Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi HAM
Ilustrasi HAM (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Implementasi masalah Pancasila, demokrasi, HAM masih lemah di pemerintahan Prabowo.

  • Contoh nyata banyak mahasiswa dan aktivis ditangkap saat demonstrasi.

  • Tidak ada gebrakan signifikan terkait demokrasi, HAM, dan Pancasila.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Isu mengenai ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM) jadi salah satu yang dimuat dalam delapan poin Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Bahkan, isu mengenai ideologi, sistem pemerintahan, dan hak dasar manusia ini ditempatkan dalam poin pertama Asta Cita.

"Memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM)," demikian bunyi poin pertama Asta Cita.

Menurut survei lembaga GoodStats yang digelar pada 20 sampai 28 September 2025, ditemukan sejumlah fakta mencengangkan terkait pandangan anak muda terhadap Pancasila. Sebanyak 55,9 persen responden sudah lama tidak mengucapkan teks Pancasila, sedangkan 23,4 persen responden bahkan mengaku lupa kapan terakhir membaca teks Pancasila.

Mirisnya, ada 1,1 persen responden yang tidak pernah mengucapkan teks Pancasila. Sementara, cuma 19,7 persen responden yang tercatat baru-baru ini membaca atau mengucapkan teks Pancasila, paling tidak dalam sebulan terakhir.

Riset ini juga memaparkan sejumlah tantangan terbesar dalam mengamalkan Pancasila. Sebanyak 52,2 persen responden menyebutkan kurangnya teladan sebagai tantangan utama dalam mengamalkan Pancasila, menunjukkan mereka yang punya kekuatan untuk memengaruhi banyak orang belum benar-benar menerapkan Pancasila.

Kemudian 17,4 persen responden mengaku sibuk dengan urusan pribadi, seperti sekolah dan pekerjaan. Ada pula 16 persen responden yang merasa Pancasila sudah 'jauh' dari kehidupan nyata, yang berarti implementasinya harus disesuaikan lagi dengan tuntutan zaman. Terakhir, 13 persen responden menilai pengaruh media sosial dan budaya luar membuat ideologi Pancasila kurang mendapat perhatian.

Lantas, bagaimana pandangan anak muda terkait implementasi memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM) jelang satu tahun pemerintahan Prabowo-Gibran yang jatuh pada 20 Oktober 2025? Berikut ini wawancara IDN Times bersama sejumlah Gen Z.

1. Negeri ini belum mengamalkan Pancasila, Kementerian HAM menjelma jadi 'penjilat'

Founder Perspektiv sekaligus eks Ketua DEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Abid Al Akbar (dok. Istimewa)

Founder Perspektiv sekaligus eks Ketua DEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Abid Al Akbar, menilai ideologi Pancasila belum diamalkan dengan benar. Hal itu terbukti masih banyak pejabat yang korupsi meski sering membaca Pancasila. Padahal menurutnya, obat dari masalah korupsi yang masih marak terjadi ialah pengamalan Pancasila.

"Saya pernah menulis dalam satu jurnal yang berjudul 'Revalitas Pancasila di Era Degaradasi Ideologis', salah satu kasus yang saya ambil adalah, bagaimana bisa pelajar yang setiap hari melantunkan Pancasila, namun dalam waktu yang sama juga melihat para pejabat di negeri ini korupsi yang terpampang di layar televisi mereka. Ini menjadi kontradiktif bahwa ternyata negeri ini belum betul-betul mengamalkan Pancasila," kata dia kepada IDN Times.

Abid pun menyoroti masalah HAM dan demokrasi yang banyak jadi catatan di era kepemimpinan Prabowo. Kasus paling nyata ialah banyaknya orang yang ditahan akibat menyampaikan pendapat dan mengkritisi kebijakan pemerintah. Salah satunya dialami aktivis HAM sekaligus Direktur Eksekutif Lokataru, Delpedro Marhaen.

"Soal HAM, tentu banyak catatan pada era Pak Prabowo ini. Masih banyak tahanan tak bersalah di Polda Metro Jaya. Delpedro dan kawan-kawan sebagai warga sipil yang ingin bangsanya mengevaluasi kebijakan-kebijakannya lebih baik, justru ditangkap tanpa alasan yang jelas, atau dibuat dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal. Dan masih banyak demonstran lain yang diganggu haknya dalam bersuara. Ini menjadi catatan penting. Segera reformasi pada tubuh kepolisian," tutur dia.

Abid lantas mengkritisi Menteri HAM, Natalius Pigai, yang dianggap tak memiliki peran apapun terkait HAM. Oleh sebab itu, dia menyebut, Kementerian HAM sudah menjelma menjadi lembaga 'penjilat'.

"Ia tak membawa perubahan apa-apa bagi HAM di Indonesia. Kementerian HAM menjelma menjadi 'Kementerian Penjilat'," kata dia.

2. Implementasi HAM masih terlihat lemah

Ilustrasi HAM (IDN Times/Aditya Pratama)

Senada, Juru Bicara Angkatan Muda Peduli Hukum, Bilal Mumtazkilah, juga mengkritisi kualitas implementasi HAM yang masih sangat lemah di pemerintahan Prabowo.

"Coba lihat hasil kajian dari lembaga-lembaga riset seperti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Mereka menyoroti bahwa dalam 100 hari pertama saja, orientasi HAM dalam peraturan perundang-undangan itu dinilai sangat lemah, bahkan cenderung diperlakukan sebagai elemen minoritas. Pidato pelantikan Presiden bahkan tidak menyentuh frasa Hak Asasi Manusia secara eksplisit," kata dia.

Kondisi itu, diperparah dengan saat ini pemerintah masih diwariskan peninggalan Orde Baru, di mana publik menghadapi ancaman terhadap kebebasan sipil dan berekspresi. Undang-undang bermasalah seperti Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) baru masih berpotensi besar untuk menghambat ruang kebebasan sipil, termasuk jurnalis, akademisi, dan pembela HAM.

"Jadi, janji untuk memperkokoh demokrasi dan HAM ini dihadapkan pada realita, di mana ruang kebebasan sipil terasa semakin menyempit. Ini jelas menjadi catatan merah besar," ungkap Bilal.

3. Tak ada gebrakan apapun soal demokrasi, HAM, dan Pancasila

Presiden Prabowo Subianto diagendakan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza, di Shamr El-Sheikh, Mesir (dok. Sekretariat Presiden)

Sementara, pekerja buruh yang juga Gen Z, Lita menilai, tak ada gebrakan apapun terkait upaya pemerintah memperkokoh Pancasila, demokrasi, dan HAM. Ia sebagai masyarakat biasa mengaku tak ada yang istimewa meski isu tersebut berada di poin pertama Asta Cita.

"Soal implementasi Asta Cita, perkokoh Pancasila, HAM, dan demokrasi gak ada yang spesial. Saya melihatnya biasa saja, gak ada gebrakan apapun, malah cenderung negatif ya kalau lihat yang demo kemarin dipenjara," ungkapnya.

Editorial Team