warga mengambil air di waduk yang mengering. IDN Times/Fad
Sementara, lima desa yang tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Mojokerto itu, lanjut Luthfi hingga sampai saat ini masih kesulitan mengakses air bersih untuk konsumsi sehari-hari. Bahkan, bisa dikatakan kelima desa tersebut diterpa bencana kekeringan terjadi tiap tahun saat datang musim kemarau.
Sejauh ini, Luthfi mengaku sudah siap untuk melakukan droping air bersih. Hanya saja, pihaknya masih menunggu waktu masing-masing desa membutuhkan air bersih. Karena, droping air baru bisa dilakukan setelah adanya permintaan dari masing-masing desa.
"Sejauh ini baru tiga desa yang mengajukan droping. Desa Duyung, Kunjorowesi, dan Manduro Manggunggajah," ungkapnya.
Dari dana APBD sebesar Rp225 juta untuk 590 tangki air bersih, dirinya mendorong sejumlah desa lainnya yang dinilai terdampak kekeringan untuk segera mengajukan droping air. Sebab, ingga kini pengajuan droping air dinilai masih minim. Padahal, puncak musim kemarau yang menimbulkan kekeringan diprediksi mulai terjadi di bulan Agustus hingga November nanti.
"Memang saat ini sedang kemarau basah, kadang masih ada hujan. Walaupun begitu, daerah yang biasa jadi langganan kekeringan kami persilakan untuk mengajukan droping air supaya nantinya tidak terlalu kesulitan, pengiriman air bersih ini bakal terus dilakukan hingga puncak musim kemarau yang diprediksi hingga akhir tahun itu,," katanya.