TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Abdul Rohman, Bantu Petani Buah Naga dengan Listrik Tenaga Surya

Petani jadi lebih produktif dengan listrik tenaga surya

Program Listrik Untuk Sang Naga. ANTARA Foto

Jakarta, IDN Times - Muhammad Abdul Rohman, salah satu pendiri dari Hoki Smart Lamp, menceritakan kisahnya menyediakan listrik tenaga surya untuk petani buah naga. Petani yang dibantu berada di sebuah desa di Banyuwangi.

Rohman menceritakan hal tersebut dalam program “101 Climate Change Actions” yang diselenggarakan IDN Times pada 28 Desember 2021. Desember dijadikan IDN Times sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim.

Program tersebut tayang mulai pukul 16.00 WIB di Instagram @idntimes. Berikut kisah Rohman.

Baca Juga: I Made Janur Yasa: Pencetus Plastic Exchange Peraih CNN Heroes 2021

1. Inovasi agar lebih produktif

Muhammad Abdul Rohman, narasumber program “101 Climate Change Actions”. (Tangkapan Layar instagram.com/idntimes)

Rohman mengungkapkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dibangun bersama teman-temannya merupakan hasil dari sebuah program kreativitas mahasiswa. Ia memiliki keinginan untuk berinovasi agar para petani buah naga lebih produktif dan bisa mendapatkan hasil panen maksimal.

"Untuk panel surya sendiri, berawal dari program kreativitas mahasiswa yang didanai pada 2021. Kami dibimbing oleh Bapak Alfin, selaku dosen pembimbing, yang kemudian beliau menyarankan kami untuk membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya," ungkap Rohman dalam live Instagram IDN Times, Selasa (28/12/2021).

Ia mengatakan keberadaan lampu dibutuhkan para petani agar tanaman buah naga dapat berfotosintesis dengan cepat. Selain itu, sinar lampu juga mempercepat perkembangan buah naga.

"Listrik konvensional itu kan menambah biaya operasional para petani ya, dengan adanya listrik tenaga surya itu membantu para petani mengurangi biaya operasional tersebut. Kita juga dilengkapi dengan bisa dikontrol melalui Internet of Things seperti smart farming yang bisa di-on dan off kan lampunya melalui aplikasi," kata dia.

2. Terkendala pendanaan

ilustrasi buah naga (pacrimpuree.com)

Meski sudah berjalan selama enam bulan, Rohman menyatakan jika PLTS yang dibangun masih hanya tersedia untuk satu lahan pertanian. Hal itu disebabkan oleh terbatasnya dana yang dimiliki.

"Untuk sekarang masih satu petani itu karena kita memiliki keterbatasan biaya untuk pembuatan alat. Kemarin mengajukan ke pemerintah maksimal hanya boleh Rp10 juta. Kami lolos pendanaan Rp9,8 juta dan itu hanya berhasil untuk membuat satu buah PLTS dengan dua panel surya karena biaya pembuatan baterai dan inverter mahal jadi kita terkendala di situ. Jadi kita hanya meng-cover 40-an lampu saja untuk satu lahan petani," ucap Rohman.

Baca Juga: Jhonatan Yuditya, Pemimpin Muda Dayak Peduli Pendidikan dan Lingkungan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya