Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
illustrasi pria smart casual (pexels.com/Val Apollonio)
illustrasi pria smart casual (pexels.com/Val Apollonio)

Intinya sih...

  • Tingkat formalitas: smart casual lebih tertata

  • Pemilihan atasan: kaos vs kemeja

  • Bawahan yang digunakan: jeans longgar vs chino rapi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gaya berpakaian bukan cuma soal estetika, tetapi juga mencerminkan karakter, situasi, dan kepekaan terhadap konteks sosial. Dua istilah yang sering terdengar dalam dunia fashion pria maupun wanita adalah casual dan smart casual. Keduanya terdengar mirip, bahkan sekilas tidak jauh berbeda, padahal perbedaan di antara keduanya cukup signifikan. Banyak yang belum memahami batasan jelas dari kedua gaya ini, akibatnya sering terjadi kesalahan dalam memilih busana yang sesuai untuk acara tertentu.

Memahami perbedaan gaya casual dan smart casual bukan sekadar pengetahuan fashion, tapi juga soal etika berpakaian di berbagai kesempatan. Ketika seseorang datang ke acara semi-formal dengan pakaian yang terlalu santai, hal itu bisa memberi kesan kurang menghargai acara atau orang lain. Begitu juga sebaliknya, berpakaian terlalu formal untuk situasi santai justru bisa membuat suasana terasa kaku. Artikel ini akan membedah perbedaan mendasar antara gaya casual dan smart casual agar tidak lagi tertukar atau disalahpahami.

1. Tingkat formalitas: smart casual selalu lebih tertata

illustrasi pria smart casual (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perbedaan paling mencolok dari kedua gaya ini adalah tingkat formalitasnya. Gaya casual cenderung lebih santai dan fleksibel, cocok untuk aktivitas sehari-hari seperti hangout, belanja, atau jalan-jalan ke taman. Sementara itu, smart casual membawa sentuhan lebih rapi dan profesional tanpa kehilangan kenyamanan. Gaya ini biasa digunakan saat menghadiri meeting non-formal, wawancara kerja di industri kreatif, atau acara makan malam bersama kolega.

Meskipun sama-sama tidak mengharuskan busana formal seperti jas lengkap, smart casual menuntut perhatian lebih pada keselarasan warna, potongan, dan bahan. Di sini, elemen seperti blazer, kemeja, celana chino, hingga sepatu loafers jadi komponen penting. Sebaliknya, casual bisa mengandalkan kaus polos, jeans, dan sneakers yang nyaman tanpa harus terlihat terlalu terkonsep. Smart casual berada di tengah-tengah antara formal dan santai, dan itulah yang sering disalahartikan.

2. Pemilihan atasan: kaos vs kemeja

ilustrasi kaos grafis (freepik.com/freepik)

Gaya casual lebih fleksibel dalam memilih atasan, bahkan kaos grafis, hoodie, atau sweater santai pun masih sangat bisa digunakan. Tujuannya memang menampilkan kenyamanan dan kebebasan berekspresi tanpa aturan ketat. Maka gak heran kalau gaya ini banyak dipakai anak muda untuk tampil cuek, tapi tetap menarik. Namun, dalam situasi tertentu, gaya ini bisa terlihat kurang sopan jika dipakai di acara yang butuh kesan profesional.

Sebaliknya, smart casual lebih mengarahkan pemilihan atasan ke kemeja lengan panjang atau pendek, polo shirt dengan warna netral, atau bahkan turtleneck. Kesan yang ditampilkan tetap santai, tapi dengan sentuhan dewasa dan berkelas. Gaya ini menunjukkan bahwa seseorang menghargai momen dan bersedia meluangkan waktu untuk tampil lebih pantas. Kombinasi kemeja yang pas dan blazer yang ringan bisa memberikan impresi kuat tanpa terasa kaku.

3. Bawahan yang digunakan: jeans longgar vs chino rapi

ilustrasi celana chino (freepik.com/freepik)

Jeans longgar, celana jogger, atau celana pendek masih masuk dalam ranah gaya casual. Pilihan bawahan ini memberikan kebebasan gerak dan cocok untuk suasana yang tidak mengharuskan penampilan serius. Namun, sering kali jeans yang terlalu lusuh atau potongannya terlalu ekstrem membuat penampilan terlihat tidak terawat. Inilah yang menjadi jebakan banyak orang ketika mencoba tampil santai, tapi justru terlihat asal-asalan.

Dalam gaya smart casual, celana chino, celana kain, atau bahkan jeans gelap dengan potongan slim-fit menjadi pilihan utama. Warna-warna seperti navy, khaki, atau abu-abu muda mampu memberikan kesan bersih dan profesional. Bawahan dalam gaya ini memang dibuat untuk menyelaraskan tampilan agar tetap santai tapi terstruktur. Memilih celana yang rapi dan pas di tubuh, jadi poin penting dalam membentuk gaya smart casual yang sukses.

4. Pilihan sepatu: sneakers kasual vs sepatu kulit ringan

illustrasi sepatu sneakers putih (unsplash.com/Keenan Beasley)

Casual style lebih membebaskan pemakainya untuk memakai jenis sepatu apa pun, dari sneakers, slip-on, hingga sandal. Selama terasa nyaman, gaya ini tidak mengikat dengan aturan kaku. Itulah kenapa sneakers warna cerah, bahkan sandal slide, sering masuk dalam pilihan casual harian. Namun, dalam beberapa kesempatan, jenis sepatu ini bisa terlihat terlalu santai jika digunakan untuk kegiatan semi-formal.

Untuk smart casual, pemilihan sepatu menjadi lebih selektif. Loafers, derby shoes, atau bahkan sneakers putih minimalis adalah pilihan yang paling sesuai. Meski sepatu tetap nyaman, tapi ada elemen kerapihan yang dijaga, dari bahan kulit, suede, hingga warna yang cenderung netral. Sepatu dalam gaya smart casual bukan hanya pelengkap, tapi elemen penentu keseluruhan impresi yang ditampilkan.

Memahami perbedaan gaya casual dan smart casual sangat penting agar tidak salah kostum dalam berbagai situasi sosial. Gaya berpakaian bukan cuma soal selera, tapi juga bagaimana menunjukkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Jangan sampai niat tampil santai justru membuat kesan jadi sembarangan. Mulai sekarang, kenali konteks acaranya, lalu pilih gaya berpakaian yang paling pas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team