IDN Times/Axel Jo Harianja
Dedi kemudian memaparkan beberapa tahapan, sebelum polisi bisa menangkap pelaku terorisme. Sebelum melakukan aksinya, jaringan teroris pertama kali akan berjaga-jaga.
"Berjaga-jaga adalah taraf awal, membangun komunikasi intens lewat medsos, tidak menutup kemungkinan berkomunikasi secara verbal," katanya.
Setelah berjaga-jaga, para pelaku akan saling mengenal. Di situ, juga ada tokoh yang biasanya melakukan rekrutmen dan memiliki simpatik kepada perjuangan ISIS. Setelah para rekrutmen simpatik dengan perjuangan ISIS, tokoh tersebut akan melakukan taklim (pengajaran) umum berupa doktrin, ajaran, cara jihad, dan cara lainnya.
"Lebih khusus lagi, taklim kepada orang-orang yang mengikuti tahapan-tahapan itu menggunakan jejaring medsos," kata Dedi.
Tahap keempat, para rekrutan yang memiliki kemauan yang kuat untuk bergabung, mereka akan diajari pelatihan perang-perangan (i'dah) yang nantinya akan menyerang pemerintah atau aparat kepolisian. Dan tahap terakhir, mereka akan melakukan amaliyah seperti halnya bom bunuh diri.
"Dalam tahap keempat dan kelima, dari bukti permulaan yang cukup, Polri baru bisa melakukan preventive strike. Kalau belum (sampai tahap itu) kita baru monitoring," beber Dedi.
Sebelumnya, seperti sudah diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Kemanan (Menko Polhukam), Jenderal (Purn) TNI ,Wiranto, ditusuk oleh orang tak dikenal.
Peristiwa itu terjadi di Pandeglang, Banten dan viral di media sosial. Kini, Wiranto tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta Pusat.