TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keumalahayati, Laksamana Tangguh Pembentuk Pasukan Janda di Aceh

Eropa mengagumi keberhasilannya sebagai panglima perang

Wikipedia.com

Jakarta, IDN Times - Keumalahayati adalah perempuan Aceh yang menjabat sebagai panglima perang Kerajaan Aceh. Ia menjabat pada masa pemerintahan Sultan Al Mukammil yaitu di antara tahun 1585 sampai 1604.

Keumalahayati mendapatkan kepercayaan menjadi panglima perang atau seorang laksamana karena keberhasilannya memimpin pasukan perempuan. Hal tersebut seperti dikutip dalam buku "Pahlawan Wanita Muslimah dari Kerajaan Aceh yang Melegenda" karya Muhammad Vadestra.

Baca Juga: 5 Hal tentang Sejarah Cut Nyak Dhien yang Perlu Kamu Tahu

1. Keumalahayati adalah perempuan yang berketurunan darah juang

assets-a2.kompasiana.com/redaksi

Ternyata, darah juang Keumalahayati berasal dari darah laksamana sang ayah yang mengalir di dalam tubuhnya. Keumalahayati merupakan keturunan Sultan di Aceh. Ayahnya yang bernama Mahmud Syah merupakan seorang laksamana.

Bukan hanya sang ayah, kakeknya pun seorang laksamana bernama Muhammad Said Syah. Apabila ditarik lagi ke garis keturunannya, Muhammad Said Syah adalah cucu dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530) yang merupakan pendiri dari Kerajaan Aceh Darussalam.

2. Keumalahayati membentuk pasukan janda yang menuntut balas dendam kematian suami mereka

lesaviezvous.net

Keumalahayati atau yang bisa juga dipanggil Laksamana Malahayati membentuk sebuah pasukan yang terdiri dari janda-janda. Pasukan tersebut bernama Armada Inong Bale.

Keumalahayati membentuk pasukan janda tersebut sebagai bentuk tuntutan atas kematian para suami dalam medan perang saat melawan Portugis.

Armada Inong Bale memiliki benteng pertahanan yaitu, Pangkalan Bale Inong. Pangkalan tersebut masih bisa dikunjungi sisa-sisanya di Teluk Kreung Raya.

3. Saat Keumalahayati menjabat, Aceh memiliki armada laut yang besar

allthatinteresting

Dalam buku "Pahlawan Wanita Muslimah dari Kerajaan Aceh yang Melegenda" karya Muhammad Vadestra juga diceritakan bagaimana besarnya armada laut milih Aceh pada saat Keumalahayati menjabat sebagai panglima perang. Armada laut itu memiliki 100 kapal perang dan ada yang berkapasitas untuk 450-500 orang.

Selain armada laut, Aceh juga memiliki memiliki armada darat yaitu, pasukan gajah. Pertahanan Aceh saat itu kuat di berbagai sisi.

Namun, saat pecahnya kontak senjata antara Aceh dan Belanda, kepemimpinan Keumalahayati mendapatkan ujian. Kontak senjata itu mencuat karena Keumalahayati mendapatkan hasutan dari Portugis untuk melakukan penyerangan.

Pada tanggal 21 Juni 1599, Keumalahayati melakukan penyerangan terhadap dua kapal Belanda yang menepi dengan damai. Penyerangan itu membuat pemimpin kapal Belanda yaitu, Cornelis de Houtman dan Federick de Houtman terbunuh.

Baca Juga: Dengan Sebilah Rencong, Cut Nyak Meutia Lawan Penjajah di Tanah Aceh

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya