Mumpung pembicaranya berbobot, peserta ospek pun nggak mau menyia-nyiakan kesempatan. Mereka nggak ragu untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Salah satunya Muhajir yang menanyakan bagaimana cara menghadapi kritik dan komentar netizen yang bernada pedas.
“Kadang-kadang saya itu terlalu tinggi menilai diri saya sendiri. Jangan-jangan kita nggak segitunya banget. Ketika orang bilang ‘gue dibilang jelek karyanya’, ya emang jelek kali. Kalau kita boleh komentar tentang orang lain, kan nggak adil kalau orang lain nggak boleh komentar tentang kita,” jawab Pandji yang mengundang reaksi beragam dari peserta.
Menurut Pandji, cara terbaik untuk merespon komentar negatif dari netizen adalah dengan membiarkannya berlalu. Bagi Pandji, netizen berkomentar dengan enteng, tanpa memikirkan akibatnya. Jadi, kita sebagai penulis nggak perlu terbawa perasaan. Nah, Arifina juga memberikan pendapatnya terhadap masalah ini dengan bercerita kalau ia pernah sampai berhenti menulis selama berbulan-bulan. Tapi, ada satu hal yang membuatnya kembali menulis.
“Aku dari kecil suka banget nulis dan aku ingin tulisan aku ini bukan cuma buat diriku sendiri tapi juga menginspirasi orang-orang. Aku sendiri ingin mengabadikan hidup dari tulisan. Jadi, itu yang selalu memotivasi aku, supaya diingat orang dan at least diingat keluargaku sendiri,” jawab Arifina.
Dari jawabannya Pandji dan Arifina, kita bisa lihat kalau mental dan mindset adalah senjata utama dari seorang penulis. Tahan menghadapi komentar negatif dan terus kembali ke motivasi awal dalam menulis adalah apa yang membuat mereka menulis dan menulis lagi.