Waspada! Jakarta Pusat dan Jayapura Insidensi Kasus COVID-19 Tertinggi

Yuk mulai adaptasi kebiasaan baru guys

Jakarta, IDN Times - Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, Jakarta Pusat adalah kota dengan insidensi kasus virus corona tertinggi per 12 Juli 2020. Insidensi kasusnya mencapai 314,08 per 100 ribu penduduk.

"Nomor dua adalah Kota Jayapura dengan 285,49 per 100 ribu penduduk," tutur Dewi, saat diskusi tentang COVID-19 melalui streaming YouTube BNPB Indonesia, Selasa (14/7/2020).

Insidensi adalah angka kasus baru dari suatu penyakit dari populasi yang berisiko selama periode waktu tertentu. Sedangkan, angka insidensi provinsi adalah jumlah kasus positif, dibagi dengan jumlah penduduk di sebuah provinsi, dan dikalikan dengan per 100 ribu penduduk.

1. Daftar 10 kabupaten dan kota dengan insidensi kasus COVID-19 tertinggi

Waspada! Jakarta Pusat dan Jayapura Insidensi Kasus COVID-19 TertinggiIlustrasi Mal di Jakarta (IDN Times/Anata)

Dewi juga menyebutkan daftar 10 kabupaten dan kota, dengan kasus COVID-19 tertinggi. Berikut ini daftarnya:

1. Jakarta Pusat, DKI Jakarta (314,08 per 100.000 penduduk)
2. Jayapura, Papua (285,49 per 100.000 penduduk)
3. Makassar, Sulawesi Selatan (264,51 per 100.000 penduduk)
4. Surabaya, Jawa Timur (255,78 per 100.000 penduduk)
5. Banjarmasin, Kalimantan Selatan (245,82 per 100.000 penduduk)
6. Luwu Timur, Sulawesi Selatan (207,74 per 100.000 penduduk)
7. Mataram, Nusa Tenggara Barat (207,74 per 100.000 penduduk)
8. Manado, Sulawesi Utara (199,86 per 100.000 penduduk)
9. Ambon, Maluku (179,32 per 100.000 penduduk)
10. Semarang, Jawa Tengah (175,59 per 100.000 penduduk).

Baca Juga: [LINIMASA] Kabar Terbaru Perkembangan Vaksin COVID-19 di Dunia

2. Ada 14 kabupaten kota memiliki kasus COVID-19 lebih dari 1.000 kasus

Waspada! Jakarta Pusat dan Jayapura Insidensi Kasus COVID-19 TertinggiIDN Times/Debbie Sutrisno

Tak hanya itu, Dewi juga menyebutkan, terdapat 14 kabupaten kota dengan kasus COVID-19 lebih dari 1.000 kasus. Jumlah tersebut sama dengan 2,7 persen dari wilayah Indonesia.

Dewi mengatakan, terdapat 88 kabupaten kota lainnya yang memiliki kasus COVID-19 di bawah 101-1.000. Jumlah tersebut sama dengan 3,5 persen wilayah Indonesia.

"Sedangkan, 80,3 persen atau 412 kabupaten kota di Indonesia tidak memiliki kasus COVID atau dengan kasus kurang atau sama dengan 100," ujar ibu dua anak itu.

3. Sebaran kasus COVID-19 di 34 provinsi Indonesia

Waspada! Jakarta Pusat dan Jayapura Insidensi Kasus COVID-19 TertinggiIlustrasi. Ruang deteksi polymerase chain reaction (PCR)/ANTARA FOTO/Moch Asim

Virus corona telah menyebar di 34 provinsi di Indonesia. Berikut ini data rincian penyebarannya per 13 Juli 2020:

1. Aceh 106 kasus
2. Bali 2.257 kasus
3. Banten 1.600 kasus
4. Bangka Belitung 172 kasus
5. Bengkulu 163 kasus
6. Yogyakarta 379 kasus
7. DKI Jakarta 14.797 kasus
8. Jambi 122 kasus
9. Jawa Barat 5.160 kasus
10. Jawa Tengah 5.573 kasus
11. Jawa Timur 16.877 kasus
12. Kalimantan Barat 355 kasus
13. Kalimantan Timur 695 kasus
14. Kalimantan Tengah 1.222 kasus
15. Kalimantan Selatan 4.218 kasus
16. Kalimantan Utara 215 kasus
17. Kepulauan Riau 332 kasus
18. Nusa Tenggara Barat 1.573 kasus
19. Sumatera Selatan 2.703 kasus
20. Sumatera Barat 800 kasus
21. Sulawesi Utara 1.680 kasus
22. Sumatera Utara 2.367 kasus
23. Sulawesi Tenggara 518 kasus
24. Sulawesi Selatan 7.097 kasus
25. Sulawesi Tengah 193 kasus
26. Lampung 209 kasus
27. Riau 243 kasus
28. Maluku Utara 1.143 kasus
29. Maluku 900 kasus
30. Papua Barat 286 kasus
31. Papua 2.365 kasus
32. Sulawesi Barat 143 kasus
33. Nusa Tenggara Timur 121 kasus
34. Gorontalo 363 kasus.

Sementara, dalam proses verifikasi lapangan ada 34 kasus.

4. Penularan COVID-19 bisa melalui airborne

Waspada! Jakarta Pusat dan Jayapura Insidensi Kasus COVID-19 TertinggiAssociated Press/Salvatore Di Nolfi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis 9 Juli 2020 mengonfirmasi bahwa COVID-19 dapat menular melalui udara (airborne). Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa penyakit tersebut cepat menyebar ke seluruh dunia. 

Karena itu, pada hari yang sama, WHO merilis panduan baru mengenai penularan COVID-19 melalui situs resminya. Ada beberapa pembaharuan yang perlu kamu tahu.

Penularan utama COVID-19 tetaplah melalui kontak dengan pasien. Baik kontak langsung, tidak langsung, atau berada di dekat mereka. WHO menyatakan hal ini terjadi karena pasien COVID-19 mengeluarkan droplet dari saluran pernapasan ketika berbicara, batuk, bersin, atau menyanyi. 

Cairan dari pernapasan tersebut bisa dibagi menjadi dua macam, yakni respiratory droplet (berukuran lebih dari lima hingga sepuluh mikrometer) dan droplet nuclei atau aerosol (berukuran kurang dari lima mikrometer). 

Respiratory droplet dapat mengenai orang lain yang berada dalam radius satu meter dengan pasien. Ketika cairan itu mengenai mata, hidung, dan mulut, maka besar kemungkinan mereka tertular. Sementara, droplet nuclei atau aerosol ditularkan melalui udara.

Kita sering mendengar istilah airborne, apa artinya?WHO menyatakan transmisi airborne terjadi ketika virus disebarkan melalui droplet nuclei atau aerosol yang tetap bisa menular ketika dilepaskan ke udara. Selain itu, droplet nuclei bisa menggantung di udara dalam jarak dan waktu lama. 

Sebelumnya, WHO juga menyatakan transmisi ini dimungkinkan ketika kita berada di lingkungan rumah sakit. Sebab ada sejumlah prosedur medis yang menghasilkan aerosol. Namun lingkup tersebut kini membesar. 

Mengutip laporan WHO, ada beberapa studi yang dilakukan di rumah sakit untuk mengamati keberadaan virus di udara. Ternyata walaupun tidak ada prosedur medis yang melibatkan aerosol, RNA SARS-CoV-2 tetap ditemukan di udara. Namun ada pula studi yang menentangnya. 

Terdapat pula bukti bahwa aerosol juga diproduksi ketika kita berbicara dan batuk. Karena itu, walaupun studi mengenai sifat airborne dari COVID-19 masih terbatas, ada baiknya untuk tetap menerapkan pencegahan berbasis airborne. 

Penularan airborne utamanya terjadi di ruangan yang tertutup, ramai, dan tidak ada ventilasi yang memadai. Contohnya ruangan gym, restoran, ruangan dengan pendingin AC, dan lain sebagainya.

5. Gejala dan cara pencegahan virus corona

Waspada! Jakarta Pusat dan Jayapura Insidensi Kasus COVID-19 TertinggiWarga antre untuk melakukan tes asam nukleat di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 17 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama Virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019. Virus ini telah menyebar ke wilayah lain di Tiongkok dan ratusan negara, termasuk Indonesia.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang mampu membunuh Virus Corona. Kendati, persentase kesembuhan COVID-19 cukup tinggi. Di beberapa negara seperti Vietnam angka kesembuhannya mencapai 100 persen. Bahkan, beberapa pakar kesehatan menyebut COVID-19 bisa sembuh sendiri jika imun penderitanya bagus. Sebaliknya, rata-rata angka kematian akibat corona berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Selasa (17/3), sebesar 4,07 persen. Sementara di Indonesia, hingga Kamis (19/3) mencapai 8,37 persen.

Bagaimana gejala virus corona? Infeksi COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Tapi dalam beberapa kasus, pasien positif Corona tak menunjukkan gejala khusus.

Hari pertama, penderita virus corona mengalami demam atau suhu tinggi, nyeri otot, dan batuk kering. Sebagian kecil diare atau mual beberapa hari sebelumnya. Ada juga yang hilang penciuman. Hari kelima, penderita kesulitan bernapas, terutama penderita lansia atau mereka yang memiliki penyakit kronis.

Hari ketujuh, menurut penelitian Universitas Wuhan, gejala yang dialami penderita mulai semakin parah. Penderita biasanya perlu dirawat di rumah sakit. Hari kedelapan, penderita dengan kasus yang parah memperlihatkan sindrom gangguan pernapasan akut. Paru-parunya dipenuhi cairan dan kesulitan bernapas hingga menyebabkan gagal napas.

Hari ke-10, penderita dengan kasus ringan mengalami sakit perut dan kehilangan napsu makan. Hanya sebagian penderita yang meninggal dunia. Hari ke-17, rata-rata penderita sembuh dari virus corona dan keluar dari rumah sakit.

Bagaimana mencegah virus corona? Sering Mencuci tangan pakai sabun, gunakan masker bila batuk atau pilek, mengonsumsi gizi seimbang, hati-hati kontak dengan hewan, cukup istirahat dan olahraga, jangan konsumsi daging mentah, bila batuk, pilek, dan sesak segera ke fasilitas kesehatan.

Jika membutuhkan beberapa nomor telepon terkait virus corona, kamu bisa menghubungi beberapa nomor penting ini, yakni Hotline kemenkes (+62 812 1212 3119, 119 ext 9, (021) 521 0411), atau mengunjungi beberapa situs terkait virus corona antara lain kemkes.go.id, arcgis.org, jakarta.go.id, healthmap.org, jabarprov.go.id, cdc.gov, jhu.edu. Kamu juga bisa mengunjungi web resmi pemerintah daerah untuk mencari informasi terkait perkembangan virus corona di daerah kamu tinggal.

Baca Juga: [LINIMASA-3] Perkembangan Terkini Pandemik COVID-19 di Indonesia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya