Kisah Ayu, Buruh Garmen yang Bertahan Hidup di Masa Pandemik

Pentingnya jaring pengaman sosial untuk kelompok rentan

Jakarta, IDN Times - Bagi mereka yang menggantungkan hidup pada upah harian, pandemik COVID-19 ini tentu membawa guncangan finansial yang begitu hebat. Hal ini dialami oleh Ayu, seorang buruh pabrik garmen di Jawa Tengah harus dirumahkan tanpa gaji. Ayu, salah satu responden survei terkait pandemik COVID-19 yang dilakukan oleh IDN Media, menceritakan kisahnya melalui masa-masa pandemik ini.

1. Khawatirkan keberlangsungan hidup keluarganya

Kisah Ayu, Buruh Garmen yang Bertahan Hidup di Masa Pandemikunsplash.com/husniatisalma

Sebagai seorang single parent yang harus menghidupi anak semata wayangnya, kehilangan penghasilan tentu menjadi momok tersendiri bagi Ayu. Namun sejak awal diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pabrik garmen tempat Ayu bekerja lantas merumahkan para pekerjanya. Menurunnya permintaan garmen  juga membuat pabrik tersebut tak mampu membayar para pekerjanya selama mereka dirumahkan.

Ayu masih bisa sedikit bersyukur karena ia tak perlu memusingkan biaya sekolah anaknya meski mengaku ia cukup kesulitan memenuhi kebutuhan makan keluarganya. “Anak saya saat ini duduk di bangku Sekolah Dasar. Untungnya, ia sekolah di sekolah negeri, jadi saya tak perlu memikirkan biaya sekolah untuk anak saya. Bagi saya, yang berat itu, ya, untuk beli sembako, keperluan bulanan,” ungkapnya.

2. Memutar otak mencari penghasilan tambahan

Kisah Ayu, Buruh Garmen yang Bertahan Hidup di Masa Pandemiktelenor.com

Lantaran sudah bekerja di pabrik tersebut selama 21 tahun dan diangkat menjadi pegawai tetap, nasib Ayu cukup beruntung karena dirinya masih mendapatkan THR meski harus diberikan dengan sistem cicilan. “Bekerja selama 21 tahun di pabrik tersebut, saya sudah sudah diangkat menjadi pegawai tetap. Dapat THR juga, alhamdulillah, meski pembayarannya pun dibagi menjadi 3 waktu: 50%, lalu 30%, dan terakhir 20%,” ujar Ayu.

Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, Ayu tetap berusaha mencari sumber penghasilan tambahan di masa pendemik ini. “Kalau mau buat usaha kecil-kecilan, jual kue, misalnya, saya tidak yakin para tetangga mau beli di tengah kondisi seperti ini. Saya pikir, lebih baik saya isi ulang beberapa akun dompet digital saya. Kalau ada saudara atau tetangga yang mau isi pulsa handphone, token listrik, tagihan air, dan yang lain, isinya lewat saya saja, tapi nanti saya ambil laba dari situ,” lanjutnya.

3. Menunggu bantuan sembako pemerintah

Kisah Ayu, Buruh Garmen yang Bertahan Hidup di Masa PandemikBupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyerahkan bantuan sembako kepada warga.Humas Pemkab Purbalingga Dok

Ayu juga menyayangkan sistem penyaluran bantuan sembako dari pemerintah yang sempat terhambat. “Nama saya ada di daftar penerima, tapi kalau saya tidak konfirmasi langsung ke rumah RT, bantuan tersebut tidak akan sampai ke tangan saya. Saya tidak menyalahkan pemerintah pusat, ya, soalnya kalau masalah pembagian itu sudah urusan masing-masing wilayah. Pengurus wilayah seharusnya lebih aktif mengecek siapa-siapa saja yang ada di daftar penerima, kemudian didistribusikan langsung supaya segera tersalurkan. Saya baru terima bantuan di awal bulan Juni 2020 ini, lho,” ungkapnya.

4. Kembali bekerja di fase normal baru

Kisah Ayu, Buruh Garmen yang Bertahan Hidup di Masa PandemikIDN Times/Bagus F

Memasuki fase normal baru, pabrik tempat Ayu bekerja mulai kembali beroperasi dan para karyawan mulai diizinkan kembali bekerja di pabrik. “Alhamdulillah, pabrik sudah mulai beroperasi lagi, saya dan teman-teman buruh lain mulai masuk lagi. Dengan begitu, ‘kan, pendapatan saya balik lagi seperti normal. Tidak banyak, memang, tapi sudah cukup. Tetap saya syukuri.” ia menerangkan.

Meski begitu, Ayu tetap memiliki kekhawatiran tersendiri yang diakibatkan oleh sulitnya menjalankan protokol kesehatan di pabrik tempatnya bekerja. “Soalnya pabrik itu, ‘kan, tempat kerja padat karya. Kalau hari normal, pasti akan dipenuhi oleh buruh. Teman-teman saya juga susah kalau dibilang harus jaga jarak,” ia mengaku, mengharap ada kebijakan mandiri yang tegas dari manajemen pabrik.

Ketidakmenentuan situasi akibat pandemik COVID-19 semakin melemahkan kelompok pekerja rentan seperti Ayu. Tentu tak hanya dukungan dari pemerintah melalui jaring pengaman sosial saja, namun masyarakat juga diharapkan dapat saling mendukung saat melalui masa sulit ini.

Topik:

  • Amelia Rosary

Berita Terkini Lainnya