Tampak muka RSUD Depok (Dok. RSUD Depok)
Daya tampung rumah sakit yang ada di Kota Belimbing nyatanya jauh dari setengah jumlah pasien konfirmasi dan pasien dalam pengawasan (PDP) COVID-19.
Sebagaimana data per Jumat, mereka yang semestinya berada di ranjang rumah sakit untuk beroleh perawatan intensif, jumlahnya ratusan, yaitu PDP sebanyak 546 orang dan 73 orang (jumlah di luar yang sembuh dari 83 orang) yang terkonfirmasi positif.
Namun, jumlah tempat tidur di ruang isolasi yang tersedia hanya 145 unit. Jumlah itu pun tersebar di 24 rumah sakit Depok, baik swasta atau pun milik pemerintah.
"Dari 24 rumah sakit di Kota Depok, baik rumah sakit pemerintah mau pun rumah sakit swasta, tersedia tempat tidur dengan ruang isolasi berjumlah 145 tempat tidur, dan saat ini merawat pasien konfirmasi (Covid-19) dan PDP," kata Wali Kota Depok Mohammad Idris melalui keterangan tertulis, yang diterima IDN Times, Jumat (10/4).
Sementara itu, tiga rumah sakit yang resmi ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan COVID-19, yaitu RS Bhayangkara/Brimob Polri Kelapa Dua, RSUD Kota Depok, dan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) hanya mampu menyediakan 93 tempat tidur ruang isolasi.
“RSUI 25 tempat tidur, RSUD 16 tempat tidur, dan RS Brimob 52 tempat tidur," ucap Idris.
Lantas ke mana sisa pasien COVID-19 dirawat, khususnya para PDP? Untuk ini, mereka harus bertahan di rumahnya masing-masing.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok Alif Noeriyanto Rahman, mengungkapkan saat ini PDP dengan gejala sedang kebanyakan terkapar di rumahnya sendiri, setelah mendapat penolakan dari beberapa rumah sakit rujukan COVID-19 yang tersebar di Jakarta.
“Mereka ditolak di Wisma Atlet dan ditolak di mana-mana. Saya gak tahu jumlah pastinya berapa yang ditolak di Wisma Atlet, tapi ada yang di Wisma Atlet di tolak, di RSUD Pasar Minggu ditolak. Di RSPI Sulianti Saroso juga ditolak karena penuh,” ucapnya.