Jakarta, IDN Times - Aktivis HAM Ita Fatia Nadia mengatakan, penulisan sejarah ulang yang kini tengah dilakukan pemerintah lewat Kementerian Kebudayaan adalah tindakan untuk membangun identitas baru Indonesia.
Ita yang juga pendamping korban pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 mengatakan, agenda ini bukan hanya bicara soal menuliskan ulang sejarah, namun tindakan politik yang telah direncanakan.
"Saya sebagai anggota Aksi, Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia, ingin mengingatkan kembali bahwa persoalan penulisan ulang sejarah bukan sekadar menulis tentang cerita-cerita sejarah, yang dimaksudkan untuk membangun sebuah identitas kebangsaan. Tetapi menulis ulang sejarah adalah suatu tindakan politik yang sangat direncanakan untuk membangun sebuah identitas baru bagi bangsa ini," kata Ita dalam Konferensi Pers Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan RI oleh AKSI bersama Amnesty Internasional Indonesia di Jakarta Pusat, Kamis (14/8/2025).