Waspada Demam Berdarah, RSUD Kramat Jati Siap Hadapi Lonjakan Pasien

Jakarta Timur paling lembab dan rawan DBD

Jakarta, IDN Times - Memasuki musim penghujan, DKI Jakarta rawan terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh jenis nyamuk Aedes aegypti dengan membawa virus dengue. Pada Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD).

Lantas, apakah rumah sakit siap untuk menangani pasien DBD? IDN Times mencoba menengok salah satu rumah sakit umum daerah (RSUD) yang ada di Jakarta Timur, yakni RSUD Kramat Jati untuk mengetahui kondisi mereka menghadapi DBD. Berikut laporannya. 

1. Sudah siap menghadapi lonjakan pasien DBD

Waspada Demam Berdarah, RSUD Kramat Jati Siap Hadapi Lonjakan PasienIDN Times/Amelinda Zaneta

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kramat Jati Purbo Antarsih mengatakan, pihaknya telah siap untuk menerima lonjakan pasien DBD. 

"Kalau dibilang kesiapan kita sebagai rumah kebetulan ini rumah sakit kelas D yah kita akan melayani semua pasien dengan sebagaimana harusnya kita lakukan ternasuk kasus-kasus demam berdarah," ujarnya kepada IDN Times di RSUD Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (23/1). 

2. Tempat tidur cukup untuk menampung pasien DBD

Waspada Demam Berdarah, RSUD Kramat Jati Siap Hadapi Lonjakan PasienIDN Times/Amelinda Zaneta

Purbo menjelaskan, hal itu dibuktikan dengan tersedianya ruangan dan juga tempat tidur yang cukup untuk para pasien di RSUD tersebut. 

"Kebetulan ruangan kita cukup dengan adanya gedung baru kapasitas untuk anak-anak 26 tempat tidur dan dewasa juga 26 tempat tidur. Jadi cukup bila seandainya ada pasien demam berdarah yang harus dirawat disini," paparnya.

3. Lakukan penyuluhan DBD

Waspada Demam Berdarah, RSUD Kramat Jati Siap Hadapi Lonjakan PasienIDN Times/Amelinda Zaneta

Selain itu ia mengatakan pihaknya sedang menyiapkan program kusus untuk menekan jumlah pasien DBD dengan cara melakukan sosialisasi dilingkungan RSUD tersebut. 

"Kita juga sedang merapatkan untuk bagaimana membuat upaya preventif untuk penyuluhan terhadap demam berdarah kepada pengunjung RSUD, kita masih susun jadwalnya mungkin bergiliran," kata dia. 

Namun ia belum menjelaskan akan segera melakukan hal tersebut setelah rapat dengan para staf RSUD, "Kita masih susun jadwalnya, habis ini saya rapat dan sepakati jadwal dan petugasnya siapa karena kita kan ada poli pagi dan sore tapi yang poli pagi pasti," ucapnya. 

4. Lonjakan pasien DBD capai 50 persen

Waspada Demam Berdarah, RSUD Kramat Jati Siap Hadapi Lonjakan PasienIDN Times/Amelinda Zaneta

Kepala Seksi Pelayan Medis di RSUD Kramat Jati Eliza Rahmi mengatakan, memang ada kenaikan pasien DBD terhitung sejak Desember 2018 sampai Januari 2019.

"Ada peningkatan sedikit, kalau Desember empat pasien sedangkan Januari itu tujuh, rawan jalan empat yang dirawat inap tiga itu laki-laki semua itu untuk bulan Januari," paparnya kepada IDN Times di RSUD Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (23/1). 

Tidak semua pasien DBD tergolong pasien yang wajib rawat inap, ada sebagian yang diperbolehkan pulang. "Kenapa tidak masuk rawat inap itu karena masih wajar karena trombositnya belum sampai 100 tapi sudah mengarah ke sana (DBD)," ujarnya. 

5. DKI Jakarta jadikan DBD sebagai KLB

Waspada Demam Berdarah, RSUD Kramat Jati Siap Hadapi Lonjakan PasienANTARA FOTO/Reno Esnir

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, pada Februari dan Maret 2019, seluruh wilayah DKI Jakarta masuk dalam kategori waspada kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD).

"DBD diprediksi akan meningkat beberapa hari atau minggu setelah musim hujan pada awal tahun 2019 ini," kata Widyastuti, Minggu (21/1).

Berdasarkan data prediksi probabilitas kesesuaian kelembaban udara atau relative humidity (RH) 2019,  pada Januari ini hanya Jakarta Pusat yang memiliki tingkat kelembaban di bawah 75 persen. Sementara Jakarta Barat, Timur, Utara, dan Sealatan semua melampaui angka 75 persen.

Padahal, batasan tingkat kelembaban yang mendukung pertumbuhan jumlah nyamuk Aedes aegepti ialah 75 persen. Semakin tinggi persentase kelembaban, semakin besar kemungkinan pertumbuhan jumlah nyamuk tersebut.

Tingkat kelembaban Jakarta semakin meningkat pada Februari. Jakarta Timur diprediksi menjadi wilayah yang paling lembab dengan RH sebesar 81 persen. Jakarta Selatan pun tak jauh berbeda dengan 80 persen. Menyusul di bawahnya, Jakarta Barat dengan 79 persen serta Jakarta Pusa dan Utara sama sama diprediksi mengalami 77 persen. Kondisi yang sama diprediksi masih terus bertahan hingga Maret

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya