Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kekeringa salah satu waduk Mojokerto. IDN Times/Dok Fad

Mojokerto, IDN Times - Menghadapi musim kemarau dan juga bencana kekeringan di sejumlah daerah yang terjadi hampir tiap tahun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto menganggarkan sebesar Rp225 juta untuk droping air bersih.

Setidaknya, jumlah tersebut diproyeksikan untuk 590 tangki air bersih yang bakal di distribusikan ke daerah yang terdampak bencana kekeringan.

1. Dua kecamatan masih alami kesulitan air bersih

Pendistribusian air bersih di salah satu dusun di Ngoro.

Dari data yang diterima BPBD setempat, terdapat lima desa dari dua kecamatan yang dikategorikan sebagai zona merah dalam bencana kekeringan. 

Lima Desa tersebut yakni, Desa Duyung di Kecamatan Trawas kemudian Desa Kunjorowesi, Manduro Manggunggajah, Kutogirang, dan Wotanmas Jedong di Kecamatan Ngoro.

2. Siapkan anggaran Rp225 juta untuk droping air bersih

Penyaluran air bersih oleh LPBI-NU Kabupaten Mojokerto.

Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto Lutfi Ariyanto mengatakan, telah menganggarkan sebesar Rp225 juta untuk droping air bersih yang diambil dari APBD tahun ini. 

Dia menyebut, jumlah daerah rawan kekeringan di Kabupaten Mojokerto relatif berkurang dibanding tahun sebelumnya. Karena, tahun sebelumnya hampir seluruh desa di Kecamatan Dawarblandong masuk dalam zona merah kekeringan. 

"Berdasarkan pengajuan dari kecamatan untuk saat ini hanya beberapa desa itu. Karena tahun ini aliran weslik sudah jalan dan tawaran pipa dari PDAM terus bertambah, jadi sudah ada penyelesaian," ujarnya, Jumat (13/08/2021).

3. Puncak musim kemarau diprediksi sampai November

warga mengambil air di waduk yang mengering. IDN Times/Fad

Sementara, lima desa yang tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Mojokerto itu, lanjut Luthfi hingga sampai saat ini masih kesulitan mengakses air bersih untuk konsumsi sehari-hari. Bahkan, bisa dikatakan kelima desa tersebut diterpa bencana kekeringan terjadi tiap tahun saat datang musim kemarau.

Sejauh ini, Luthfi mengaku sudah siap untuk melakukan droping air bersih. Hanya saja, pihaknya masih menunggu waktu masing-masing desa membutuhkan air bersih. Karena, droping air baru bisa dilakukan setelah adanya permintaan dari masing-masing desa. 

"Sejauh ini baru tiga desa yang mengajukan droping. Desa Duyung, Kunjorowesi, dan Manduro Manggunggajah," ungkapnya.

Dari dana APBD sebesar Rp225 juta untuk 590 tangki air bersih, dirinya mendorong sejumlah desa lainnya yang dinilai terdampak kekeringan untuk segera mengajukan droping air. Sebab, ingga kini pengajuan droping air dinilai masih minim. Padahal, puncak musim kemarau yang menimbulkan kekeringan diprediksi mulai terjadi di bulan Agustus hingga November nanti.

"Memang saat ini sedang kemarau basah, kadang masih ada hujan. Walaupun begitu, daerah yang biasa jadi langganan kekeringan kami persilakan untuk mengajukan droping air supaya nantinya tidak terlalu kesulitan, pengiriman air bersih ini bakal terus dilakukan hingga puncak musim kemarau yang diprediksi hingga akhir tahun itu,," katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorMoch Fad