarang ditemukan produk premium yang asli dan masih layak pakai. Momen menemukan barang mahal dengan harga murah sering dianggap sebagai harta karun yang memuaskan hati. Jadi, thrifting bukan sekadar belanja hemat, melainkan pengalaman menemukan nilai lebih dengan biaya minim.

4. Membuka peluang bisnis baru

ilustrasi jualan online (pexels.com/Kampus Production)

Fenomena thrifting juga membuka peluang bisnis yang semakin diminati. Banyak anak muda yang mulai menjual kembali barang-barang thrift dengan cara dikurasi lebih dulu, lalu dipasarkan secara online. Strategi ini terbukti sukses karena permintaan pakaian unik semakin tinggi, sementara konsumen gak selalu sempat berburu langsung ke toko thrift.

Bisnis thrift shop online berkembang pesat karena menawarkan kenyamanan sekaligus seleksi produk yang sudah disaring. Bahkan, beberapa pelaku usaha mampu menjadikan aktivitas ini sebagai sumber penghasilan utama. Lewat thrifting, anak muda bukan hanya belajar tentang gaya, tapi juga memahami nilai ekonomi dari tren yang mereka jalani. Fenomena ini menunjukkan bahwa thrifting punya peran ganda yaitu gaya hidup sekaligus peluang usaha.

5. Menjadi bagian dari komunitas

ilustrasi pria thrifting (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Thrifting gak hanya tentang pakaian, tapi juga tentang kebersamaan. Banyak komunitas thrifting bermunculan, baik secara offline maupun online, untuk berbagi pengalaman, rekomendasi toko, hingga hasil temuan terbaik. Melalui komunitas, anak muda merasa punya ruang untuk bertukar cerita sekaligus memperluas pergaulan. Hal ini membuat thrifting semakin menyenangkan karena ada aspek sosial yang ikut terlibat.

Komunitas thrifting sering kali juga punya agenda khusus seperti bazar, event pameran, atau bahkan kampanye sosial tentang fashion berkelanjutan. Dari situ, banyak orang akhirnya menemukan teman baru dengan minat yang sama. Ikatan ini bikin thrifting terasa lebih dari sekadar belanja, melainkan gaya hidup yang membangun interaksi. Jadi, tak heran kalau fenomena ini semakin kuat karena didukung ikatan komunitas yang solid.

Fenomena thrifting jelas lebih dari sekadar tren sesaat. Dari ekspresi diri, kepedulian lingkungan, harga yang ramah di kantong, peluang bisnis, hingga aspek komunitas, semuanya membentuk alasan mengapa anak muda terus menggandrunginya.

Thrifting jadi bukti bahwa gaya hidup stylish gak harus mahal atau boros sumber daya. Dengan thrifting, anak muda menunjukkan cara baru untuk tampil modis, peduli, sekaligus berdaya. Fenomena ini kemungkinan besar akan terus bertahan, bahkan berkembang, sebagai bagian dari gaya hidup generasi modern.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team