Jakarta, IDN Times - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang sudah berlangsung sejak awal Januari 2025. Tujuan awal dari program unggulan Presiden Prabowo Subianto itu untuk memperbaiki gizi anak Indonesia.
Namun, dalam pandangan Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama, dibutuhkan penelitian kohort untuk mengetahui apakah program MBG memang memberikan dampak positif terhadap perbaikan gizi anak. Penelitian itu, kata Tjandra, sebaiknya dilakukan mulai 2025 lantaran masih dalam tahap awal penerapan MBG.
"Saya usulkan dua. Nomor satu ada survei kepuasan dan kedua, ada penelitian kohort (evidence based public policy). Mumpung baru sekian bulan (implementasi MBG), maka diteliti dari sekarang. Stunting yang disebut-sebut kan tidak akan hilang dalam sekian bulan," ujar Tjandra ketika berbincang dengan IDN Times di Jakarta pada Jumat, 24 Oktober 2025.
Ia menambahkan bila perlu penelitian kohort itu harus terus dilakukan hingga satu periode kepemimpinan Prabowo selesai. Dari sana, baru diketahui apakah program MBG efektif. "Kita tidak mungkin tahu apakah hasil MBG bagus atau tidak tanpa ada studi yang lengkap. Maka, saya usulkan ke BGN ada studi kohort," tutur dia.
Bahkan, studi kohort, kata Tjandra, juga perlu dilakukan untuk program unggulan Prabowo lainnya yakni Cek Kesehatan Gratis (CKG). Ia menggaris bawahi tidak bisa asal klaim program itu membuat masyarakat lebih sadar terhadap kesehatannya.
"Mana studinya? Mana dampaknya ketika semakin banyak orang dicek kesehatannya maka angka penyakit lanjutnya akan turun," kata mantan pejabat eselon I di Kementerian Kesehatan itu.
