Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Syaiful Kahfi,  Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat/Instagram @viral
Syaiful Kahfi, Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Pusat/Instagram @viral

Intinya sih...

  • Syaiful Kahfi (58) adalah Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Pusat, yang viral karena istirahat usai memimpin pemadaman kebakaran selama 18 jam.
  • Kebakaran terjadi di gudang dengan material mudah terbakar dan minimnya ventilasi, menyulitkan proses penanganan petugas Damkar di lapangan.
  •  
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tubuhnya bersandar lemah di papan kayu seadanya. Seragam tebal petugas pemadam kebakaran masih melekat basah. Tidak hanya basah oleh air, tapi juga oleh keringat perjuangan. Usianya tampak tidak muda lagi, guratan kelelahan jelas terlihat di wajahnya. Dengan sisa tenaga, ia mengguyurkan air dingin ke kepala. Bukan untuk menyegarkan, tapi untuk bertahan usai terkepung api selama 18 jam.

Dia adalah Syaiful Kahfi (58) atau yang lebih akrab disapa Opay, Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Pusat.

Video Opay istirahat usai memimpin langsung strategi pemadaman kebakaran besar di Jalan Cideng, Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, pada Selasa, (20/5/2025) viral di media sosial.

Kepada IDN Times, Syaiful mengaku tidak menyangka video istirahatnya disela-sela tugas viral. Dia mengungkapkan, banyak yang tidak tega melihat kondisinya itu. Namun, Syaiful menegaskan, itu jadi tanggung jawab dan risiko dari tugasnya sebagai perwira atau Kepala Seksi Operasi di Suku Dinas Gulkarmat Jakarta Pusat.

"Kebetulan keluarga baru lihat saya seperti itu. Semuanya yang lihat juga, mereka gak tega lah. Apalagi usia saya, dua tahun lagi saya pensiun, tapi saya gak mau dengan usia segini, terus kerjaan saya gak maksimal," ujar dia.

"Saya tetap harus maksimal. Karena tanggung jawab saya besar. Kalau anggota saya kenapa-kenapa, saya yang tanggung jawab. Saya harus punya feeling yang matang. Kalau gak bisa masuk, jangan dipaksa. Lebih baik habiskan waktu daripada jadi korban," kata dia.

1. Syaiful atur strategi lindungi tim di tengah kebakaran

Gudang di Tambun Bekasi terbakar. (IDN Times/Imam Faishal)

Syaiful menceritakan, video tersebut terjadi saat kebakaran melanda sebuah gudang. Pihaknya menerima laporan kejadian dari warga melalui call center sekitar pukul 05.06 WIB. Kebakaran hebat melanda sebuah bangunan gudang yang terletak di Jalan Petojo Selatan X, RT 003/RW 011, Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, pada Selasa (20/5/2025) pagi.

Proses pemadaman memakan waktu panjang karena di dalam gudang terdapat banyak material yang mudah terbakar dan mempercepat penyebaran api. Selain itu, minimnya ventilasi di dalam bangunan menyebabkan asap dan panas terjebak di dalam ruangan. Hal itu menyulitkan proses penanganan oleh petugas.

Sebagai perwira piket saat itu, ia harus memimpin operasi pemadaman di lokasi yang sangat menantang. Gedung yang terbakar memiliki semi-basement dengan kepulan asap tebal dan genangan air setinggi betis.

Dia mengatakan, kesulitan petugas Damkar di lapangan karena tidak menguasai medan, gelap, dan banyak barang terbakar di dalam. Hal itu pun membuat petugas kesulitan berjalan.

“Saya harus atur strategi pemadamannya dan juga saya harus awasi semua anggota saya, jangan sampai mereka terjebak di dalam. Saya pun jatuh beberapa kali karena gelap dan barang yang terbakar kan banyak," kata dia.

2. Bertahan di udara yang terbatas

Kebakaran di salah satu hotel Glodok, Jakarta Barat (Istimewa / Dinas Gulkarmat DKI Jakarta)

Ia membagi tim menjadi dua jalur, satu dari depan, satu dari belakang. Tim dari belakang, kata dia, harus menyusuri area sempit dan gelap dengan bantuan alat bantu pernapasan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) seberat sekitar 20 kilogram. Meski berat, ia dan tim tetap harus masuk bergantian. Syaiful selalu berpesan pada anggotanya jangan sampai terjebak.

“Yang dari belakang itu pake SCBA. Karena kan asap udah semua. Sirkulasi udara gak ada. Jadi harus gantian. Sekali masuk 20 menit maksimal. Semalam 18 jam, saya masuk beberapa kali, keluar hirup udara lagi, lalu masuk lagi," kata dia.

Panas api, asap tebal, dan lelah fisik tak menghalanginya. Ia mengaku tidak tahu lagi berapa liter keringat yang keluar, hanya tahu harus minum terus agar tidak dehidrasi.

"Imbas dari proses itu, udara di dalam jadi panas sekali. Keringat sudah gak tahu lagi seperti apa yang pasti terus minum, supaya gak dehidrasi," kata dia.

Setelah berjibaku selama hampir 21 jam, Tim Damkar Jakpus dan gabungan akhirnya berhasil melokalisir api pada pukul 01.20 WIB, Rabu (21/5/2025) dini hari . 

"Jadi dibagi shif-nya dan saya di lapangan selama 18 jam saat itu," ujar dia.

3. Kematian di depan mata saat kebakaran

Kebakaran asrama SPN Polda Sumbar (Foto: Damkar Padang)

Pengabdian panjangnya selama lebih dari 30 tahun di Damkar menyimpan banyak cerita. Salah satunya adalah peristiwa yang paling membekas ketika atasannya sendiri meninggal saat bertugas dalam kebakaran di Mangga Dua.

"Tahun 90-an. Atasan saya sendiri, meninggal di depan mata saya, terjebak kebakaran Mangga Dua di lantai tiga. Dia minta tolong melalui jendela kecil, namun tim rescue tidak kuat karena kondisi api yang membesar, tangga pun tidak sampai. Akhirnya, beliau melemparkan APD satu per satu dan hilang ditelan api," kenangnya.

Syaiful bahkan pernah hampir merasa akan meninggal saat bertugas karena dia terjebak di sebuah gedung dan gelap serta kehabisan udara.

"Saya pikir saya mau meninggal namun daya dengar suara teman-teman saya yang akhirnya berhasil menyelamatkan saya," kata dia.

4. Petugas Damkar dengan risiko yang tinggi

Ilustrasi petugas damkar memadamkan api

Syaiful memahami pekerjaan sebagai petugas Damkar tinggi risiko bahkan beberapa kali dia harus mendengar berita duka teman-teman yang meninggal saat bertugas.

"Pemadam itu risikonya kelihatan. Ada yang pagi berangkat sehat, malam gak pulang. Teman saya meninggal saat Ramadan. Jam 6 masih sempat buka puasa, malamnya jam 9, sudah gak ada nyawa" kata dia. 

Di balik kelelahan itu, ada jiwa yang kuat. Di balik tubuh yang rebah, ada semangat yang tak pernah tumbang. Ini bukan hanya tentang pekerjaan, ini tentang pengabdian.

Terima kasih, Pak Syaiful dan petugas Damkar. Untuk waktu, tenaga, dan keberanian yang tak terlihat oleh banyak mata. Namun sangat terasa pada mereka yang selamat karena keberadaan petugas Damkar 

Editorial Team