FPCI: Indonesia Harus Jadi Pelopor Perundingan Iklim COP 26 Tahun Ini

Dino Patti Djalal kecewa dengan hasil COP 25 di Spanyol

Jakarta, IDN Times - Founder Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai hasil konferensi iklim PBB The 25th Conference of the Parties (COP 25) di Madrid, Spanyol tahun lalu, sangat mengecewakan. Untuk itu, dia berharap Indonesia bisa menjadi salah satu negara pelopor dalam COP 26 di Glasgow, United Kingdom, November mendatang.

“Hasil perundingan iklim di Spanyol COP 25 dan intinya kita sangat disappointed, kecewa dengan hasilnya karena perundingan di Spanyol tidak banyak menghasilkan kemajuan baik dari segi adaptasi, mitigasi maupun pembiayaan untuk menjamin agar iklim dunia itu hanya nambah satu setengah derajat Celcius,” ujar Dino.

Hal itu disampaikannya usai acara diskusi “Climate Diplomacy:Can the Disappointment of COP-25 in Madrid Turn to Progress at COP-26 in Glasgow?” oleh FPCI, Jakarta pada, Jumat (31/1).

1. Indonesia harus punya rencana aksi yang ilmiah untuk pengurangan emisi karbon

FPCI: Indonesia Harus Jadi Pelopor Perundingan Iklim COP 26 Tahun IniFounder FPCI Dino Patti Djalal (IDN Times/Aldzah Aditya)

Dino mengatakan Indonesia memiliki target untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia harus mempunyai rencana aksi yang nyata. Sektor yang paling efektif untuk mengurangi emisi kehutanan, energi, serta transportasi.   

“Kita harus secara saintifik mengukur pengurangannya dan bagaimana rencana aksi pengurangannya pertahunnya agar nanti bisa kurang 29 persen,” ujar Dino.

Baca Juga: Indonesia Sampaikan Pengalaman Kelola Lahan Gambut di COP 25 

2. Indonesia harus bisa jadi penengah dalam pembahasan perubahan iklim dunia

FPCI: Indonesia Harus Jadi Pelopor Perundingan Iklim COP 26 Tahun IniIDN Times/Dhana Kencana

Dalam pembahasan perubahan iklim, lanjutnya, masih terdapat perdebatan di antara negara maju dan negara berkembang. Negara berkembang cenderung melihat negara maju sebagai pihak yang menyebabkan perubahan iklim. Dia menegaskan Indonesia harus bisa menjadi jembatan di antara dualisme tersebut.  

“Kalau hanya negara maju aja yang yang bergerak sedangkan negara berkembang tidak bergerak kita tidak akan mencapai target 1,5 persen pengurangan itu, jadi harus ada perubahan mindset. Dan Indonesia bisa bergerak di antara negara maju dan negara berkembang untuk mencapai konsensus yang lebih ambisius,” jelas Dino.

3. FPCI harap perusahaan di Indonesia dapat memiliki semangat penghijauan

FPCI: Indonesia Harus Jadi Pelopor Perundingan Iklim COP 26 Tahun IniIDN Times/Dhana Kencana

Selain ingin Indonesia menjadi negara pelopor perundingan perubahan iklim, Dino juga menaruh harapan agar Indonesia dapat menjadi negara hijau. Ia mengatakan, label Indonesia sebagai negara hijau lebih membanggakan dibandingkan status negara super-power carbon.  

Dino pun berharap agar perusahaan-perusahaan di Indonesia maupun di Asia Tenggara memiliki semangat untuk pengurangan emisi dunia melalui penghijauan.  

“Perusahaan-perusahaan dunia ada 1000 perusahaan yang memiliki target yang sangat ambisius jadi ada greening, proses penghijauan, dan mudah-mudahan perusahaan Indonesia dan Asia Tenggara juga dapat terjangkit virus (penghijauan) ini dan mudah-mudahan pemerintah dan masyarakat dan publik juga bisa terjangkit "virus green" sekarang,” tutur Dino.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: [LINIMASA] Indonesia Bawa 50 Negosiator di KTT Perubahan Iklim COP 25

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya