Sepatu Hoka saat digunakan di lintasan datar. (hoka.com)
Kemunculan Hoka di bisnis sepatu lari rupanya menarik perhatian Deckers Brands, sebuah grup perusahaan apparel olahraga yang berbasis di California, Amerika Serikat. Deckers Brands membawahi beberapa merek seperti UGG, Teva, Koolaburra, dan AHNU. Perusahaan ini secara resmi mengakuisisi Hoka pada September 2012 senilai USD 1,1 juta atau sekitar Rp18 miliar (kurs saat ini).
Aktor di balik akuisisi ini adalah Jim Van Dine, CEO Hoka kala itu. Sebelum proses akuisisi, penjualan Hoka masih beraada di bawah USD3 juta atau sekitar Rp49 miliar. Ia meyakinkan CEO Deckers, Angel Martinez, agar membeli saham dari Hoka. Jim Van Dine yakin penjualan Hoka akan meningkat melihat respon dari para pelari saat itu. Angel Martinez kemudian menyetujui pembelian saham tersebut.
Akuisisi ini menjadi babak baru bagi bisnis Hoka. Sepatu Hoka mulai dikenal lebih luas lagi di seluruh dunia. Kini, Hoka memiliki berbagai model sepatu seperti Hoka Tor Summit, Hoka Speedgoat, Hoka Kaha 2 & 3, Hoka Bondi B3LS, dan lain-lainnya dengan berbagai keperluan. Sepatu ini tak hanya untuk orang dewasa, namun juga ada untuk anak-anak dan remaja,
Bagaimana sejarah sepatu Hoka di Indonesia? Sepatu ini pertama kali masuk ke Indonesia pada 2017. Sedangkan, untuk official store pertamanya di Indonesia mulai beroperasi pada Oktober 2022 di Pondok Indah Mall 3, Jakarta Selatan. Sepatu Hoka di Indonesa kini telah mampu bersanding dengan merek-merek terkenal dunia yang lebih dahulu populer.