Ini 3 Alasan Mengapa BPPT Pilih Kembangkan qRT-PCR

Bukan hanya akurasi yang dinilai

Jakarta, IDN Times - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat ini sedang fokus mengembangkan sebuah model test-kit COVID-19 bertipe qRT-PCR. Dengan dibentuknya satuan khusus bernama Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19), BPPT optimis bahwa pengembangan qRT-PCR ini dapat memotong angka persebaran infeksi COVID-19 di Indonesia. Lalu, apa saja yang menjadi pertimbangan BPPT sebelum akhirnya mengeksekusi langkah tersebut?

1. qRT-PCR deteksi keberadaan COVID-19

Ini 3 Alasan Mengapa BPPT Pilih Kembangkan qRT-PCRDok. Humas Jabar

Untuk double-check hasil Rapid Test, masyarakat harus menjalani tes kembali menggunakan metode qRT-PCR. Bukan hanya tingkat akurasinya yang dinilai lebih baik, namun qRT-PCR juga dikategorikan sebagai test-kit dengan gold standard karena dapat secara langsung mendeteksi keberadaan COVID-19.

Hammam Riza selaku Kepala BPPT mengungkapkan, “Saat ini, TFRIC19 telah melakukan akselerasi Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan memperkuat Laboratorium Uji untuk melakukan analisa gold standard PCR berbasiskan data kondisi virus tersebut di Indonesia saat ini.  Kegiatan TFRIC19 ini juga akan dilengkapi dengan Whole Genome Sequencing untuk keperluan pembuatan vaksin, deteksi, dan epidemiologi COVID-19 Indonesia.”

2. Mengetahui status pasien secara lebih cepat dan akurat

Ini 3 Alasan Mengapa BPPT Pilih Kembangkan qRT-PCRIlustrasi pasien. IDN Times/Bagus F

Hammam menyebutkan, “Mengambil swab pasien dan mengamatinya dengan prosedur qRT-PCR dapat memudahkan kita untuk mengetahui status pasien一apakah ia PDP atau ODP, sehingga penanganan yang kita berikan pun bisa lebih tepat dan terarah pada COVID-19, bukan penyakit lain.” Dinilai lebih akurat lantaran bisa mendeteksi virus pada orang dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala, hasil tes qRT-PCR membantu para tenaga medis untuk menindaklanjuti pasien yang telah terinfeksi COVID-19 secara lebih efektif.

Tak hanya itu, individu berisiko bisa segera diisolasi untuk mendapatkan perawatan, sehingga transmisi virus pun dapat diminimalisasi. Perlu diingat bahwa semakin cepat kasus positif terdeteksi, maka semakin besar pula kemungkinan pasien untuk sembuh. Dengan begitu, tingkat kematian atau tingkat fatalitas di Indonesia pun bisa menurun.

3. Mendeteksi jumlah pasti pasien positif COVID-19

Ini 3 Alasan Mengapa BPPT Pilih Kembangkan qRT-PCRfreepik.com

Melalui peningkatan efektifitas pemeriksaan pasien COVID-19, pemerintah diharapkan dapat menentukan kebijakan yang tepat untuk menekan rantai persebaran COVID-19 di Indonesia. Salah satu contohnya adalah kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Kebijakan ini tidak diterapkan pada semua daerah di Indonesia, melainkan hanya pada beberapa daerah tertentu yang dinilai tingkat persebarannya cukup tinggi, seperti  Jakarta dan kota-kota satelit di sekitarnya.

Topik:

  • Amelia Rosary

Berita Terkini Lainnya