Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Kesalahan Fatal Pria dalam Memilih Baju untuk Foto Pre-Wedding

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Pixabay)

Foto pre-wedding merupakan momen penting yang menjadi salah satu bagian tak terlupakan dalam perjalanan menuju pernikahan. Dalam proses ini, penampilan menjadi salah satu aspek krusial yang tidak boleh diabaikan, terutama dalam pemilihan busana. Banyak pria yang kurang memahami pentingnya penyesuaian busana dengan konsep foto dan karakter pribadi, sehingga hasil foto terlihat mengganggu estetika.

Penampilan yang tidak sesuai dapat mengurangi kesan elegan, romantis, atau tematik yang ingin ditampilkan dalam sesi pemotretan. Kesalahan dalam pemilihan busana juga berpotensi membuat pasangan merasa tidak nyaman, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas ekspresi dan interaksi selama sesi berlangsung.

Untuk menghindari hal di atas, langsung saja simak ketujuh hal kesalahan fatal pria dalam memilih baju untuk foto pre-wedding. Simak, Bro!

1. Memakai pakaian yang tidak sesuai tema

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Lưu Đức Anh)

Salah satu kesalahan paling mendasar adalah menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan tema yang telah dirancang. Setiap konsep pre-wedding biasanya memiliki tema tertentu, seperti vintage, klasik, kasual, etnik, atau modern minimalis. Mengenakan pakaian yang bertentangan dengan tema akan membuat visualisasi keseluruhan tampak janggal dan tidak konsisten. Hal ini juga bisa menyebabkan ketimpangan estetika antara pasangan, terutama bila pihak wanita sudah tampil sesuai tema yang ditentukan.

Sebagai contoh, jika tema pemotretan adalah kasual dengan suasana taman atau alam terbuka, mengenakan setelan jas formal tentu tidak relevan. Sebaliknya, jika konsepnya glamor dan diambil di dalam ruangan elegan, maka mengenakan kaus dan celana jins akan terlihat tidak sopan secara visual. Memahami konsep secara menyeluruh dan memilih busana yang mendukung tema akan membantu menciptakan suasana yang autentik dan memikat dalam setiap frame foto.

2. Menggunakan warna yang terlalu mencolok atau tidak selaras

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Lood Goosen)

Pemilihan warna busana menjadi faktor penting yang sering kali diabaikan. Banyak pria tergoda mengenakan warna-warna mencolok untuk tampil berbeda, padahal warna semacam itu bisa mengganggu keseluruhan estetika foto. Warna terang menyilaukan atau neon dapat mengalihkan perhatian dari ekspresi wajah dan momen kebersamaan dengan pasangan. Selain itu, warna yang tidak serasi dengan pakaian pasangan juga menciptakan kesan tidak terkoordinasi.

Warna yang terlalu kuat juga dapat berefek buruk terhadap hasil akhir foto, terutama dalam pencahayaan tertentu. Kamera bisa menangkap warna mencolok dengan intensitas berlebihan, sehingga mengganggu keseimbangan visual. Pilihan warna yang lebih lembut, netral, atau senada dengan pakaian pasangan biasanya akan lebih aman dan harmonis. Selalu konsultasikan dengan fotografer atau penata gaya untuk menentukan palet warna yang tepat, terutama bila lokasi pemotretan memiliki dominasi warna tertentu.

3. Memilih ukuran pakaian yang tidak pas

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Nghia Trinh)

Kesalahan umum lainnya adalah mengenakan pakaian yang terlalu besar atau terlalu ketat. Ukuran pakaian yang tidak sesuai dapat merusak siluet tubuh dan memberi kesan tidak rapi. Pakaian yang terlalu longgar dapat membuat tubuh terlihat lebih besar dari kenyataan, sementara pakaian yang terlalu ketat dapat membatasi gerakan dan menyebabkan ketidaknyamanan selama sesi pemotretan berlangsung.

Selain itu, pakaian dengan ukuran yang tidak pas juga mencerminkan kurangnya persiapan dan perhatian terhadap detail. Penampilan yang ideal dalam foto pre-wedding memerlukan busana yang terstruktur dengan baik dan memeluk tubuh dengan proporsional. Penyesuaian ukuran melalui jasa penjahit profesional bisa menjadi solusi terbaik untuk menciptakan tampilan yang sempurna, apalagi bila busana yang digunakan adalah setelan jas atau pakaian berbahan formal lainnya.

4. Mengabaikan kesesuaian dengan pakaian pasangan

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Pixabay)

Foto pre-wedding adalah gambaran tentang keharmonisan pasangan, bukan sekadar foto individu yang berdiri berdampingan. Namun, banyak pria yang memilih baju tanpa mempertimbangkan keselarasan dengan pakaian pasangannya. Akibatnya, terjadi ketidakharmonisan visual yang mengganggu narasi cinta yang ingin ditampilkan dalam foto.

Kesesuaian tidak harus berarti kembaran dalam model atau warna, tetapi mencakup nuansa, tingkat formalitas, dan tema. Jika pasangan mengenakan gaun elegan berwarna pastel, pria sebaiknya tidak menggunakan pakaian bergaya streetwear yang kasual. Diskusi sebelum sesi pemotretan dan pertukaran referensi gaya sangat membantu untuk memastikan penampilan yang serasi. 

5. Terlalu banyak aksesori yang tidak relevan

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Min An)

Terkadang, dalam upaya untuk tampil menarik, pria justru mengenakan terlalu banyak aksesori seperti jam tangan besar, gelang kulit, kalung logam, atau kacamata hitam yang tidak mendukung konsep foto. Padahal, aksesori yang berlebihan dan tidak relevan justru dapat mencuri fokus dan membuat tampilan terkesan berlebihan serta kurang elegan. Foto pre-wedding seharusnya menampilkan kesan yang bersih dan fokus pada hubungan antara dua individu, bukan pada barang-barang yang dipakai.

Penggunaan aksesori harus proporsional dan memiliki fungsi estetika yang memperkuat penampilan, bukan mendominasinya. Sebuah arloji klasik, dasi dengan motif halus, atau saputangan lipat dalam jas bisa menjadi sentuhan kecil yang memperkaya penampilan. Sebaliknya, aksesori berlebihan membuat tampilan kehilangan arah gaya dan menjauh dari kesan profesional. Memilih sedikit namun tepat lebih baik dibanding mengenakan banyak namun tidak mendukung keseluruhan penampilan.

6. Memakai pakaian dengan motif yang terlalu ramai

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Trung Nguyen)

Pakaian bermotif bisa memberikan sentuhan unik pada penampilan, namun jika motif terlalu ramai atau besar, hasil foto akan tampak berantakan dan kurang fokus. Motif yang kompleks seperti garis-garis kontras besar, print bunga mencolok, atau pola abstrak dapat mengganggu konsentrasi mata penikmat foto dan menurunkan nilai artistik gambar. Terlebih lagi, motif yang terlalu padat bisa membuat tubuh tampak lebih besar atau memberikan ilusi optik yang kurang menguntungkan.

Penggunaan motif sebaiknya dibatasi pada detail kecil atau ditempatkan pada bagian pakaian yang tidak mencolok. Motif halus seperti pinstripe atau kotak kecil bisa digunakan dengan hati-hati, terutama jika dikombinasikan dengan warna netral. Jika ingin tampil berbeda, bisa memilih tekstur kain atau potongan desain yang unik tanpa mengandalkan motif mencolok. Keberanian dalam berpakaian perlu diimbangi dengan kesadaran akan estetika fotografi yang seimbang.

7. Tidak menyesuaikan pakaian dengan lokasi pemotretan

ilustrasi pre-wedding (pexels.com/Pixabay)

Lokasi pemotretan memiliki pengaruh besar terhadap pilihan busana, namun banyak pria yang tidak menyesuaikan pakaian dengan tempat yang akan digunakan. Misalnya, menggunakan jas formal lengkap di pantai berpasir tentu menjadi pemandangan yang tidak sejalan. Begitu pula menggunakan pakaian kasual yang terlalu sederhana di lokasi mewah seperti hotel bintang lima atau gedung berarsitektur klasik akan menimbulkan kontras yang tidak menguntungkan secara visual.

Pemahaman terhadap karakter lokasi bisa membantu dalam menentukan bahan, model, dan warna pakaian. Untuk pemotretan di luar ruangan dengan suasana alam, pakaian berbahan ringan dengan warna earth tone atau netral akan lebih sesuai. Sementara untuk lokasi indoor yang elegan, pakaian formal dengan potongan tajam dan aksesori yang diperhitungkan akan memperkuat kesan eksklusif.

Penampilan yang tepat tidak hanya meningkatkan kepercayaan diri, tetapi juga menyempurnakan cerita visual yang ingin disampaikan dalam setiap potret. Kesadaran akan pentingnya detail-detail kecil ini akan memberikan hasil dokumentasi yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga penuh makna emosional yang mendalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us