TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bukan Penjara, BNPT Sediakan Kamar Bintang Tiga untuk WNI Eks ISIS

Selama sebulan, Febri mengaku diinterogasi setiap hari

Ilustrasi ISIS (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times – Mantan simpatisan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) asal Indonesia, Febri, mengaku mendapatkan fasilitas kamar asrama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang setara bintang tiga saat dipulangkan ke tanah air pada akhir 2017 lalu. Seperti dikutip dari bukunya 300 Hari di Bumi Syam, Perjalanan Seorang Mantan Pengikut ISIS pada halaman 373, Febri terkejut karena kamar mewah tersebut bertolak belakang dengan penjara yang sudah ada di bayangannya.

“Saya tercengang saat tiba di asrama tersebut, rupanya benar-benar asrama dan bukan penjara seperti yang saya bayangkan. Bahkan asrama tersebut bisa dikatakan mewah, sekelas hotel bintang dua atau tiga,” tulis Febri di dalam bukunya yang dikutip IDN Times pada Selasa (11/2).

Febri mengatakan, kamar asrama itu dilengkapi dengan AC dan kamar mandi yang dilengkapi dengan wastafel beserta water heater.

Baca Juga: Pemerintah Tidak Akan Pulangkan Teroris ISIS Eks WNI ke Indonesia

1. Selama di kamar asrama Febri diburu pertanyaan interogasi

Mantan ISIS (Kedua dari Kiri) (IDN Times/Aldzah Aditya)

Walaupun diberikan fasilitas mewah, Febri mengatakan hari-harinya di dalam kamar asrama tersebut dipenuhi dengan rentetan interogasi. Interogasi tersebut adalah proses Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dilakukan langsung oleh pihak BNPT.

Interogasi berjalan sepanjang hari, ujar Febri. Bahkan, interogasi yang dilakukan BNPT adalah interogasi terpanjang yang pernah ia alami.

“Tapi, wajar lah ya, karena tuntutan pekerjaan mereka, dan saya sendiri baru saja pulang dari Suriah serta pernah berada di wilayah ISIS,” tulis Febri pada bukunya halaman 374.   

2. Febri sempat ditanya apakah pernah bersekolah di pesantren atau tidak

Buku Karya Mantan ISIS (IDN Times/Aldzah Aditya)

Pihak BNPT sempat menanyakan apakah dia pernah menempuh sekolah di pesantren atau tidak. Pertanyaan tersebut dilontarkan berkali-kali kepadanya. Karena merasa sudah menjawab dengan jujur, Febri mengaku sempat menaikkan intonasi bicaranya dan sedikit ngotot saat menjawab.

Febri menyebut, dia tinggal di asrama itu selama sebulan. Selain interogasi, dia juga mendapatkan beberapa kegiatan lain seperti, pelatihan kewirausahaan.

“Di mana kegiatan tersebut diadakan dengan harapan begitu kami keluar dari sini dan kembali ke masyarakat, ilmu tersebut bisa diaplikasikan untuk menjadi mata pencaharian kami ke depannya,” tulisnya.  

Baca Juga: ICJR: Perempuan dan Anak-anak Teroris ISIS Eks WNI Bisa Diadili

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya