Jakarta, IDN Times - Akademisi di Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amir, menilai mundurnya kepala dan wakil kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di waktu yang bersamaan diprediksi membuat calon investor semakin pesimistis terhadap keberadaan proyek mercusuar Presiden Joko "Jokowi" Widodo itu. Apalagi kemunduran dua pimpinan Otorita IKN terjadi dua bulan jelang upacara 17 Agustus di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Sejauh ini, belum ada calon investor asing yang berkomitmen membenamkan dananya di proyek IKN. Hal itu pernah disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumaham Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, pada Mei 2023 lalu.
"Kemunduran dua pucuk pimpinan IKN ini sangat-sangat fatal. Karena di satu sisi, ini akan berdampak kepada kepercayaan investor, khususnya calon investor luar. Apalagi calon investor asing ini terus didatangkan ke IKN beberapa bulan usai pilpres," ujar Sulfikar kepada IDN Times melalui pesan suara, Kamis (6/6/2024).
Ia menambahkan, mundurnya dua pucuk pimpinan Badan Otorita IKN justru membenarkan dugaan bahwa ada yang tidak beres dari proyek tersebut. Di sisi lain, mantan anggota pakar di tim nasional AMIN tersebut mengakui tugas yang diemban oleh Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe sebagai pucuk pimpinan di Badan Otorita IKN sangat berat. Sulfikar meyakini, keduanya tidak ingin ikut-ikutan di dalam polemik politik yang mengiringi pembangunan IKN tersebut.
"Posisi Pak Bambang sangat sulit karena dia bertanggung jawab menangani sebuah proyek berskala besar, bernilai ratusan triliun dan proyek itu harus diselesaikan dalam waktu dua tahun. Di mana uang senilai Rp72 triliun itu harus dihabiskan untuk pembangunan tahap I yang berisi pembangunan fasilitas dasar dan pendukung IKN," katanya memberikan penjelasan.