TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dituduh Ada Taliban di Internalnya, Ini Respons Petinggi KPK

Isu Taliban di KPK sangat disoroti masyarakat

Gedung KPK IDN Times/Irfan Fathurohman

Jakarta, IDN Times – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga saat ini masih jadi bahan perbincangan masyarakat terkait tuduhan adanya kelompok “Taliban” pada tubuh KPK.

Pegiat media sosial, Denny Siregar, yang menjadi host dalam acara Timeline yang diunggah akun YouTube Cokro TV,  mengatakan di dalam KPK terdapat polisi “Taliban”.

Menurut Denny, istilah Taliban mengacu pada kelompok yang ideologis dengan aksesoris yang agamis. Kelompok Taliban dikabarkan sangat menguasai sistem internal KPK. Pemilihan baru calon pimpinan KPK membuat kelompok Taliban di dalam KPK, masih menurut Denny, menjadi resah.

“Ketika pansel sudah mulai memilih nama calon pimpinan KPK, kelompok ini kepanasan. Mereka lalu melakukan gerakan untuk mengkriminalisasi pansel KPK yang sedang bekerja.” ujar Denny, pada akun YouTube Cokro TV yang dipublikasikan pada Kamis (29/8).

Lalu pernyataan apa saja yang membuat isu Taliban masih ramai? Berikut rangkuman IDN Times. 

Baca Juga: UU KPK yang Baru Disahkan Diduga Ingin Jegal Novel Baswedan 

1. PMII dan HAMI menuding adanya “polisi Taliban” dalam tubuh KPK

IDN Times/ Muhammad Iqbal

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Aktivis Millenial Indonesia (HAMI) melakukan orasi di depan Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang terjadi pada Jumat (20/9). 

Massa menyerukan terkait isu Taliban yang diduga merujuk kepada pengaruh dari penyidik senior KPK, Novel Baswedan. Kedua kelompok percaya pada isu yang beredar mengenai adanya kelompok Taliban pada lembaga antirasuah. Maka dari itu, massa menuding adanya "polisi Taliban" dalam tubuh pegawai KPK. Kelompok massa juga menuntut agar Komisioner KPK saat ini untuk mundur. 

2. Novel Baswedan menanggapi tanggapan mengenai dirinya yang dilabeli stigma radikal

(Penyidik senior KPK Novel Baswedan) IDN Times/Ashari Arief

Novel Baswedan sebagai penyidik senior KPK dihantam isu bahwa dirinya mengikuti aliran Islam yang radikal. Ketika ditanya lebih lanjut soal dirinya masuk dalam kelompok radikal, ia malah kebingungan mengapa ia dilabeli radikal. 

"Kaitannya apa disebut (saya ini) masuk (polisi) Taliban? Kaitannya apa disebut dengan radikal? Justru seseorang yang disebut memiliki jenggot seperti saya kadang kala menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunah Rasul, terus dipermasalahkan, menurut saya yang bersangkutan kurang pengetahuan," kata Novel yang ditemui di Gedung KPK pada Kamis (20/6). 

Dengan menggunakan celana cingkrang dan sering berjenggot, Novel diangap telah terpapar dalam Islam radikal.

"Ketika ada perilaku saya yang disebut radikal, saya malah pengen tahu perilaku mana yang disebut radikal itu," tutur Novel.

Baca Juga: KPK Duga Imam Nahrawi Terima Suap sejak Awal Menjadi Menteri 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya