Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa 

PDIP bermula dari fusi lima partai

Jakarta, IDN Times - Di balik kejayaan sebagai partai penguasa pemerintahan sekarang ini, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memiliki lika-liku sejarah yang tak mudah. 

Menang Pemilu 2014 dan diunggulkan sebagai partai politik yang kembali berjaya pada Pemilu 2019, PDIP kini menjadi partai nomor wahid di antero Nusantara.

Mulai dari proses awal pembentukannya yang alot, tragedi Sabtu Kelabu 27 Juli, capaian PDIP yang naik turun, hingga kemenangan PDIP pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, semuanya terekam dalam sejarah.

Berikut enam hal tentang PDIP, partai berlogo banteng merah bermoncong putih yang dipimpin putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri.

Baca Juga: Politikus PDIP Ungkap Alasan Megawati Belum Umumkan Capres PDIP

1. Sejarah PDIP, berawal dari fusi lima partai hingga peristiwa Sabtu kelabu 27 Juli

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Seperti dilansir dari situs resmi PDIP, pdi-perjuangan.or.id, PDIP adalah pembaruan dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang didirikan pada 10 Januari 1973.

PDI adalah fusi dari lima partai politik yaitu Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Murba.

Pada 1993, Megawati Soekarnoputri terpilih menjadi ketua umum hingga 1998. Namun, terpilihnya Mega tak mendapat restu dari pemerintah, sehingga muncul konflik internal.

Pada 1996, PDI menggelar kongres pemilihan ketua umum di Medan, Sumatera Utara yang diprotes Megawati. Kongres ini lantas memilih Soerjadi sebagai ketua umum dan Buttu Hutapea selaku sekretaris jenderal. Kemudian, pemerintah hanya mengakui PDI versi Soerjadi.

Buntut dari campur tangan pemerintah terhadap PDI, massa pendukung Megawati mengadakan 'Mimbar Demokrasi' di halaman kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.

Ujungnya, pada 27 Juli 1996, kantor DPP PDI diserbu ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih kantor DPP PDI. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan peristiwa 'Sabtu Kelabu 27 Juli' yang banyak menelan korban jiwa.

Saat era reformasi 1998, Megawati kembali mendapat tempat di partai berlambang banteng itu dan diakui sebagai ketua umum. Ia menjabat hingga 2003.

Pada 1999, Megawati mengganti nama PDI menjadi PDI Perjuangan (PDIP), yang kemudian dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta. Pergantian nama tersebut dilakukan agar PDI versi Megawati bisa ikut pemilu 1999. Sejak saat itu, nama Megawati masih tidak bergeser dari kursi ketua umum PDIP hingga kini.

2. Catatan perjalanan PDIP dalam pemilihan presiden (Pilpres) dari 1999 hingga 2014

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa Ilustrasi masa PDIP. IDN Times/Daruwaskita

Sebelum bisa memenangkan Pemilu 2014 hingga namanya berada di atas awan saat ini, PDIP tercatat sudah mengikuti empat kali pemilihan presiden. Namun baru menang pada Pemilu 2014, dengan mengusung Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko Widodo.

Pilpres pertama kali yang diikuti PDIP pada 1999. Saat itu, proses pemilu dilakukan secara tidak langsung. PDIP berhasil dikalahkan oleh PKB yang mendapat suara 53 persen dari total 700 suara.

Pada 2004, PDIP kembali mengikuti pilpres. Saat itu, Megawati yang didampingi tokoh NU Hasyim Muzadi berduel dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Mega kalah telak, hanya mendapatkan suara kurang dari 40 persen.

Pada pemilu 2009, PDIP berkoalisi dengan Partai Gerindra besutan Prabowo Subianto. Saat itu, Mega-Prabowo mesti bertanding melawan pasangan SBY- Boediono dan JK-Wiranto. Sayangnya, Dewi Fortuna belum berpihak pada PDIP, Mega-Prabowo mesti rela dikalahkan SBY- Boediono yang unggul 60 persen suara.

Belajar dari pengalaman pemilu sebelumnya, Pilpres 2014, PDIP mengubah strategi. Mega tak lagi maju sebagai calon presiden. Partai Banteng ini mengusung Gunernur DKI Jakarta saat itu, Jokowi sebagai capres didampingi Jusuf Kalla untuk melawan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Hasilnya, Jokowi berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta.

Baca Juga: Surya Paloh Kasih Kode Ingin Bertemu PDIP, Tunggu Respons Megawati

3. Perolehan suara PDIP di pemilu legislatif

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Catatan perolehan suara PDIP mulai dari pemilu legislatif 1999 hingga 2014 pun naik turun. PDIP memperoleh 27.053.961 suara pada Pileg 2019. Raihan suara PDIP setara dengan 19,33 persen dari total 139.971.260 suara sah. Dengan perolehan itu, PDIP memenangkan pileg untuk dua kali secara berturut-turut.

Perolehan suara PDIP kali ini meningkat dari Pileg 2014. Saat itu, PDIP memboyong 23.681.471 suara atau 18,95 persen suara sah, dengan perolehan 109 kursi di DPR.

Perolehan itu mengalami kenaikan setelah Pemilu 2009 yang hanya mendapatkan 14,03 persen suara dengan perolehan 95 kursi di DPR. Ini menjadi catatan perolehan suara dan kursi paling sedikit sepanjang perjalanan PDIP.

Karena pada Pemilu 2004, suara PDIP sempat berada di angka 18,53 persen dengan capaian 109 kursi di DPR. Namun, angka ini pun masih turun jika dibandikan dengan pemilu sebelumnya pada 1999.

4. PDIP partai pertama yang 'pede' usung nama capres untuk Pilpres 2019

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat menghadiri HUT ke-50 PDIP di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). (YouTube PDIP)

Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan nomor urut tiga, PDIP langsung membuat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang diadakan di Bali.

Dalam rakernas itu, PDIP dengan penuh percaya diri mendeklarasikan Presiden Joko Widodo sebagai capres untuk maju di Pilpres 2019. Deklarasi tersebut disampaikan langsung oleh Megawati dalam Rakernas III di Denpasar, Bali pada Jumat (23/2/2019) silam. 

Deklarasi ini mendapat sambutan hangat dari Presiden Jokowi dan juga kader PDIP. Presiden Jokowi pun berterima kasih karena dipercaya kembali maju Pilpres 2019.

“Secara pribadi, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan. Terlebih dengan tema rakernas ketiga adalah pola Pembangunan Berdikari untuk Indonesia Raya,” ucap Jokowi di Pura Dalem Sakenan, Denpasar, Bali, pada hari yang sama.

5. Fokus PDIP pada Pemilu 2019

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan kader PDIP. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

PDIP menetapkan targetnya untuk Pilpres 2019. Fokus utamanya adalah mengawal dan menyukseskan Jokowi sebagai Presiden. Dalam Rakernas III, Megawati mengatakan, PDIP telah menyimpulkan satu rekomendasi penting yang mengikat seluruh kadernya. Salah satunya adalah mengawal dan menyukseskan Jokowi pada Pilpres 2019.

“Merekomendasikan kepada semua anggota dan kader PDIP di mana pun mereka berada,  bersama rakyat untuk mengamankan, menjaga, dan menyukseskan keputusan ketua umum dengan mencalonkan kembali Bapak Ir H Joko Widodo sebagai capres RI 2019-2024,” kata Megawati, disambut tepuk tangan seluruh kader yang hadir.

6. Keinginan PDIP pada Pemilu 2019

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa IDN Times/Rehan

Saat pengundian nomor urut, Megawati sempat berpidato. Dalam kesempatan itu, ia berharap rakyat perlu diberikan kebebasan memilih sesuai hati mereka.

"Biarkan mereka memilih dengan baik," kata Mega, usai acara pembagian nomor urut partai di KPU.

Mega juga mengimbau KPU menjaga netralitas selama pemilu berlangsung. Hal itu perlu dilakukan untuk menjamin proses demokrasi berjalan baik.

"Dan dari pihak lembaga atau pun dari KPU dapat menjalankan kewajibannya dengan netral, berdiri secara mandiri, dan tentunya melihat supaya proses demokrasi ini dapat dijalankan sebaik-baiknya," ujar dia.

Megawati juga mengimbau kepada semua pihak menghindari isu SARA, agar pesta demokrasi berjalan baik.

"Sudah banyak persoalan yang kita hadapi, tidak perlu kita melakukan hal-hal yang sifatnya SARA. Karena apa pun juga ini adalah demi kesejahteraan rakyat Indonesia," ungkap Mega.

7. PDIP berambisi hattrick pada Pemilu 2024

Profil PDIP, dari Tragedi Sabtu Kelabu hingga Jadi Parpol Berkuasa Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri di acara Rakernas PDIP pada Selasa (21/6/2022). (dok. PDIP)

PDIP berambisi membuat hattrick pada Pemilu 2024. PDIP berniat menjadi pemenang pemilu lagi, tiga kali berturut-turut memenangkan pemilu sejak 2014.

Hal itu disampaikan politikus PDIP, Masinton Pasaribu. Dia membeberkan target PDIP pada pemilu mendatang, yakni menduduki kursi legislatif dan eksekutif.

Masinton mengaku bukan pekerjaan mudah bagi PDIP untuk memenangkan Pemilu 2024. Sebab, selain berambisi memenangkan Pilpres, partai kepala banteng moncong putih itu juga berobsesi memenangkan Pileg.

“Bagi PDIP target maksimumnya bisa hattrick menang Pilpres dan Pileg. Apakah ini pekerjaan mudah? Tentu bukan pekerjaan mudah,” ujarnya dalam diskusi bertajuk Memaknai Mandat Politik untuk Puan Maharani di Jakarta Pusat, Rabu (27/7/2022).

Dia menuturkan untuk mencapai target itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah memberikan titah kepada kadernya, untuk lebih mendekat ke masyarakat dan memperjuangkan hak-hak rakyat.

“Di situ Ibu Mega mengatakan pada kader untuk turun ke bawah, menyatu dengan masyarakat dan memperjuangkan keinginan masyarakat,” ujar Masinton.

Topik:

  • Sunariyah
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya