Adamas Belva (Instagram.com/belvadevara)
Sebelumnya, Belva sudah memberikan klarifikasi bahwa ia sama sekali tidak terlibat hingga aplikasi Skill Academy bisa terpilih jadi mitra pemerintah dalam program kartu pra kerja. Ia mengklaim sejak awal tidak ikut dalam proses pengambilan keputusan di program kartu prakerja.
"Semua dilakukan secara independen oleh Kemenko Perekonomian dan Manajemen Pelaksana (PMO)," demikian cuit Belva pada (15/4) lalu.
Belva bahkan membuat utasan khusus sebagai bentuk klarifikasinya atas polemik adanya konflik kepentingan sehingga platform Skill Academy bisa jadi mitra resmi pemerintah. Kepada publik, Belva mengaku diinformasikan oleh pihak Istana tak perlu mundur dari posisinya sebagai CEO Ruangguru sebelum menerima tawaran sebagai stafsus.
"Dari awal, pertanyaan PERTAMA saya ke Istana sebelum menerima posisi sebagai stafsus adalah: apakah saya harus mundur dari perusahaan yang saya rintis? Jawaban Istana jelas: TIDAK PERLU. Itu yang jadi dasar saya menerima tawaran ini," kata dia lagi.
Di dalam kultwit itu, Belva menjelaskan alasan pihak Istana yang memintanya tak perlu mundur dari posisi CEO Ruangguru karena posisi stafsus memiliki kewenangan yang terbatas. Bahkan, sebagai stafsus, kata Belva, ia tidak diberikan kewenangan untuk membuat keputusan. Pekerjaan dilakukan secara kolektif.
"Saya hanya berpegang pada pernyataan Istana tersebut dan niat saya hanya kontribusi sebisa saya di bidang yang saya kuasai. Itu lah kenapa kebanyakan program saya di digital services," kata dia lagi.
Pernyataan Belva ini bertolak belakang dengan sikap yang diambil oleh koleganya, Andi Taufan Garuda Putra. Sebab, ia sampai mengirimkan surat dengan kop Sekretariat Kabinet ke camat di seluruh Indonesia. Isinya personel dari perusahaan yang ia dirikan PT Amartha Micro Fintech bersedia menjadi relawan COVID-19 dan membantu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.