Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

1 Tahun Prabowo, Gen Z Meraba Jalan Gelap di Bawah Langit Asta Cita?

Presiden RI, Prabowo Subianto bersama Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka (dok. Setwapres)
Presiden RI, Prabowo Subianto bersama Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka (dok. Setwapres)
Intinya sih...
  • Asta Cita masih jauh panggang dari api
    • Program tidak sejalan dengan visi
    • Pelaksanaan teknis yang menghancurkan
    • Banyak teknis yang menggagalkan program
    • Asta Cita, harapan cita-cita yang tak sejalan dengan realita
      • Harapan besar yang masih berproses
      • Optimistis tapi tetap realistis
      • Belum semua janji terasa langsung di masyarakat
      • Asta Cita fokus pada program populis tapi minim analisis kritis dan perencanaan
        • Fondasi governance dan kualitas kebij
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jauh sebelum dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 lalu, Prabowo Subianto bersama wakilnya, Gibran Rakabuming Raka merumuskan visi dengan slogan “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.” Visi ini kemudian dituangkan pada delapan misi utama yang diberi nama Asta Cita.

'Asta' berarti delapan dan 'Cita' berarti cita-cita, tujuan atau harapan sehingga Asta Cita bermakna delapan tujuan atau misi besar yang hendak dicapai dalam masa jabatan 2024–2029.

Namun, sejumlah anak muda dari kalangan Gen Z mengaku skeptis dengan misi besar Asta Cita. Mereka menilai, implementasinya pada satu tahun usia pemerintahan Prabowo, masih sekadar cita-cita yang belum sesuai realita.

Lantas bagaimana pandangan Gen Z soal Asta Cita Prabowo-Gibran ini?

1. Asta Cita masih jauh panggang dari api

Founder Perspektiv sekaligus eks Ketua DEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Abid Al Akbar (dok. Istimewa)
Founder Perspektiv sekaligus eks Ketua DEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Abid Al Akbar (dok. Istimewa)

Founder Perspektiv sekaligus eks Ketua DEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhammad Abid Al Akbar, menilai, Asta Cita yang digagas Prabowo sebenarnya roadmap yang baik bagi kemajuan bangsa, khususnya dalam sektor pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Sayangnya, secara teknis pelaksanannya masih jauh panggang dari api, banyak teknis yang justru menghancurkan Asta Cita yang dibangun oleh Prabowo.

"Pak Prabowo harus melihat ini sebagai ancaman yang serius," kata Abid saat dihubungi IDN Times, Kamis (16/10/2025).

Abid secara khusus menyoroti berbagai program yang realitanya tak sejalan dengan Asta Cita. Misalnya, kasus keracunan pada progam Makan Bergizi Gratis, adanya permainan dapur SPPG yang merugikan rakyat, Koperasi Desa Merah Putih yang tidak berjalan baik, sekolah rakyat yang belum memiliki kurikulum jelas hingga bantuan smart tv di sekolah yang kerap disalahgunakan.

"Dan masih banyak lagi teknis teknis yang menggagalkan program Asta Cita tersebut," kata dia.

2. Asta Cita, harapan cita-cita yang tak sejalan dengan realita

IMG-20251002-WA0107.jpg
Presiden RI Prabowo Subianto menyaksikan langsung sailing pass atau parade kapal perang TNI Angkatan Laut di Teluk Jakarta, Kamis (2/10/2025) (dok. Tim Media Prabowo)

Sementara, Mahasiswa Ekonomi Syariah UIN Bandung, Bekti Eko Prasetyo, mengatakan, Asta Cita adalah harapan besar yang saat ini masih berproses.

"Kalau kita melihat satu tahun kepemimpinan Prabowo–Gibran dengan visi besar Asta Cita, generasi muda seperti kita sebenarnya dihadapkan pada dua sisi antara harapan besar dan realitas yang masih berproses," kata dia.

Bekti menilai, secara umum, arah kebijakan yang dimuat dalam Asta Cita memang menarik dan progresif karena menyentuh hal-hal fundamental seperti kemandirian ekonomi, pembangunan berkelanjutan, hingga pemberdayaan generasi muda.

"Tapi dalam implementasinya, belum semua janji itu bisa terasa langsung di masyarakat," ujar dia.

Oleh sebab itu, Bekti mengaku dirinya berada di persimpangan jalan melihat Asta Cita antara optimistis tapi tetap perlu realistis.

"Jadi kalau ditanya saya lebih optimistis atau pesimistis, mungkin posisinya di tengah-tengah, optimistis tapi tetap realistis. Ada langkah yang sudah kelihatan, tapi masih banyak PR yang harus diberesin," kata dia.

3. Asta Cita fokus pada program populis tapi minim analisis kritis dan perencanaan

Presiden Prabowo Subianto saat tiba di Tanah Air usai kunjungan Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat. Prabowo tiba di Indonesia melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Sabtu (27/9/2025) sekitar pukul 15.30 WIB. (YouTube/Sekretariat Presiden)
Presiden Prabowo Subianto saat tiba di Tanah Air usai kunjungan Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat. Prabowo tiba di Indonesia melalui Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Sabtu (27/9/2025) sekitar pukul 15.30 WIB. (YouTube/Sekretariat Presiden)

Di sisi lain, Juru Bicara Angkatan Muda Peduli Hukum, Bilal Mumtazkilah, menyampaikan pandangan pesimistis terhadap Asta Cita Prabowo-Gibran.

Menurut dia, misi dalam Asta Cita hanya terkonsentrasi pada program yang sifatnya populis dan berbiaya sangat besar, misalnya MBG.

"Sementara fondasi governance dan kualitas kebijakan jangka panjangnya ini yang kita lihat masih minim analisis kritis dan perencanaan fiskal yang jelas," kata dia.

Dia mengatakan, kritik publik dan akademisi tentang kejelasan perencanaan serta eksekusi program Prabowo sebenarnya sudah muncul dari 100 hari pertama. Menurut Bilal, kebijakan yang dibuat terlihat lebih elitis dan terkesan hanya memindahkan satu kebijakan populis ke kebijakan yang lain, tanpa menyelesaikan akar masalah.

"Apalagi dengan format Kabinet Merah Putih yang semakin 'gemuk' (48 kementerian), ini menimbulkan kekhawatiran soal potensi pemborosan anggaran dan hambatan dalam koordinasi implementasi Asta Cita itu sendiri. Kalau pondasinya sudah bermasalah, bagaimana kita bisa optimis dengan cita-cita besar di masa depan?" ucap dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us

Latest in News

See More

#NW AS Ancam Jatuhkan Tarif ke Spanyol jika Tidak Dongkrak Pertahanan

17 Okt 2025, 09:31 WIBNews