Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-06-25 at 11.30.16.jpeg
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi di saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (25/6/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Intinya sih...

  • Pola asuh dan penggunaan gawai mempengaruhi kekerasan anak

  • Konten media sosial memengaruhi anak menjadi pelaku kekerasan

  • Hari Anak Nasional 2025 akan fokus pada kegiatan bermain tanpa gawai

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengungkapkan ada 13 ribu kasus kekerasan anak yang dilaporkan ke Kementeriannya. Angka ini dirangkum lewat Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada periode Januari hingga Az,aJuni 2025.

"Angka ini meningkat hingga lebih dari 13 ribu kasus pada 27 Juni 2025. Ini menunjukkan terjadinya darurat kekerasan di Indonesia. Kami meyakini, upaya penguatan perlindungan perempuan dan anak merupakan isu lintas sektor yang membutuhkan sinergi dan kolaborasi banyak pihak karena bersinggungan antara satu faktor dan faktor lainnya. Ini adalah proses panjang untuk dapat menguatkan perempuan dan anak di Indonesia," ujar Arifah, dikutip Kamis (3/7/2025).

1. Pola asuh hingga penggunaan gawai jadi faktor kekerasan

ilustrasi pertemuan terdistraksi oleh gadget (unsplash.com/Miquel Parera)

Hal ini dipaparkan Arifah di depan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, dalam pertemuan mereka pada Selasa (1/7/2025).

Menurut Arifah, salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya kekerasan, termasuk seksual adalah pola asuh dalam keluarga, penggunaan gawai yang tidak bijak, dan lingkungan.

2. Anak kerap jadi pelaku karena meniru konten

Kasus dugaan kekerasan anak yang terjadi di panti asuhan, Kelurahan Kunciran Indah, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang (dok. Pemerintah Kota Tangerang)

Arifah mengungkapkan, hampir sebagian besar kekerasan terhadap anak, khususnya yang dilakukan oleh anak merupakan hasil dari meniru konten di media sosial. Ditambah dengan tantangan masyarakat yang semakin abai.

"Melalui salah satu program Kemen PPPA, yaitu Ruang Bersama Indonesia kami mencoba mengikat kembali solidaritas dan empati masyarakat. Kami tidak ingin terus-menerus menjadi pemadam kebakaran ketika terjadi kekerasan. Karena itu, kami menilai pentingnya upaya pencegahan sejak dini, terutama dari lingkup keluarga, penggunaan gawai, hingga pengaruh lingkungan sekitar," kata Arifah.

3. HAN 2025 dilaksanakan dengan kegiatan bermain bagi anak

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi di Universitas Hasanuddin, Sabtu (24/5/2025). (IDN Times/Istimewa)

Maka pada peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025 yang jatuh pada 23 Juli 2025 akan diselenggarakan secara desentralisasi atau mendekatkan kepada anak-anak di seluruh Indonesia.

Arifah menjelaskan, pendekatan ini menitikberatkan pentingnya waktu luang berkualitas bagi anak-anak untuk bermain bersama orang tua tanpa menggunakan gawai. Arifah menjelaskan seluruh sekolah di berbagai daerah diharapkan dapat melaksanakan peringatan HAN dengan kegiatan utama berupa permainan yang mengalihkan perhatian anak dari layar digital.

"Kami ingin mengajak anak-anak bermain bersama orang tua tanpa gawai," kata dia.

Editorial Team